Penulis
Intisari-Online.com -Komunisme pernah begitu berdampak kepada dunia, dengan sepertiga negara-negara di dunia menganut ideologi ini.
Indonesia pun pernah menganut komunisme.
Namun tumbuhnya komunis di Indonesia dibabat oleh Soeharto yang saat itu masih menjabat sebagai pemimpin militer.
Sejatinya komunisme adalah paham yang mengedepankan kepemilikan publik terhadap kepentingan-kepentingan negara yang menghasilkan.
Namun di Indonesia, komunisme disetir seakan-akan paham yang menggulingkan ajaran Tuhan.
Sudah diketahui bahwa Soeharto menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) menyiapkan upaya kudeta yang brutal, diikuti oleh penculikan dan pembunuhan 6 jenderal TNI.
Beberapa bulan setelah kejadian G30S/PKI itu, Soeharto memerintahkan pembantaian sistemis terhadap jutaan warga Indonesia yang terlibat atau memiliki hubungan dengan PKI, atau hanya karena dituduh mendukung simpatisan kiri.
Dengan bantuan AS, Soeharto berhasil menjadi pemimpin negara Indonesia dan menjadi diktator sampai 1998.
Namun bagaimanakah perjalanan PKI hingga menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia?
Mengutip jurnal terbitan rand.org, setelah dua pemberontakan militer tahun 1926 dan 1948, PKI menapaki jalan dengan pelan-pelan untuk menjadi partai besar, mereka memilih 'jalan damai' untuk berkuasa.
Ada 4 pemimpin PKI saat itu: Aidit, Lukman, Njoto dan Sudisman, yang menjadi pemimpin Politburo PKI 1951.
Selanjutnya kebijakan kolaborasi dengan Presiden Soekarno dan DPR sukses sampai 1965.
Sebelum mencapai 1965, PKI tumbuh dari partai kecil dengan anggota kurang dari 8000 orang sampai partai raksasa beranggotakan 3 juta warga.
Ada lagi pengikutnya sejumlah 3 juta anggota di kelompok pemuda Komunis, dan serangkaian organisasi yang mengklaim mereka mendukung 14 juta orang lainnya, yang memberikan PKI total 20 juta pengikut.
Perubahan drastis terjadi akibat G30S/PKI, yang membuat PKI pecah dan hancur, para pemimpinnya pun terbunuh.
Sisa-sisa anggota PKI dibantai dengan arahan dan dukungan oleh banyak lembaga di Jawa Timur oleh anggota Partai Nahdahul Ulama, serta di Jawa Tengah dan Bali oleh anggota Partai Nasionalis Indonesia (PNI).
Ratusan ribu anggota dan pengikut PKI pun meregang nyawa.
Pengadilan memutuskan ketua PKI, D.N. Aidit, bersalah atas pembantaian keenam jenderal, tujuannya diklaim pengadilan mempercepat proses pengambilalihan Komunis dan menyingkirkan kelompok yang benar-benar menentangnya.
Di bawah kepemimpinan Aidit, kebijakan PKI berevolusi dari gradualisme sabar 1951-1963 menjadi penggunaan kekerasan tahun 1965.
Dari 1963-1965, Aidit kehilangan kesabaran terhadap doktrin 'revisionis' yang ia dapatkan dari Partai Komunis Uni Soviet dan dari dukungan Pemerintah Soviet.
Pendekatan dengan Partai Komunis China dan ketergantungan dukungan dari penguasa di Peking menggantikan hubungan sebelumnya dengan Uni Soviet.
Lantas bagaimana sebenarnya komunisme tumbuh di Indonesia?
PKI dimulai dengan dibentuknya organisasi Marxisme pertama di Hindia Belanda, yaitu Indische Sociaal Democratische Vereniging (The Indies Social Democratic Association / ISDV) atau Perkumpulan Sosial Demokratis Hindia yang dibentuk di Surabaya 9 Mei 1914 oleh H.J.F.M. Sneevliet, pria Belanda muda yang sampai di Hindia tahun sebelumnya.
Ia kemudian menggunakan pseudonym Maring dan memainkan peran penting dalam pergerakan Komunis internasional.
ISDV kemudian mengumpulkan 60 pendukung Sosial-Demokrat dan pada Kongress ketujuh di Semarang 23 Mei 1920, ISDV mengubah namanya menjadi Perserikatan Kommunist di India, yang menjadi Partai Komunis Asia pertama.
Pada 25 Desember 1920, dalam konferensi di Semarang lainnya, Partai memutuskan bergabung dengan Third International.
Pada Kongress Kedua yaitu 7 Juni 1924 di Jakarta, nama organisasi berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menunjukkan aspirasi nasionalis aktif di antara populasi yang sadar politik.
Saat yang sama, kantor Komite Pusat pindah dari Semarang ke Jakarta.
Baca Juga: Pemberontakan PKI Madiun 1948: Latar Belakang, Jalannya Pemberontakan, hingga Penyelesaiannya
Generasi pertama Komunis Indonesia dihancurkan oleh otoritas kolonial Belanda mengikuti kegagalan pemberontakan Komunis 1926-1927.
Pemberontakan menuntun kepada penangkapan 13 ribu warga, yang sedikit dieksekusi, 5000 ditempatkan pada hukuman pencegahan, 4500 dipenjarakan, dan 1308 dideportasi ke Boven Digul, Irian Barat.
PKI sudah dinyatakan ilegal pada 1927, yang kemudian disebut Ruth McVey sejarawan masa awal PKI sebagai "aksi ini secara efektif menghentikan aktivitas Komunis di Hindia selama masa kependudukan kolonial Belanda."
Generasi selanjutnya tumbuh selama masa aktif Belanda menekan semua gerakan nasionalis, apapun itu.
Kemudian muncullah pergerakan melawan fasisme yang dimulai oleh Georgi Dimitrov sebagai Sekretaris Jenderal Comintern 1935.
Di Hindia, masa ini dinyatakan sebagai pembentukan "PKI Ilegal" oleh Muso yang kembali untuk tujuan itu pada April 1935 dari beberapa tahun pengasingan di Uni Soviet.
Sedikit yang diketahui tentang aktivitas PKI masa itu atau ketika kependudukan Jepang, kecuali bahwa selama perang beberapa tokoh Komunis bekerjasama dengan Sekutu untuk melawan Jepang.
Setelah perang, nama Musso dikaitkan dengan kebijakan Jalan Baru yang diumumkan segera mengikuti kembalinya dari Uni Soviet Agustus 1948.
Ia dibunuh oleh TNI selama pemberontakan kedua PKI yang tidak berhasil di Madiun 18 September 1948.
Pemberontakan itu menyebabkan pemenjaraan lebih dari 36 ribu anggota PKI dan simpatisannya, dan mengeksekusi 11 pemimpin PKI, termasuk 5 anggota Politburo.
Perwujudan kebijakan Jalan Baru akhirnya diberikan kepada D.N. Aidit dan rekan-rekannya yang memimpin PKI 1951.