Penulis
Intisari-Online.com - Pada tahun 2011, para peneliti menyebut bahwa budaya dapat memicu evolusi pada bentuk fitur manusia.
Hal itu juga yang terjadi pada praktik perkawinan suku dari hutan hujan Brasil.
Evolusi sering dianggap didorong oleh faktor lingkungan, termasuk iklim, atau hambatan geografis seperti sungai dan gunung.
Namun, faktor budaya dapat memiliki efek mendalam pada perilaku yang menyebabkan perubahan evolusioner.
Baca Juga: Pembuatannya Didahului Ritual Khusus, Inilah 5 Fakta Unik Kapal Phinisi Khas Suku Bugis
Melansir Live Science, untuk mempelajari lebih lanjut, para ilmuwan menganalisis sifat genetik, iklim, geografis dan fisik dari 1.203 anggota enam suku Amerika Selatan yang tinggal di wilayah Amazon Brasil.
Mereka mengungkap bahwa satu kelompok, suku Xavante, punya bentuk morfologi yang berbeda dari yang lainnya.
Kepala mereka lebih besar dengan bentuk kepala yang lebih tinggi dan sempit, serta hidung yang lebih lebar.
Karakteristik ini berkembang sekitar 1.500 tahun setelah mereka berpisah dari kelompok Kayapo.
Perubahan tersebut dianggap oleh para peneliti tidak berkaitan denganh iklim atau geografi di Xavante.
Melainkan karena faktor budaya.
Misalnya, di desa Xavante di Sao Domingo, seperempat populasinya terdiri dari putra seorang kepala suku, Apoena, yang memiliki lima istri.
Praktek seksual suku itu memungkinkan satu pria menjadi ayah untuk banyak keturunan.
Sehingga, keturunannya rata-rata memiliki ciri-ciri yang sama dan mendominasi populasi mereka.
"Kami meneliti Xavante selama sekitar setengah abad, dan sejak awal morfologi mereka menunjukkan perbedaan dari pola klasik Amerindian," kata Francisco Salzano, ahli genetika di Universitas Federal Brasil Rio Grande do Sul, mengatakan kepada Live Science.
"Kami memverifikasi bahwa Xavante mengalami kecepatan evolusi morfologi yang luar biasa."
Salzano dan rekan-rekannya mempublikasikan hasil penelitian ini secara online 19 Desember 2011 di Prosiding National Academy of Sciences.
(*)