Dabringhaus ialah profesor germanistik di Detroit. Ayahnya seorang pekerja Krupp dan anggota serikat buruh aktif di Essen.
Pada tahun 1929 ia beremigrasi ke AS, setelah serikat buruh Hitler memukulinya, karena pidatonya di depan karyawan baja.
Tiga puluh lima tahun yang lalu Erhard Dabringhaus menyebut dirinya "Richard Holthof'. Waktu itu ia perwira CIC, di mana Barbie bekerja dengan honor 1.700 dolar sebulan untuk laporan yang harus diserahkan setiap Jumat.
Dabringhaus masih teringat, "Di sebelah kantor Barbie di Augsburg sedang dibangun hotel baru yang pertama di kota itu. Di hotel itu kemudian didirikan klub perwira Amerika yang mempunyai kapel, acara dansa dan tempat rekreasi. Satu dua kali Barbie mengajak saya dan istri saya ke sana. Bagi orang Jerman biasa hal itu tidak mungkin.
Uang 1.700 dolar itu ialah anggarannya. Dari uang itu Barbie harus membayar Merk dan sekretarisnya. Saya sebagai mayor mendapat honor 200 dolar sebulan.
Namun menurut Barbie, ia mempunyai.100 sampai 150 orang yang bekerja untuknya, yang harus ia biayai.
la jarang mendapat tugas khusus. Pernah saya bertanya kepadanya tentang nasib pemimpin SS Wallonia Degrelle. Waktu itu Barbie berkata bahwa ia tinggal di Spanyol.
Waktu zaman saya bertugas, laporannya tidak berarti. la memang menyebut nama beberapa rekan lama yang menyembunyikan diri. Kemudian orang-orang itu kami tangkap, tetapi ternyata mereka hanya orang kecil.
Barbie membawa banyak akta. Akta itu disimpan di kantornya. Dari situ ia membuat laporannya. Tetapi saya pernah menangkap basah waktu dia mengutip berita dari kantor berita Yugoslavia, yang dimuat di sebuah koran Jerman yang akan diserahkan kepada saya.
Lalu saya katakan, "Barbie, koran bisa saya baca sendiri. Satu-satunya laporan yang berarti ialah tentang penambangan uranium di Aue, bekas Zone Timur.
Ini tentu sangat penting bagi kami, karena kami ingin tahu sampai di mana orang Rusia sudah siap dalam pembuatan bom atom. Karena laporan itu Barbie naik pamornya.
***
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR