Jadi Ujian Awal Hubungan Mesra AS-Arab Saudi, Inilah 'Death of a Princess', Dokumenter Kematian Putri Raja yang Dihukum Mati karena Berzina, Inggris Ikut Kena Getah

May N

Penulis

Intisari - Online.com -Tukang kayu Barry Milner sedang dalam perjalanan pulangnya ke hotel tempatnya menginap dari bekerja di kota Arab, Jeddah, ketika ia mendengar jika seorang pria akan dipenggal tidak jauh dari rute perjalanannya.

Pria berusia 25 tahun itu buru-buru mendatangi lokasi, dipersenjatai dengan kamera kecil yang ia sembunyikan di kotak rokoknya, sebuah gerakan berisiko.

Saat ia datang, ia melihat tidak hanya satu orang meninggal tapi ternyata dua.

Pertama adalah seorang putri Arab Saudi berusia 19 tahun bernama Mishaal binti Fahd bin Muhammad, cucu-keponakan dari Raja Khalid.

Baca Juga: Tak Hanya Lakukan Kudeta, Intip Betapa Sadisnya Militer Myanmar Eksekusi PuluhanWarga Sipil,KorbanDiikat, Dipukuli, dan Disiksa Sepanjang Hari, Lalu Mayatnya Dimutilasi

Sang putri ditembak tiga kali, melansir ozy.com.

Selanjutnya Milner melihat seorang pria ditebas enam kali dengan sebuah pedang sampai kepalanya terpenggal.

Enam bulan kemudian pada 26 Januari 1978, foto-foto Milner tampak di halaman pertama tabloid Inggris The Daily Express, dengan kesaksiannya dicetak di halaman ketiga.

Kisah tragis itu membuat takjub Antony Thomas, yang saat itu merupakan pembuat film Inggris berusia 37 tahun, yang kemudian berniat membuat sebuah dokumenter mengenai kematian sang putri.

Baca Juga: Kisah Ivan IV, Raja Gila dari Kerajaan Rusia yang Bunuh Putranya dengan Tongkat Runcing dan Menebar Teror bagi Musuh-musuhnya

Cerita pertama yang Thomas yakini datang dari seorang teman yang baru saja mendatangi pesta makan malam London yang diadakan oleh salah seorang sosok paling berpengaruh di Arab Saudi.

Tuan rumah diduga mengatakan kepada tamu-tamunya jika Putri Mishaal telah menolak memenuhi syarat sebuah kontrak pernikahan dengan pria yang dipilihkan untuknya oleh keluarga kerajaan.

Alih-alih, ia telah membujuk Muhammad bin Abdulaziz al Saud, kakeknya dan kakak laki-laki dari raja, untuk membiarkan dia belajar di Beirut.

Calon suaminya menurut kisah tersebut tidak punya pilihan selain mengikuti keputusan kakek Putri Mishaal yang berkuasa.

Baca Juga: Meski 'Alergi' dengan Pengaruh Kebudayaannya, Namun Perihal Rudal Balistik China Ketahuan oleh Intel AS Tengah Bantu Arab Saudi Memproduksi dengan Transfer Skala Besar

Di Beirut, Putri Mishaal mengenal dan terinspirasi oleh sosialisme Arab, feminisme dan keponakan dari duta besar Arab Saudi, yang menjadi cinta hidupnya.

Keduanya berhubungan di publik dan segera dipanggil kembali ke kerajaan.

Itulah di mana sang putri mengaku melakukan perzinaan tiga kali di depan pengadilan, membuatnya dan kekasihnya dihukum mati.

Versi cerita ini juga menggema dengan Thomas temui di seluruh dunia Arab, beberapa bisa memahami perasaan sang putri yang memilih mati daripada hidup sebagai tahanan di dalam keluarganya sendiri.

Baca Juga: Dijuluki Raja Terkaya di Bumi, Sebenarnya Seberapa Kaya Raja Thailand Jika Kekayaannya Disandingkan dengan Raja Brunei dan Arab Saudi?

Namun saat pembuat film itu menggali lebih dalam lagi, ia tidak bisa menemukan jejak apapun mengenai data Putri Mishaal di universitas atau melacak siapapun yang mengenalnya di sana.

"Saya benar-benar kaget dengan kejadian aslinya," ujar Thomas yang kini berusia 80 tahun.

"Namun sebagai seorang pembuat film dokumenter, Anda harus melakukan banyak riset sampai Anda yakin Anda memiliki cerita yang benar."

Cerita itu datang lewat putri Saudi yang lain yang bertemu dengannya secara rahasia selama kunjungannya ke Arab Saudi pada Oktober 1978.

Baca Juga: Mendadak Ditangkap Padahal Tak Tahu Apa-apa Soal Pembunuhan Jamal Khashoggi, Pria Ini Ungkap Mengerikannya Penjara Prancis, Seperti di Kebun Binatang

Ia mengatakan kepadanya jika banyak putri-putri di Istana Saudi memiliki hubungan gelap, tapi Mishaal melakukan kesalahan yaitu jatuh cinta.

Menurut banyak sumber, pria itu adalah Khaled Al-Shaer berusia 20 tahun.

Sedikit yang diketahui tentang dia.

Penelitian Thomas mengupas jika Mishaal telah menikah di umur-umur remajanya tapi ia berencana kawin lari dengan Al-Shaer di London selama liburan mendatang.

Baca Juga: Selama 3 Tahun Jadi Misteri, Tersangka PembunuhanJamal Khashoggi Akhirnya Ditangkap diPrancis, IniHubungan Pelaku dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman

Namun ketika kakeknya membatalkan perjalanan tersebut, pasangan tersebut terpaksa membuat rencana lainnya.

Suatu malam, pada awal Juli, sang putri membaringkan bajunya di permukaan laut untuk membuat ia tampak tenggelam.

Empat hari kemudian ia tertangkap basah mencoba terbang keluar dari Arab Saudi, menyamar sebagai seorang laki-laki.

Putri Mishaal dan kekasihnya yang berencana masuk ke pesawat yang sama, tertangkap.

Baca Juga: Tak Pernah Dirumorkan Punya Musuh Atau Berperang, Mendadak Ada 14 Pesawat Tempur Nyelonong Masuk Mengancam Arab Saudi, Tak Disangka Ini Pelakunya

Dua pengacara Islam Arab Saudi kemudian membeberkan kepada Thomas jika tidak pernah ada sidang, menjelaskan mengapa eksekusi tidak dilakukan di lapangan seperti standar di Jeddah, tapi di pembuangan sampah dekat hotel Barry Milner.

"Itu merupakan sebuah keputusan dari kakek," ujar Thomas.

"Ia mengamuk sang putri telah mengotori namanya."

Dipersenjatai dengan informasi orang dalam, Thomas berhasil menyelesaikan rekonstruksi dramatis kejadian itu dengan bantuan David Fanning, eksekutif produser dari saluran seri dokumenter WGBH World.

Baca Juga: Bikin Panik Seantero Timur Tengah, Mendadak Inggris Kirim Dua LusinRudal Penghancur ke Arab Saudi, Ternyata Ada Pesan Rahasia di Balik Tindakannya Itu

Seluruh narasi berdasarkan dari wawancara yang dilakukan Thomas, tapi dengan rincian yang melindungi sumbernya.

Pemerintah Arab Saudi dilaporkan menekan saluran ITV Inggris untuk membuang proyek tersebut.

Alih-alih, ITV menyiarkan Death of a Princess di Inggris pada 9 April 1980, menciptakan badai.

Raja Saudi, Khalid, dengan cepat mengusir duta besar Inggris, yang kemudian dipanggil lima bulan kemudian, dan kemudian mengancam memberi sanksi kepada kepentingan bisnis Inggris.

Baca Juga: Padahal 95 Persen Daratannya Adalah Padang Pasir, Arab Saudi Malah Mati-Matian Beli Pasir Dari Negara Lain Termasuk Dari Indonesia, Ternyata Alasannya Sangat Mengejutkan

Beberapa di Inggris khawatir jika Arab Saudi akan merusak semua ikatan diplomasi.

Masalah kemudian datang mengenai apakah film itu akan disiarkan di Amerika Serikat, ada tekanan komersil dan politik dari anggota-anggota Kongres dan perusahaan seperti Mobil Oil.

Anggota-anggota Kongres khawatir kehilangan akses ke suplai minyak Saudi; dan Mobil Oil memiliki kepentingan bisnis di kerajaan dan merupakan sponsor bagi PBS, yang berencana menayangkan dokumenter tersebut.

"Saya beritahu bos saya jika jurnalisme itu benar," ujar Fanning.

Baca Juga: Dianggap Sama dengan Syariat Islam Arab Saudi, Ternyata Inilah Deobandi, Ajaran Islam yang Dipegang Taliban dan Ditentang Pemuka Islam Sunni, Siapa Sangka Berakar di Desa di India Ini

"Itulah sebabnya WGBH berdiri dengan tegas, mereka janji menanyangkan film itu lewat satelit jika PBS menyerah."

PBS tidak menyerah, walaupun ada tekanan dari Departemen Luar Negeri AS.

Pada 12 Mei 1980, Death of a Princess ditayangkan di seluruh AS, dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang sejarah PBS.

Hal ini menjadi tes awal hubungan AS-Saudi dan untuk kekuasaan tekanan politik atas televisi publik.

Baca Juga: Seantero Dunia Kerap Keliru, Ternyata Ini Bedanya Syariat Islam di Afghanistan dan di Arab Saudi, Dibongkar Langsung oleh Mantan Kepala Intelijen

Takut jika Arab Saudi akan melawan AS seperti dengan Inggris, tapi ternyata ketakutan itu hanya ketakutan semata.

Sementara Inggris tidak menayangkannya lagi, PBS menayangkannya lagi pada 2005 untuk menandai ulang tahun ke-25.

Kali ini Saudi tidak membuat banyak suara, tapi film itu pun juga tidak penting lagi.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait