Find Us On Social Media :

Terkenal dengan Budaya dan Pakaian yang Unik, Suku Maasai Meyakini Bahwa Penguburan Berbahaya Bagi Tanah, Maka Ini yang Dilakukan Ketika Ada Orang Mati, Upacara Pemakaman Hanyalah untuk Kepala Suku

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 5 Januari 2022 | 09:55 WIB

Suku Maasai di Afrika Timur yang meyakini bahwa penguburan akan merusak tanah.

Intisari-Online.com – Kenya menjadi tujuan safari Afrika yang ikonik dan rumah bagi suku Maasai, yang terkenal dengan budaya dan pakaian sumu mereka yang unik.

Suku Maasai merupakan kelompok etnis asli di Afrika yang terdiri dari orang-orang semi-nomaden menetap di Kenya dan Tanzania Utara.

Karena tradisi, adat istiadat, dan pakaian mereka yang berbeda dan tempat tinggal mereka di dekat banyak taman nasional Afrika Timur, Maasai menjadi salah satu kelompok etnis Afrika terkemuka dan dikenal secara internasional.

Maa, bahasa yang berasal dari Nilo-Sahara, yang mereka gunakan, terkait dengan Dinka dan Nuer.

Mereka juga berbicara dalam bahasa resmi Tanzania dan Kenya, Swahili, dan  Inggris.

Sekarang, diperkirakan populasi dari Suku Maasai ini sekitar 900.000 penduduk.

Meskipun pemerintah Kenya dan Tanzania telah menetapkan program untuk mendorong Maasai meninggalkan gaya hidup semi-nomaden tradisional mereka, namun orang-orang Maasai tetap  menjalankan kebiasaan kuno mereka, meskipun perlahan berubah.

Menurut sejarah lisan suku itu, suku Maasai berasal dari utara Danau Turkana (barat laut Kenya) di Lembah Nil bagian bawah.

Baca Juga: Bak ‘Wonder Woman’ Pahlawan Wanita dalam Film ‘Super Heroes’, Apakah Pejuang Wanita Suku Amazon yang Garang, Kuat, dan Berani itu Benar-benar Ada atau Hanya Mitos?

 Baca Juga: Dipercaya sebagai Keturunan 'Ular,' Begini Kehidupan Anak-anak Suku Vadi di India yang Sudah Bisa 'Menaklukkan' Ular Berbisa Sedini Mungkin

Mereka berimigrasi ke selatan pada abad ke-15 dan tiba di daratan panjang yang membentang di Tanzania tengah dan Kenya Utara selama abad ke-17 dan ke-18.

Wilayah Maasai mencapai ukuran yang paling dominan pada abad ke-19 ketika mereka menutupi sebagian besar Great Rift Valley dan tanah yang berdekatan dari Dodoma dan Gunung Marsabit.