Find Us On Social Media :

Ternyata Orang Jawa Pernah Punya Kapal Terbesar dalam Sejarah Dunia, Digunakan Majapahit sebagai Kapal Perang hingga Kuasai Nusantara, Ini Julukannya

By Khaerunisa, Sabtu, 25 Desember 2021 | 14:55 WIB

Jong jawa bertiang tiga di Banten, 1610.

Intisari-Online.com - Siapa sangka orang Jawa pernah punya kapal terbesar dalam sejarah dunia.

Kapal jenis ini yang mendukung kekuatan maritim Kerajaan Majapahit hingga berhasil menguasai Nusantara dan disegani di wilayah Asia Tenggara.

Kapal-kapal Majapahit sendiri dibangun oleh sosok Mpu Nala sebagai arsiteknya.

Nama Mpu Nala sebagai Panglima Perang Majapahit atau Rakryan Tumenggung, disebut dalam lima sumber sejarah, yaitu Kakawin Nãgarakṛtãgama atau Deçawarṇana, Prasasti Prapancasarapura, Prasasti Batur, Prasasti Bendasari, dan Prasasti Sekar.

Baca Juga: Jadi Pembawa Bencana Bagi para Petani Sebelum Keberadaannya Terungkap, Candi Peninggalan Majapahit Ini Juga Jadi Anomali 'Percandian' karena Posisinya yang Tak Lazim

Mpu Lembu Nala atau disebut pula Laksamana Nala, menjabat sebagai Panglima Angkatan Laut Majapahit sejak Majapahit di bawah kekuasaan Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M) hingga Hayam Wuruk (1350-1389 M).

Pada masa-masa itulah kapal dari Jawa semakin dikenal oleh pelaut dunia dan digunakan secara besar-besaran oleh Kerajaan Majapahit sebagai kapal angkut militer.

Disebutkan jika Majapahit memiliki 400 kapal untuk perang yang terbagi menjadi lima armada.

Melansir nationalgeographic.grid.id, hadirnya kapal raksasa dari Jawa turut tercatat dalam laporan sejarah abad 16 yang ditulis oleh Gaspar Correia.

Baca Juga: Bisa Bernasib Seperti Timor Leste, Terkuak Ada Negara Baru di Dekat Indonesia yang Baru Saja Referendum, Bakal Jadi Incaran Australia?

Dalam catatan Gaspar Correia, diceritakan tentang kapal raksasa dari Jawa yang tidak mempan ditembak meriam terbesar, di mana dari empat lapis papan kapal, hanya dua saja yang bisa ditembus.

Sementara itu, orang Jawa sendiri berhasil membuat kapal terbesar dalam sejarah dunia pada abad ke-8, yang kemudian disebut sebagai “Jung”.

Jung dalam dalam bahasa Jawa kuno berarti perahu. Selaain di Jawa, kapal jenis ini juga konon terdapat di perairan Asia Tenggara sampai ke pantai timur Afrika.

Tetapi, ada dua jenis jung yang terkenal, Jung Jawa menjadi salah satunya, sementara yang lain adalah Jung China.

Baca Juga: Dibocorkan Oleh Vladimir Putin, Terkuak Ini Alasan China Bakal Kalahkan Amerika, Bahkan Tak Ada Negara yang Bisa Menghentikan China

Di balik perawakan Jung Jawa yang besar bak raksasa, kapal ini dibangun dengan teknik yang cukup unik.

Alih-alih menggunakan paku atau besi, kerangka Jung Jawa menggunakan pasak untuk merekatkan bagian kapal satu sama lain.

Kapal ini terdiri dari empat tiang layar dan dinding besar yang merupakan gabungan dari empat lapis kayu jati.

Jung Jawa juga menggunakan bermacam layar, mulai dari dua layar hingga empat layar besar, lengkap dengan sebuah busur besar sebagai kemudi angin.

Baca Juga: Keras Teriak-teriak Soal Nuklir Iran, Siapa Sangka Israel Sebenarnya Sudah Punya Program Nuklir Rahasia Sejak 1960, Foto Lawas Ini Jadi Buktinya

Kapal-kapal milik Majapahit sendiri mampu menampung hingga 800 prajurit dengan panjang mencapai 50 depa atau setara 100 meter.

Untuk ukuran kecil, kapal ini memiliki panjang 33 meter dengan kapasitas 121 prajurit.

Dari waktu ke waktu, Jung Majapahit mengalami alih fungsi. Melihat kapasitasnya yang cukup besar, kapal ini akhirnya juga dijadikan sebagai kapal dagang.

Niccolo da Conti pada abad ke-15 menggambarkan kargo Jawa tersebut memiliki ukuran yang lebih besar dari kapal terbesar bangsa Portugis pada masa itu, yakni kapal Flor de La Mar.

Baca Juga: Jadi Raja Majapahit yang Kekuasaannya Hingga ke Mancanegara, Terkuak Akhir Memilukan Hidup Hayam Wuruk, Kehilangan Sosok Ini Karena Keegoisan Gajah Mada

Lalu, mengapa Jung Jawa yang pernah tersohor pada masanya itu kini tak banyak diketahui keberadaannya?

Disebut-sebut, gagalnya regenerasi kekuasaan Mataram merupakan salah satu penyebab terkikisnya peradaban kapal jung. Setelah Sultan Agung Mataram lengser, pemerintahan Mataram jatuh pada Amangkurat I.

Pada masa pemerintahannya, Amangkurat I menjalin perjanjian dagang dengan Belanda melalui VOC, di mana pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram juga diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC.

Disebut, ketika itu Amangkurat I menutup pelabuhan dan menghancurkan kapal-kapal di kota-kota pesisir, untuk mencegah pemberontakan dari pihak yang tidak setuju dengan keputusannya.

Baca Juga: Pantas Saja Indonesia Mantap Borong Jet Tempur Rafale, Negara Teluk Sekelas Ini Saja Pilih Borong Jet Tempur Buatan Perancis Itu Daripada F-35 Buatan Lockheed Martin AS

(*)