Advertorial
Intisari-Online.com -Dalam sebuah buku berjudul Hitler’s Bomb yang telah diterbitkan dan membuat gempar, Adolf Hitler ternyata sangat berambisi memiliki bom atom.
Buku yang ditulis sejarawan Jerman Rainer Karlsch itu membeberkan betapa Nazi sesungguhnya sudah mendekati keberhasilan membuat bom atom.
Buku itu juga membeberkan bagaimana pemimpin Nazi, Adolf Hitler, memberi perhatian dan mendorong pengembangan senjata pemusnah massal tersebut.
Tentu saja ini berkebalikan dengan anggapan banyak kalangan selama ini.
Bersama sejarawan AS, Mark Walker, Karlsch menyatakan mendapat dokumen-dokumen yang mendukung pendapat mereka bahwa ilmuwan Jerman Nazi telah memiliki diagram bom nuklir yang sedang mereka kerjakan.
(Baca juga:Adolf Hitler Kejam tapi Ingin Jadi Seniman, Inilah Hasil Lukisan-lukisannya)
Para ilmuwan itu secara fundamental telah mengetahui bahwa hanya diperlukan lima kilogram lebih hulu ledak plutonium untuk mencapai masa kritis yang akan menghasilkan reaksi bom berantai.
Jika apa yang diklaim oleh kedua sejarawan itu benar, maka keinginan Nazi memiliki bom itu pun nyaris mendekati kenyataan.
Bagaimanapun juga, para ilmuwan Nazi begitu berpegang pada teori.
Teori itu menyatakan, untuk membuat sebuah bom saja, diperlukan uranium 235 yang telah diperkaya sekitar satu ton, suatu jumlah yang amat besar!
Karena itu dunia pun bergidik seandainya bom Nazi itu sempat terwujud dan benar-benar berada di tangan Hitler yang tidak akan segan-segan menggunakannya.
Perkembangan sejarah dunia dan kemanusiaan pasti berlainan sekali.
Jadi tidak mengherankan, meskipun buku ini terbit 60 tahun sesudah matinya Hitler dan kalahnya Jerman Nazi, namun tetap membangkitkan keingintahuan orang mengenai apa yang sebetulnya terjadi ketika itu.
(Baca juga:Operasi Babilon, Serangan Udara Israel Paling Spektakuler yang Sukses Menghancurkan Reaktor Nuklir Irak)
Sementara itu penulis sejarah AS lainnya, Jonathan F. Keiler, dalam majalah World War II History edisi Juli 2004 melukiskan kondisi dan perkembangan Nazi untuk membuat bom tersebut.
Meski dengan penilaian bahwa para ilmuwan Nazi belumlah sedekat keberhasilan yang digambarkan Karlsch dan Walker.
Pada 1930-an, Jerman sebetulnya sudah mendahului negara-negara lain dalam riset atom.
Kebanyakan ahli di bidang ini waktu itu memang orang Jerman atau Austria seperti Otto Hahn, sarjana Jerman yang pertama melakukan pemecahan atom pada 1938.
Namun dengan berkuasanya Nazi dengan politik rasialnya, maka banyak ilmuwan Jerman keturunan Yahudi yang ditendang dan terpaksa keluarga dari Jerman atau Austria, seperti Albert Einstein, Lise Meitner, Gustav Hertz dan lain-lain.
Banyak dari mereka yang pindah ke AS atau Inggris. Karena itu penelitian nuklir di Jerman pun mengalami kemunduran karena terjadinya brain drain keluar.
Mereka bukan hanya keturunan Yahudi, namun siapa pun juga yang tidak sejalan dengan politik Nazi.
(Baca juga:Inilah Daftar 7 Kota Paling Layak Huni di Indonesia! Adakah Kota yang Anda Tinggali?)
Karena itu akhir 1930-an, di antara ilmuwan fisika yang paling terkenal di Jerman tinggal Werner Heisenberg.
Namanya diakui secara internasional karena karyanya dalam mekanika kuantum dan The Uncertainty Principle, yang membuatnya meraih hadiah Nobel tahun 1932.
Sekalipun ia bukan anggota Nazi, tetapi Heisenberg adalah seorang patriot Jerman sebagaimana halnya para perwira militer profesional Jerman ketika itu.
Dialah yang ditunjuk untuk memimpin program pengadaan senjata nuklir Jerman yang disponsori resmi oleh negara.
Pihak Sekutu mengetahui perkembangan ini dari para ilmuwan yang lari dari Jerman dan membeberkan adanya program tersebut.
Tidak kurang dari Einstein sendiri yang mengingatkan Presiden Franklin D. Roosevelt mengenai kemungkinan keberhasilan Jerman Nazi dalam program itu.
Einsteinlah yang mendorong Roosevelt untuk menyelenggarakan Proyek Manhattan guna mengimbangi dan mengalahkan upaya Nazi tersebut.
AS melalui Proyek Manhattanakhirnya berhasil menciptakan bom atom untuk melawan Nazi.
Tapi karena Nazi ternyata menyerah duluan pada Perang Dunia II, bom atom urung digunakan dan malah digunakan untuk mengebom Jepang agar segera menyerah tanpa syarat.
(Baca juga:Lelaki Kebiri Itu Setia Setengah Mati dan pada Masanya Harganya Jual Lebih Mahal daripada Budak Biasa)