Intisari-Online.com - Masyarakat suku Baduy atau yang juga disebut orang Kanekes mendiamikawasan Pegunungan Kendeng, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Seluruh wilayahnya masuk ke dalam administratif Desa Kanekes.
Saat ini warga Suku Baduy mendiami wilayah tanah ulayat seluas 5.130,8 hektar.
Mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam.
Berdasarkan data dari Desa Kanekes, jumlah penduduk Baduy kini mencapai sebanyak 11.700 warga di Baduy Luar dan 1.500 warga di Baduy Dalam.
Mereka mendiami 65 kampung dan tiga kampung di Baduy Dalam yakni Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo.
Asal-usul mereka yang paling terkenaladalah kisah warga Baduy merupakan keturunan Kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri ke wilayah Pegunungan Kendeng di Banten Tengah pada abad ke-12.
Dalam buku 'Potret Kehidupan Masyarakat Baduy' oleh Djoewisno, disebutkanawal mula pengasingan terjadi saat wilayah Banten dikuasai oleh Sunan Gunung Jati yang membawa misi menyebarkan agama Islam.
Sejumlah orang yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun memilih melarikan diri ke arah selatan Pulau Jawa (Banten), meninggalkan istana kerajaan mereka yang disebut Megah.
Dalam pelariannya selama berhari-hari, rombongan itu kemudian tiba di hulu Sungai Ciujung di jantung Pegunungan Kendeng.
Tempat itu kini disebut sebagai Panembahan Arca Domas atau Petak 13.
Sementara pengamat budaya Baduy, Uday Suhada mengatakan, ada versi lain yang juga diyakini oleh masyarakat Baduy terkait asal-usulnya.
Dalam kepercayaan Suku Baduy, mereka meyakini nenek moyang warga Baduy sudah ribuan tahun tinggal di wilayah Kaolotan secara turun-temurun.
Adapun mereka meyakini keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi.
Asal-usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama.
"Mereka percaya jika Nabi Adam turun di wilayahnya," kata Uday.
Tak hanya asal-usulnya yang memiliki banyak versi, penamaan 'Baduy' sendiri memiliki beragam cerita.
Dalam budaya populer, kata Baduy dikisahkan pertama kali muncul oleh penjajah Belanda yang menganggap warga Baduy mirip dengan orang Badui dari Timur Tengah.
Kekinian nama Badui kemudian berubah menjadi Baduy.
"Memang saat penjajahan Belanda, orang Kanekes sudah bepergian ke Batavia (Jakarta) untuk berjualan madu dengan jalan kaki tanpa alas kaki, sehingga dianggap mirip orang Badui di Timur Tengah," kata Uday.
Dalam dongeng yang muncul di kalangan masyarakat Banten sendiri, nama Baduy dipercaya berasal dari sungai yang mengalir di sana bernama Cibaduy.
Ada juga yang mengatakan kalau Baduy berasal dari kata Baduyut karena pemukiman tempat mereka tinggal banyak tumbuh Pohon Baduyut, sejenis pohon beringin.
(*)