Pada 23 Mei 1892, Snouck Hurgronje menulis sebuah laporan kepada pemerintah Belanda yang diberi judul Atjeh Verslag.
Laporan tersebut berisi temuannya selama menyamar dan beberapa cara menaklukkan Aceh berdasarkan pihak yang akan dihadapi.
Menjadi penasihat pemerintah Belanda
Pada 1898, Snouck Hurgronje ditunjuk sebagai penasihat pemerintah Belanda untuk urusan kolonial dan bekerja di bawah J.B. van Heutsz, Gubernur Belanda untuk wilayah Aceh.
Mengacu pada temuan-temuannya, Snouck Hurgronje memberi banyak saran untuk mengakhiri Perang Aceh.
Namun, hubungannya dengan J.B. van Heutsz lambat laun semakin memburuk karena beberapa sarannya tidak didengar.
Pada 1903, Kesultanan Aceh akhirnya takluk.
Namun, pemberontakan tidak selesai begitu saja, karena seperti yang diungkapkan Snouck Hurgronje, rakyat justru semakin marah karena ditaklukkan dengan kekuatan senjata.
Kembali ke Belanda
Kecewa dengan pemerintah kolonial yang mengabaikan sarannya, Snouck Hurgronje memilih untuk kembali ke Belanda dan melanjutkan karier akademisnya.
Ia diterima di Universitas Leiden sebagai profesor yang mengampu bahasa Arab dan pendidikan Islam.
Sejak saat itu, Snouck Hurgronje terus menghasilkan banyak penelitian yang berkaitan dengan Arab dan agama Islam.
Pada 1925, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Nasional Kairo, tetapi mengundurkan diri dua tahun setelahnya.
Hingga kematiannya pada 16 Juli 1936, Snouck Hurgronje diketahui mengampu jabatan sebagai Penasihat Kementrian Urusan Koloni di Kerajaan Belanda.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini