Bukan karena Bencana Maupun Serangan Musuh, Inilah yang Mengakhiri Kekuasaan Kerajaan Kahuripan, Bermula dari Pewaris Tahta yang Memilih Jadi Pertapa

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Kerajaan Kahuripan didirikan oleh Prabu Airlangga pada 1019.

Airlangga, yang merupakan seorang pangeran keturunan Bali, menjadi pendiri sekaligus satu-satunya raja yang memerintah Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini.

Kerajaan ini memang berumur pendek, yaitu antara tahun 1019 hingga 1045.

Bukan karena bencana maupun serangan musuh seperti kerajaan pendahulunya, tetapi karena alasan lain.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kahuripan

Kerajaan Kahuripan berdiri usai keruntuhan Kerajaan Medang, yang merupakan kelanjutan dari Mataram Kuno.

Pada 1017 M, Kerajaan Medang runtuh akibat peristiwa Pralaya Medang. Dalam bahasa Sansekerta, Pralaya artinya 'kehancuran dunia'.

Itu merupakan peristiwa serangan Raja Wurawiri (yang didukung Kerajaan Sriwijaya) terhadap Kerajaan Medang pada masa kekuasaan Raja Dharmawangsa Teguh, paman Airlangga.

Baca Juga: Dapat Keuntungan dari Dendam Sriwijaya, Inilah Kerajaan Kecil yang Sukses Porak-porandakan Kerajaan 'Atasannya', Jadikan Mataram Kuno Lautan Darah

Baca Juga: Daftar Sumber Sejarah Tarumanegara, Lengkap dari Berbagai Jenis

Raja Wurawiri kecewa atas keputusan Raja Dharmawangsa Teguh menikahkan putrinya dengan Airlangga.

Dalam peristiwa Pralaya Medang, banyak pembesar kerajaan yang tewas, termasuk Raja Dharmawangsa Teguh dan putrinya.

Sementara Airlangga berhasil berhasil selamat dari tragedi berdarah itu dengan cara melarikan ke dalam hutan bersama abdinya, Narottama.

Hal itu seperti yang diceritakan dalam Prasasti Pucangan.

Pascaperistiwa itulah, Prabu Airlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan, kerajaan baru di Wwatan Mas.

Kemudian pada 1032, Raja Airlangga memindahkan ibu kotanya ke Kahuripan setelah diserang musuh. Sementara di akhir pemerintahannya, Raja Airlangga memindahkan ibu kota kerajaan ke Daha (Kediri).

Dari Prasasti Pucangan, dapat diketahui bahwa antara 1029-1037 Raja Airlangga menyerang semua musuh yang memiliki andil dalam runtuhnya Kerajaan Medang bersama Raja Wurawari.

Setelah semua musuh dapat ditaklukkan, baru kemudian sang raja memusatkan perhatiannya untuk membangun kerajaan.

Baca Juga: Pantas Saja Herry Wirawan Oleh Jaksa Sampai Dituntut Hukuman Mati, Kebiri Kimia, Plus Denda Rp500 Juta, Rupanya Ini 8 Alasan Ia Layak Menerima Hukuman Berat Itu

Baca Juga: Kabar Gembira Penerima Vaksin Sinovac, Pemerintah Indonesia Resmi Setujui Pemberian Booster, Rupanya Ini Alasan Booster Hanya Khusus Untuk Pengguna Vaksin Sinovac

Pada awal berdirinya kerajaan, wilayah kekuasaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo, Pasuruan, dan sebagain Mojokerto.

Namun setelah musuh ditaklukan dan perhatian berpusat pada pembangunan kerajaan, kemajuan pesat dapat dilihat. Termasuk pembangunan bendungan, pelabuhan, dan jalan.

Raja Airlangga juga meringankan beban pajak rakyatnya yang sering terkena musibah.

Selain itu, pada masa pemerintahan Raja Airlangga terdapat seorang pujangga ulung bernama Mpu Kanwa, yang terkenal dengan karyanya berjudul Kitab Arjunawiwaha.

Berakhirnya Kekuasaan Kerajaan Kahuripan

Jika bukan karena bencana alam maupun serangan musuh, apa yang menyebabkan berakhirnya kekuasaan kerajaan ini?

Rupanya, itu bermula dari keputusan pewaris tahta kerajaan, yaitu putri Raja Airlangga bernama Sanggramawijaya Tunggadewi, yang justru memilih untuk menjadi pertapa.

Maka, terjadilah masalah suksesi kerajaan ini, di mana terjadi perebutan takhta di antara dua putra Raja Airlangga, Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya.

Baca Juga: Termasuk Jadi Solusi Sepatu yang Mudah Bau, Ini 4 Hal yang Dapat Dimanfaatkan dari Kantong Teh Celup Bekas, Jangan Dibuang Dulu!

Baca Juga: Kehidupan Suku Togutil di Pedalaman Hutan Halmahera, Semakin Kesusahan Pangan di Hutan Rumah Mereka Sendiri

Maka pada 1045, Raja Airlangga memutuskan membagi kerajaan untuk kedua putranya itu.

Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.

Peristiwa pembagian kekuasaan inilah menandai akhir dari pemerintahan Kerajaan Kahuripan.

Setelah turun takhta, Airlangga memilih untuk menjadi pertapa hingga akhir hayatnya pada 1049.

Baca Juga: Isi Tritura yang Dikumandangkan Mahasiswa Tahun 1966, Salah Satunya 'Bubarkan PKI!'

Baca Juga: Dipercaya Berasal dari Kerajaan Pajajaran, Asal-usul Warga Baduy di Pedalaman Banten Juga Diyakini Keturunan Batara Cikal yang Diutus ke Bumi

(*)

Artikel Terkait