Find Us On Social Media :

Kisah Yu Gwan Sun, ‘Joan of Arc’ Korea, Diadili Atas Hasutan dan Pelanggaran Hukum, Disiksa dan Dipukuli Secara Brutal Saat Invasi Jepang, Tetap Teriakkan ‘Hidup Kemerdekaan Korea!’

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 10 Februari 2022 | 18:05 WIB

Yu Gwan Sun, 'Joan of Arc' Korea, teriakkan Kemerdekaan Korea dari invasi Jepang.

Intisari-Online.com – Pada tahun 1904,  Korea bersekutu dengan Jepang selama perang Rusia-Jepang pertama, dan meminjamkan wilayahnya untuk operasi militer Jepang.

Rupanya ini hanya batu loncatan untuk pendudukan Jepang di Korea, mereka datang dan tidak pernah pergi.

Ini adalah rencana pemerintah untuk menjadikan Jepang sebagai kekuatan dunia, maka ‘keberuntungan’ bagi siapa pun di Korea yang tidak setuju dengan rencana tersebut.

Maka pada tanggal 1 Maret 1919, gerakan Kemerdekaan Korea pun dimulai, dimulai adanya Gerakan 1 Maret dengan demonstrasi yang terdiri dari sebagian besar mahasiswa dan orang Kristen, karena kelompok politik lainnya telah dibubarkan oleh pemerintah Jepang.

Para pemberontak membuat Deklarasi Kemerdekaan, yang ditandatangani oleh 30 perwakilan.

Kemudian mereka meneriakkan Deklarasi Kemerdekaan, dengan ‘Hidup Kemerdekaan Korea’, dan berjalan dengan baik.

Salah satu peserta demonstran adalah seorang gadis muda bernama Yu Gwan Sun, yang lahir pada tahun 1904 di desa kecil dekat Ch’onan, di Ch’ungch’on Selatan.

Tidak diketahui bagaimana kehidupan awalnya, tetapi dia menjadi mahasiswa Universitas Wanita Ewha di Seoul atas rekomendasi gurunya, Alice Sharp.

Baca Juga: Kisah Lady Trieu, ‘Joan of Arc’ Vietnam, Kendarai Gajah Perang dengan Dua Pedang dan Baju Besi Emas Bersama Seribu Tentara Lawan Penindasan China, Akhir Hidupnya Amat Tragis!

 Baca Juga: Kisah Rani Lakshmibai, ‘Joan of Arc’ India, Ratu yang Pergi Berperang dengan Bayi Diikat di Punggungnya dan Pedang di Masing-masing Tangannya Lawan Kolonial Inggris

Sharp adalah seorang misionaris barat yang melihat potensi pada Yu.

Ayah Yu setuju untuk mengambil kesempatan itu dan mengirim Yu ke sekolah itu pada tahun 1916, yang kemudian berhasil dalam studinya dan catatan kontemporer menyebutkan bahwa dia menggunakan liburan musim panasnya untuk mengajar penduduk desa setempat apa yang dipelajarinya.