Puisi itu kemudian dikirim ke Kaisar Wudi, dan sangat menyentuh hati Kaisar Wudi, sehingga dia mengirim hadiah untuk menghibur cucu angkatnya itu.
Ketika Lie Jiaomi sedang sekarat, dia ingin dia menikahi cucunya.
Cucunya, Jun Xumi, akan menjadi Raja Wusun berikutnya, dan dia ingin aliansi pernikahan antara kedua negara berlanjut.
Putri Xijun merasa ngeri dan jijik saat mengetahui bahwa dia harus menikahi cucu tirinya.
Ini dianggap inses di Han Cina.
Dia memprotes pernikahan dan meminta Kaisar Wudi untuk campur tangan.
Namun, Kaisar Wudi memerintahkannya untuk mengikuti adat Wusun dan menikahi Raja yang baru.
Kaisar Wudi masih melihat pentingnya aliansi pernikahan.
Dengan enggan, Putri Xijun menikahi Jun Xumi, Raja Wusun berikutnya, kemudian melahirkan seorang anak perempuan bernama Shaofu.
Empat tahun setelah dia tiba di Wusun, Putri Xijun meninggal pada 101 SM.
Karena Putri Xijun tidak menghasilkan seorang putra, Kaisar Wudi mengirim putri lain, Jieyou, untuk menggantikannya.
Sementara Putri Xijun menghabiskan waktu yang singkat di Wusun, dia memberikan kontribusi ke Tiongkok.
Kisahnya menceritakan bagaimana dinasti Han menggunakan aliansi pernikahan untuk menjaga perdamaian dengan negara lain.
Puisi Putri Xijun adalah kontribusi terbesarnya, karena dalam kisahnya, kita melihat seorang putri sedih yang dipaksa menjadi pion politik untuk memenuhi ambisi Han China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari