Jarak tembak yang harus dikuasai dalam teknik menembak tepat selama enam minggu itu adalah menghantam sasaran dari jarak 800 m dalam berbagai cuaca.
Sementara pelajaran tentang sniper yang berlangsung di kelas antara lain taktik, pengenalan berbagai jenis peluru, teknik menembak, pengetahuan balistik, dan pengenalan terhadap perangkat khusus untuk mendukung tugas sniper.
Saat menjalani latihan dasar menembak menggunakan peluru tajam senapan G22A1 selama enam minggu, setiap siswa wajib menghabiskan 850-1000 butir peluru.
Target yang menjadi sasaran tembak pun dihantam dari beragam jarak dan teknik mulai dari posisi berdiri statis dan menembak sasaran bergerak.
Tahap pertama praktek menembak tepat dengan beragam posisi dan teknik adalah menghantam sasaran pada jarak 200m, 400m, 600m, dan 800m.
Kemampuan menembak mahir dari berbagai jarak dan teknik itu kemudian masih diasah lagi melalui tahap latihan yang disebut ‘’Snaps’’.
Dalam latihan ini setiap siswa harus mampu dan mahir menghantam dan sekaligus mengidentifikasi sasaran dari beragam jarak tembak.
Untuk mengidentifikasi sasaran kemampuan pengenalan sniper betul-betul diuji karena sasaran hanya muncul beberapa detik.
Setelah lulus dari latihan dasar menembak tepat, para siswa sniper kemudian memasuki tahap pendidikan berikut berupa kerja sama sniper dan spotter-nya.
Doktrin KSK mengenai misi tempur sniper dan spotter ternyata sangat ekstrem.
Di medan tempur, tugas spotter bukan hanya sebagai pembantu sekaligus pelindung sang sniper tetapi juga menjadi umpan bagi sniper lawan.
Tugas spotter menurut didikan KSK umumnya masih sama dengan tugas spotter yang dilatih oleh pasukan elit dari berbagai negara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR