Penulis
Intisari-Online.com – Pernikahan Putri Xijun dikenal sebagai aliansi pernikahan pertama yang tercatat dalam sejarah Dinasti Han.
Sayangnya, dia menjalani kehidupan yang tragis, meskipun dia berasal dari keluarga kekaisaran, tetapi dia terpaksa menjalani kehidupan perbudakan.
Kaisar Wudi memilihnya untuk tugas penting yaitu menikahkan dia dengan Raja Wusun.
Aliansi ini dimaksudkan untuk melindungi Han China dari orang Hun yang menyerang.
Namun, pernikahan itu membuat Putri Xijun kesepian, yang menginspirasinya membuat puisi menceritakan kesedihannya.
Selama berabad-abad, puisi yang dibuatnya itu telah menyentuh hati orang-orang China.
Putri Liu Xijun lahir sekitar tahun 124 SM, keluarganya adalah keturunan kekaisaran.
Kakek buyutnya adalah Kaisar Jing, kakeknya adalah Liu Fei, saudara dari Kaisar Wudi.
Ayahnya, Liu Jian, menjadi Pangeran Jiangdu, yang memiliki beberapa istri dan selir.
Catatan sejarah menggambarkan Liu Jian sebagai ‘brutal, inses, dan bejat’.
Ketika Liu Xijun masih bayi, ayahnya dituduh memimpin pemberontakan melawan keluarga kerajaan dan dipaksa untuk bunuh diri.
Pada tahun yang sama, ibunya dieksekusi di depan umum karena tuduhan menggunakan sihir.
Karena orangtuanya adalah penjahat publik terhadap bangsa, maka Liu Xijun dan saudara-saudaranya dipaksa menjadi budak di istana.
Pada tahun 105 SM, Kaisar Wudi membuat aliansi pernikahan dengan Lie Jiaomi, Raja Wusun.
Wusun adalah orang Indo-Eropa yang mendiami wilayah Danau Balkhash sekarang dan barat laut Xinjiang.
Populasi penduduknya terdiri dari 630.000 (yang sangat kecil dibandingkan dengan populasi Han yang berjumlah 58 juta orang).
Aliansi ini memaksa Raja Wusun untuk membantu China melawan Xiongnu yang menyerang (dikenal oleh pembaca Barat sebagai Hun).
Kaisar Wu memilih keponakan buyutnya, Liu Xijun dan percaya bahwa dia adalah duta besar Han yang sempurna untuk Wusun.
Kaisar Wudi secara resmi menjadikannya cucu perempuannya dan memberinya gelar Putri.
Raja Lie Jiaomi memberi Kaisar Wudi 1.000 kuda sebagai hadiah pertunangannya.
Kemudian, Putri Xijun, yang ditemani oleh beberapa ratus pejabat, kasim, dan pelayannya, memulai perjalanan sejauh 4.828,03 km dari Chang'an ke Wusun.
Namun, ketika Putri Xijun akhirnya tiba di Wusun, dia menemukan bahwa Xiongnu juga mengirim Putri mereka untuk menikah dengan Raja Wusun.
Raja Wusun menikahi keduanya, tetapi dia lebih memilih putri Xiongnu, yang lalu menjadikannya ‘Nyonya Kiri’.
Sementara, Putri Xijun diangkat sebagai ‘Nyonya Kanan’, yang statusnya lebih rendah daripada Nyonya Kiri.
Pernikahan Puteri Xijun dengan Raja Wusun sangat tidak bahagia, karena dia tidak tahu bahasa dan tidak bisa berkomunikasi dengan suaminya.
Jadi, dia hanya melihatnya dua kali setahun pada acara-acara khusus.
Putri Xijun tidak pernah terbiasa tinggal di Wusun. Dia tidak suka tinggal di rumah yurt dan membangun istananya sendiri yang menyerupai arsitektur Cina.
Dia tidak suka makan daging mentah dan keju, karena itu, dia memutuskan untuk menyebarkan budaya Han ke seluruh wilayah.
Namun, dia masih kesepian dan ingin pulang.
Dia dianggap menulis puisi yang dicatat dalam The History of Han China: “Saya terpaksa menikah dengan Wusan, Yang tinggal di negeri yang jauh dari Han, Berlindung di yurt, makan daging mentah dan keju dingin, Saya menderita kerinduan dan kesedihan, Kalau saja saya bisa terbang seperti angsa, kembali ke tanah air saya.”
Puisi itu kemudian dikirim ke Kaisar Wudi, dan sangat menyentuh hati Kaisar Wudi, sehingga dia mengirim hadiah untuk menghibur cucu angkatnya itu.
Ketika Lie Jiaomi sedang sekarat, dia ingin dia menikahi cucunya.
Cucunya, Jun Xumi, akan menjadi Raja Wusun berikutnya, dan dia ingin aliansi pernikahan antara kedua negara berlanjut.
Putri Xijun merasa ngeri dan jijik saat mengetahui bahwa dia harus menikahi cucu tirinya.
Ini dianggap inses di Han Cina.
Dia memprotes pernikahan dan meminta Kaisar Wudi untuk campur tangan.
Namun, Kaisar Wudi memerintahkannya untuk mengikuti adat Wusun dan menikahi Raja yang baru.
Kaisar Wudi masih melihat pentingnya aliansi pernikahan.
Dengan enggan, Putri Xijun menikahi Jun Xumi, Raja Wusun berikutnya, kemudian melahirkan seorang anak perempuan bernama Shaofu.
Empat tahun setelah dia tiba di Wusun, Putri Xijun meninggal pada 101 SM.
Karena Putri Xijun tidak menghasilkan seorang putra, Kaisar Wudi mengirim putri lain, Jieyou, untuk menggantikannya.
Sementara Putri Xijun menghabiskan waktu yang singkat di Wusun, dia memberikan kontribusi ke Tiongkok.
Kisahnya menceritakan bagaimana dinasti Han menggunakan aliansi pernikahan untuk menjaga perdamaian dengan negara lain.
Puisi Putri Xijun adalah kontribusi terbesarnya, karena dalam kisahnya, kita melihat seorang putri sedih yang dipaksa menjadi pion politik untuk memenuhi ambisi Han China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari