(Baca juga: Tatang Koswara, Sniper Legendaris TNI yang Bertempur Tanpa Pamrih dan Menolak Tunjangan Veteran)
Kemampuan itu antara lain melaksanakan misi intelijen, melindungi petinggi di kawasan rawan, pembebasan sandera, mengevakuasi warga Jerman di daerah konflik, menyusup di garis belakang musuh, dan lainnya.
Pada setiap operasi penugasan tim KSK terdiri dari empat personel yang memiliki kemampuan spesifik seperti medis, ahli senjata, ahli pemecah kode dan komunikasi elektronik, serta ahli bahan peledak.
Khusus untuk sniper yang dididik oleh KSK harus melalui tes seleksi dan terdiri dari para sukarelawan yang lolos tes psikologi dan kemampuan fisik serta pendidikan komando.
Untuk mengikuti pendidikan komando para siswa KSK akan menjalani pelatihan sangat berat dan bagi siswa yang tidak kuat dipersilakan mengundurkan diri.
Jika para siswa KSK sudah lolos psikotes dan pendidikan komando yang berlangsung selama dua tahun, para prajurit kemudian dikelompokan ke dalam sejumlah spesialisasi, salah satunya adalah kemampuan sebagai sniper.
Saat sudah masuk ke spesialisasi pendidikan sniper inilah, para instruktur KSK mulai memberikan pendidikan yang sebenarnya baik berupa penggemblengan fisik maupun mental.
Latihan dasar yang pertama diberikan kepada para calon sniper KSK adalah menembak menggunakan senapan sniper G22A1 yang berlangsung selama enam minggu.
Latihan menembak itu meliputi teknik menembak sniper, taktik bertempur di lapangan, tembakan terarah, dan lainnya.
(Baca juga: Sniper Jepang, Pantang Keluar dari Sarang Sebelum Dirinya Sendiri Jadi Mayat)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR