Advertorial

Sniper Jepang, Pantang Keluar dari Sarang Sebelum Dirinya Sendiri Jadi Mayat

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Selain sniper Jerman maupun Rusia yang terkenal kepiawaiannya selama PD II, sniper Jepang yang bertempur seperti seorang samurai, demi kehormatan bangsa dan pengabdian kepada kaisar juga tak kalah handalnya.

Sebagian besar sniper Jepang telah berpengalaman dalam Perang Manchuria (1930) khususnya dalam pertempuran hutan yang berlangsung lama.

Dengan bersembunyi di puncak-puncak pohon atau lubang kecil meskipun hanya dibekali nasi kering dan air putih sniper Jepang sanggup mengendap selama berminggu-minggu.

Para sniper Jepang yang bertengger di pucuk pohon, khususnya pohon kelapa bahkan memiliki motto hanya akan turun sebagai mayat akibat tembakan peluru musuh.

(Baca juga: Chuck Mawhinney: Sniper Dahsyat Yang Sempat Terlupakan, Rekornya 103 Confirmed Kills)

Prinsip sniper Jepang semasa PD II nyaris sama, membunuh tentara Amerika sebanyak mungkin sampai dirinya sendiri terbunuh.

Dibandingkan sniper Rusia, Jerman, dan Sekutu, sniper Jepang memiliki keunikan sendiri karena mereka bertempur seorang diri tanpa dibantu observer.

Sniper Jepang juga bukan prajurit sukarelawan, tapi prajurit tulen yang bertempur di bawah sumpah kaisar Jepang dan tidak mengenal istilah gagal dalam tugas.

Berkat moral tempur dan spirit yang tinggi itu, para sniper yang hanya dipersenjatai senapan tempur standar Arisaka Model 97 atau 99 dan teleskop yang juga terbilang sederhana karena tak bisa dikoreksi memiliki kemampuan bidik yang sangat akurat pada jarak 550 meter.

Untuk menghadapi sniper Jepang yang gemar bersarang di atas pohon itu, pasukan AS tidak mengerahkan sniper-nya (countersniper) melainkan memberondongnya menggunakan senapan mesin antitank kaliber 37 mm.

Ketika peluru kaliber besar itu menghantam pucuk pohon kelapa bukan hanya sniper Jepang yang jatuh tewas, buah dan dahan kelapa juga turut berjatuhan.

Sementara para sniper Sekutu lainnya, seperti Inggris yang mengerahkan sniper asal Australia dan Selandia Baru yang berpengalaman selama PI mempunyai taktik sendiri untuk melumpuhkan sniper Jepang.

(Baca juga: Demi Habisi Pasukan Nazi, Sniper Wanita Rusia Rela Berhari-hari ‘Tidur’ Bersama Mayat yang Membusuk)

BaiksniperAustralia maupun Selandia Baru tidak lagi memberlakukan doktrin satu peluru satu nyawa untuk menembak jatuhsniperJepang yang bertengger di puncak pohon.

Dalam duel sniper, mereka menggunakan senapan mesin Bren yang ditembakkan sampai pelurunya habis disusul jatuhnya sniper Jepang.

Artikel Terkait