Find Us On Social Media :

Inilah Raja Terhebat Kerajaan Pajajaran yang Merupakan Kakek dari Sunan Gunung Jati Pendiri Kesultanan Banten

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 14 Januari 2022 | 13:28 WIB

Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang memerintah Kerajaan Pasundan antara 1482 ? 1521 M.

Intisari-Online.comPrabu Siliwangi atau Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja adalah raja pertama Kerajaan Pajajaran yang berkuasa antara 1482-1521. 

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Pajajaran mengalami perkembangan pesat.

Tindakan pertama yang diambil setelah resmi menjadi raja adalah membebaskan penduduknya dari empat macam pajak.

Ketika memerintah, Prabu Siliwangi dikenal sebagai pemimpin yang memegang teguh asas kesetaraan dalam kehidupan sosial, agama, budaya, ekonomi, dan politik.

Nama asli Prabu Siliwangi adalah Jaya Dewata. Ia lahir pada 1401 di Kawali Galuh (sekarang Ciamis).

Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Dewa Niskala sekaligus cucu dari Niskala Wastu Kancana.

Menurut Prasasti Batutulis, ia dinobatkan sebanyak dua kali, yaitu sebagai raja Kerajaan Sunda dan raja Kerajaan Galuh.

Periode terakhir Kerajaan Sunda-Galuh inilah yang kemudian dikenal sebagai masa Kerajaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan di Pakuan Pajajaran.

Baca Juga: Memiliki Darah Penguasa Majapahit, Siapa Sangka Putri Raja Majapahit Terlibat Cinta Segitiga yang Tragis, Kekasih Hatinya Menikahi Wanita Lain dan Dirinya Malah Jadi Istri Kedua

Baca Juga: Bersahabat Erat dengan Majapahit Atas Pernikahan Kedua Putrinya dengan Raja dan Bangsawan Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Dharmasraya, Muncul Setelah Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi Ambetikasih, putri Ki Gedeng Sindangkasih, pamannya sendiri.

Sementara dari istrinya, Subang Larang, Prabu Siliwangi memiliki tiga orang anak, yaitu Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuwana, Nyimas Rara Santang, dan Raden Kian Santang.

Raden Walangsungsang inilah yang nantinya mendirikan Kesultanan Cirebon.

Sedangkan Nyimas Rara Santang mempunyai putra bernama Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Sanga yang nantinya mendirikan Kesultanan Banten dan meneruskan takhta Kesultanan Cirebon.

Selain itu, Prabu Siliwangi juga dijodohkan dengan Nyai Kentring Manik Mayang Sunda.

Dari pernikahannya ini, ia memiliki anak Sanghyang Surawisesa, yang nantinya mewarisi takhta Kerajaan Pajajaran.

Menurut sumber Portugis, di bawah kekuasaan Prabu Siliwangi, Pajajaran diperkirakan memiliki 100.000 prajurit dan 40 ekor pasukan gajah.

Selain itu, Prabu Siliwangi juga mencurahkan perhatian pada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan, dan menyusun formasi tempur di darat, tetapi angkatan lautnya terbilang lemah.

Baca Juga: Bukan karena Bencana Maupun Serangan Musuh, Inilah yang Mengakhiri Kekuasaan Kerajaan Kahuripan, Bermula dari Pewaris Tahta yang Memilih Jadi Pertapa

 Baca Juga: Daftar Sumber Sejarah Tarumanegara, Lengkap dari Berbagai Jenis

Naskah Kitab Waruga Jagat dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh menyebut bahwa periode kekuasaan Prabu Siliwangi adalah masa kemakmuran bagi Pakuan.

Asal-usul nama Prabu Siliwangi

Sedangkan nama Prabu Siliwangi berasal dari dua kata, yaitu "silih" yang artinya pengganti dan "wewangi" yang berarti harum atau wangi.

Oleh karena itu, Prabu Siliwangi dapat diartikan sebagai pengganti Prabu Wangi.

Menurut tradisi lama, nama ini diberikan karena rakyat tidak boleh menyebut gelar raja sesungguhnya.

Dalam sejarahnya, nama Prabu Siliwangi ternyata pernah diberikan kepada Niskala Wastu Kancana, kakek Sri Baduga Maharaja, atas jasa-jasanya selama memerintah tanah Sunda.

Pasalnya, sang raja dinilai telah berhasil mempertahankan martabat orang Sunda ketika Gajah Mada hendak mewujudkan sumpahnya.

Akan tetapi, bagi masyarakat Sunda gelar Prabu Siliwangi memang lebih melekat kepada Sri Baduga Maharaja saja.

Baca Juga: Kehebatannya Terdengar Sampai Daratan China, Siapa Sangka Majapahit Pernah Membuat Negeri Panda Gentar Sampai Berikan Dukungan Pada Kerajaan Ini Untuk Tandingi Majapahit

Baca Juga: Mengapa Aswawarman Disebut sebagai Wangsakarta dari Kerajaan Kutai?

(*)