Sebuah orgel listrik yang berbentuk seperti lemari di sudut depan bangsal di bawah layar, mengalunkan lagu-lagu Barat berirama walz, tango, mars dan Iain-lain.
Musik itu berusaha membantu penonton mengisi waktu luang sambil menantikan pertunjukan mulai. Para penonton malah asyik dengan kesibukan masing-masing.
Musik orgel tenggelam dalam kebisingan yang memenuhi ruangan, lengkap dengan teriakah para penjaja makanan yang juga merembes masuk ke dalam bangsal.
Panah-panah kertas beterbangan
Sekitar 7-8 menit menjelang jam 7.30 terdengar sebuah bel berbunyi nyaring. Tanda bahwa pertunjukan segera akan dimulai.
Para pemain 'orkes mini' yang sebelumnya main di luar gedung, beriringan masuk ke bangsal dan mengambil tempat duduk di kursi-kursi deretan depan yang tersedia bagi mereka.
(Baca juga: Ada yang Baru dari Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta)
Tugas mereka sekarang berubah: di luar untuk menarik perhatian khalayak, di dalam sebagai pengiring adegan film yang sebentar lagi akan terbentang di layar putih.
Namun sebelum itu, mereka menghibur penonton dengan beberapa lagu.
Beberapa menit sebelum jam 7.30 bel berdering lagi. Bunyi bel ketiga kali langsung disusul pemadaman lampu-lampu di dalam bangsal.
Serentak di atas layar tampak gambar Ratu Wilhelmina yang kontan disambut lagu Wilhelmus oleh orkes mini tadi.
Tetapi suara musik itu terbenam dalam sorak-sorai para penonton diselingi siulan melengking. Itulah ungkapan rasa gembira bahwa pertunjukan yang ditunggu sejak jam 7.00 atau malah sebelumnya, akhirnya dimulai juga.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR