Intisari-Online.com -Kaisar Zhengde adalah salah satu penguasa paling terkenal dari Dinasti Ming, karena kegilaannya.
Dia suka memimpin ekspedisi militer yang berubah-ubah dan suka memberi perintah kepada kembaran imajiner yang dia sebut Jenderal Zhu Shou.
Lahir 1491 di Tiongkok—meninggal 1521 di Tiongkok, Zhengde memerintah selama 1505–21 dari dinasti Ming (1368–1644).
Selama masa pemerintahannya, mereka yang menjabat sebagai kasim mencapai kekuasaan sedemikian rupa di dalam pemerintahan sehingga penguasa berikutnya tidak mampu mengusir mereka.
Melansir Brittanica.com, Zhengde mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk mencari kesenangan, dia mengandalkan kasimnya untuk mendapatkan informasi tentang pemerintah.
Korupsi merajalela, kantor-kantor publik diperjualbelikan, dan pajak yang berlebihan dibebankan kepada rakyat.
Karena para kasim yang mendominasi pemerintah sebagian besar adalah orang utara, provinsi selatan tidak memiliki perwakilan, dan situasi mereka sangat buruk.
Pemberontakan sering terjadi di sana, dan orang-orang memilih menjadi bandit.
Akhirnya, pada tahun 1510, kaisar Zhengde menyadari adanya korupsi dan memerintahkan eksekusi kepala kasim, Liu Jin, yang rumahnya ditemukan ditumpuk dengan permata langka, emas, dan perak.
Zhengde memerintahkan Liu dieksekusi dengan proses pemotongan lambat selama 3 hari.
Liu menyerah pada hari kedua. Dalam novel era Ming, seperti “The Zhengde Emperor Roams through Jiangnan”, disebutkan bahwa Zhengde sebagai orang gila karena bodoh dan mudah ditipu.
Pada satu hari, ia menikmati semangkuk bubur nasi yang dia yakini dibuat dari mutiara yang dimasak.
Tapi, jabatan kasim masih mempertahankan posisi berpengaruh dalam pemerintahan, karena kaisar menolak mengabdikan dirinya untuk urusan negara.
Sebaliknya, dia senang melakukan perjalanan penyamaran ke seluruh negeri.
Pada satu kesempatan dia hampir ditangkap dalam serangan Mongol.
Zhengde menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa-bahasa eksotis.
Dia menguasai bahasa Tibet, Mongol, dan Juchen.
Zhengde bahkan memberi dirinya sendiri gelar dalam bahasa-bahasa ini.
Ratusan pejabat yang mengkritik perilaku eksentriknya disiksa, dibunuh, atau diturunkan pangkatnya.
Kaisar muda menghadapi ajalnya saat kapal pesiarnya terbalik dan membuatnya tenggelam.
Takhtanya digantikan oleh sepupunya, Zhu Houcong, yang memerintah sebagai kaisar Jiajing.
(*)