Penulis
Intisari-Online.com – Janda Permaisuri Agung Wang Zhengjun dikenal dalam sejarah Kekaisaran China Kuno karena menyebabkan jatuhnya dinasti Han Barat.
Namun, tidak seperti permaisuri terakhir dari dinasti China, Janda Permaisuri Agung Wang Zhengjun digambarkan secara simpatik oleh para sejarawan.
Dia dikenal sebagai permaisuri yang sudah lama menderita dan mencoba yang terbaik untuk mengelola dinasti yang menurun.
Tetapi sayangnya, dia memiliki kesalahan terbesar yaitu menyayangi kerabatnya.
Janda Permaisuri Agung Wang Zhengjun juga dipandang sebagai pahlawan wanita yang akan menentang perebutan takhta oleh keponakannya.
Janda Permaisuri Agung Wang Zhengjun lahir sekitar tahun 71 SM di Dongpinlin (timur Jian modern di Provinsis Shandong).
Dia berasal dari keluarga bangsawan yang mengklaim keturunan dari negara penguasai Qi dari era Negara-negara Berperang.
Kakeknya adalah salah satu utusan kekaisaran Kaisar Wu, sementara ayahnya, Wang Jin, adalah seorang hakim di Prefektur Wei (Distrik Darning modern di Provinsi Hebei).
Nama ibunya tidak diketahui, tetapi nama keluarganya adalah Li.
Saat Wang Zhengjun masih kecil, Wang Jin meninggalkan ibunya dan menikahi wanita lain.
Ketika Wang Zhengjun menjadi Janda Permaisuri, dia mengirim perintah kekaisaran yang memaksa ayahnya untuk kembali pada ibunya.
Wang Jin memiliki total 12 anak, empat di antaranya adalah perempuan, dan delapan laki-laki, sedangkan saudara kandung Wang Zhengjun hanyalah dua bersaudara.
Memiliki pendidikan tinggi, Wang Zhengjun berpengalaman dalam musik dan sejarah.
Pada tahun 57 SM, dia dikirim ke istana untuk memasuki harem Putra Mahkota Liu Shi.
Pada tahun 51 SM, Selir Wang Zhengjun melahirkan putra pertama Liu Shi, yang akan menjadi Kaisar Cheng .
Kaisar Xuan sangat gembira atas kelahiran cucunya sehingga memberinya nama Liu Ao, Ao berarti ‘kuda yang berlari kencang’, dan itu mencerminkan harapan kakeknya kepada cucunya untuk memajukan perluasan kekaisaran Han.
Kaisar Xuan juga mengangkat Wang Zhengjun Liu Shi sebagai istri utama, dan dia menjadi Selir Putri.
Setelah Putri Wang Zhengjun melahirkan ahli rawis, suaminya menjadi kehilangan minat padanya, dan tidak pernah memberinya anak lagi.
Sementara itu, Liu Ao menjadi cucu kesayangan Kaisar Xuan, yang menjelaskan bahwa Liu Ao akan menggantikan ayahnya dan memberinya gelar ‘Cucu Penerus’.
Pada tahun 49 M, Kaisar Xuan meninggal, lalu Liu Shi menjadi Kaisar Yuan, dan Wang Zhengjun menjadi Permaisuri Xiaoyuan.
Liu Ao diangkat menjadi Putra Mahkota.
Sayangnya, Kaisar Yuan sangat tidak suka dengan kesenangan dan minuman Liu Ao, maka dia ingin menjadikan Pangeran Gong (putra kesayangannya dari selir kesayangannya, Nyonya Fu) sebagai Putra Mahkota.
Tetapi Kaisar dihadapkan pada perbedaan pendapat oleh pejabat dan permaisurinya, yang mengingatkan akan cinta Kaisar Xuan kepada cucunya, sehingga dia tidak mengubah apa pun.
Wang Zhengjun pun segera mulai mempromosikan anggota keluarganya.
Pada 44 SM, Kaisar Yuan meninggal, lalu Liu Ao menjadi Kaisar Cheng, dan Wang Zhengjun diangkat menjadi Janda Permaisuri, yang membuatnya terlibat langsung dalam politik dan membuat keputusan tentang urusan negara.
Wang Zhengjun juga memberi lima saudara laki-lakinya yang masih hidup, dengan wilayah yang luas dalam kekaisaran Han, dan mereka dikenal sebagai ‘Lima Bawahan’.
Demikianlah, Janda Permaisuri Wang Zhengjun dan saudara-saudaranya menjadi penguasa kekaisaran yang sebenarnya, sementara kaisar tetap menjadi boneka.
Mereka membuat semua keputusan mengenai kekaisaran, tetapi saudara-saudara Wang ini sangat kuat namun tidak disukai karena korupsi mereka.
Saudara-saudara Wang ini dikenal memiliki gaya hidup yang mewah, menyuap, dan terus-menerus menutunt uang dan hasil panen dari petani.
Salah satu keponakan Janda Permaisuri Wang Zengjun, ialah Wang Mang, yang sangat ambisius.
Nafsunya akan kekuasaan membuatnya merebut takhta pada tahun 9 M.
Permaisuri Wang Zengjun yang mempromosikan keponakannya itu dan membiarkn dia membuat keputusan baik dalam urusan militer maupun sipil.
Pada tahun 7 SM, Kaisar Cheng meninggal, karena tidak memiliki anak, maka keponakannya, Liu Xin, menjadi Kaisar Ai.
Janda Permaisuri Wang Zhengjun dan keluarganya terus mempertahankan kekuasaan.
Pada tahun 1 SM, Kaisar Ai meninggal, dan dia juga tidak memiliki anak, tetapi Janda Permaisuri Wang Zhengjun masih ingin terus memerintah dan tidak memiliki keinginan untuk pensiun.
Maka dia membuat keinginannya diketahui Wang Mang, dia menempatkan keponakan Kaisar Cheng yang lain.
Kaisar baru ini berusia sembilan tahun dan lemah, dikenal sebagai Kaisar Ping, maka Wang Zhengjun menjadi Janda Permaisuri dan diangkat menjadi wali.
Dia menemukan bukannya Han yang mulia, namun kerajaannya berada di ambang kehancuran ekonomi, karena penerimaan negara menurun.
Para petani dikenai pajak sedangkan pemilik tanah tidak, kekaisaran menderita akibat pemberontakan budak yang terjadi dua dekade sebelum dia menjadi bupati.
Sementara Janda Permaisuri Wang Zhengjun menghadapi kesulitan-kesulitan itu, Wang Mang menginginkan takhta untuk dirinya sendiri, maka dia mulai membangun pendukung dan menyingkirkan saingannya.
Wang Mang mengangkat putranya sebagai Perdana Menteri, lalu menjadikan putrinya permaisuri dengan menikahkan dengan Kaisar Ping.
Pada tahun 5 M, Kaisar Ping meninggal pada usia empat belas tahun.
Wang Mang lalu mengangkat Liu Ying, cicit dari Kaisar Xuan, dan mengangkat dirinya sebagai wali menggantikan Janda Permaisuri Wang Zhengjun.
Pada 9 Januari 1 M, Wang Mang mengejutkan semua orang ketika dia merebut takhta dan menjadikan dirinya kaisar.
Dia meminta Janda Permaisuri Wang Zhengjun untuk memberinya segel dan pita kekaisaran, yang melambangkan otoritas kaisar, mengutip History of Royal Women.
Janda Permaisuri Agung Wang Zhengjun sangat marah dengan keponakannya itu sehingga dia melemparkan segel dan pita ke tanah dan meneriakkan kutukan padanya.
Sebagai Kaisar, Wang Mang mengubah nama dinasti dari Han menjadi Xin (yang berarti ‘Baru’), lalu memberi Wang Zhengjun gelar Janda Permaisuri Agung, Ibu Wen.
Dia juga menghancurkan kuil Kaisar Yuan, yang membuat Janda Permaisuri Agung Wang Zhengjun sangat tertekan karena kuil suaminya dihancurkan.
Dia menolak semua upaya Kaisar Wang Mang untuk menyenangkannya.
Dia tidak lagi mau makan dengan kaisar dan hanya makan dengan pelayan pribadinya, dan tidak pernah mau mematuhi perintah kaisar.
Ketika Kaisar Wang Mang memerintahkan istananya untuk memakai warna kuning sebagai ganti hitam untuk menghormati kalender baru, Janda Permaisuri Wang Zengjun memerintahkan para pendukungnya untuk tetap memakai warna hitam dan menggunakan kalender Han.
Janda Permaisuri Wang Zhengjun meninggal pada usia 84 tahun, pada tahun 13 M, dan telah memerintah selama hampir lima puluh tahun.
Namun, kesalahan terbesarnya adalah memberi keponakannya terlalu banyak kekuatan yang mengakhiri dinasti Han Barat.
Janda Permaisuri Wang Zhengjun tetap menjadi pahlawan dalam sejarah China karena dia menolak memberikan segel dan pita kekaisaran kepada keponakannya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari