Secara umum tugas spotter adalah menghitung jarak tembak ke target, mengukur kecepatan angin, dan lainnya.
Hasil pengamatan spotter selanjutnya akan menentukan bidikan paling akurat yang ditentukan dan sekaligus dikunci oleh sniper.
Usai merampungkan pelatihan kerja sama antara sniper dan spotter, tahap berikutnya pelatihan sniper KSK adalah strategi tempur.
Pada tahap ini siswa dilatih bagaimana menyiapkan perlengkapan dan strategi tempur, taktik mendekati target tanpa terdeteksi musuh, menentukan dan memilih target, teknik kamuflase dan persembunyian, mengumpulkan data intelijen dan teknik pengintaian, inflitrasi ke wilayah musuh, mengukur jarak tembak, dan lainnya.
Dari semua pelatihan strategi tempur, tahap observasi mendapat porsi terbesar terutama saat mengidentifikasi sasaran dari jarak 200 hingga 800 m.
Untuk mengidentifikasi sasaran bersenjata atau tidak, mengenakan seragam pasukan lawan atau kawan, dan lainnya, sniper mengandalkan teleskop yang terpasang di senapannya yang memiliki kemampuan sama dengan teleskop yang dipegang oleh spotter.
Meskipun untuk mendeteksi arah angin dan kecepatannya merupakan tugas spotter dalam pelatihan KSK, penembak sniper juga diharuskan melaksanakan latihan membaca dan menghitung kecepatan angin hingga mumpuni.
Berbagai pelatihan yang diberikan kepada sniper dan spotter KSK masih diasah lagi dengan latihan yang tak kalah penting bagi keberhasilan misi, yakni teknik mengendap (stalking).
Materi latihan stalking yang paling utama adalah mendekati sasaran hingga jarak 200 m tanpa terdeteksi.
Latihan mengendap itu dilakukan berkali-kali hingga instruktur yang mengawasi dari atas truk tidak berhasil menemukan posisi sniper.
Jika sniper yang mengendap berhasil ditemukan instruktur, ia dinyatakan gagal dan harus mengulang lagi latihan stalking hingga berhasil.
Ketika sniper berhasil menjangkau sasaran pada jarak 200 m tembakan peluru hampa yang dilepaskan akan didengar lawan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR