Penulis
Intisari - Online.com -Arab Saudi dilaporkan telah "diserang oleh 14 drone" saat ketegangan di sekitar negara itu meningkat.
Tidak disangka, serangan drone itu muncul dari ketegangan antara Yaman melawan gerakan militan Houthi meningkat.
Gerakan bersenjata dan politik Islami itu mengatakan telah menembakkan 14 drone di beberapa kota di Arab Saudi termasuk fasilitas Saudi Aramco di Jeddah.
Juru bicara militer Houthi mengatakan dalam konferensi pers kelompok itu juga menyerang target militer di Riyadh, Jeddah, Abha, Jizan dan Najran.
Namun, pernyataan mereka menyebut nama yang salah untuk bandara internasional di Jeddah.
Mereka juga menyebut lokasi yang salah untuk pangkalan King Khalid, yang mereka sebut di Riyadh padahal sebenarnya berada di selatan kerajaan.
Juru bicara militer mencuit: "pasukan bersenjata, dengan bantuan Allah SWT, akan menghadapi ketegangan dan ketegangan sampai agresi berhenti dan status siaga diangkat."
Koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah membalas dengan menyerang 13 target militer selama operasi militer melawan Houthi di Yaman, seperti mengutip Express.
Operasi tersebut menyerang penyimpanan senjata, sistem pertahanan udara dan sistem komunikasi drone di provinsi Sanaa, Saada dan Marib, ujar koalisi tersebut.
Kilang minyak Aramco di Jeddah dinonaktifkan tahun 2017 tapi mereka memiliki pembangkit distribusi produk minyak di sana yang sebelumnya dijadikan target Houthi Maret lalu.
Houthi telah berulang kali melakukan serangan menyeberangi perbatasan di Arab Saudi menggunakan drone dan rudal sejak koalisi memasuki Yaman Maret 2015 setelah Houthi mengasingkan pemerintahan yang didukung Arab Saudi dari ibukota Yaman, Sanaa.
Upaya yang dipimpin oleh PBB dan Amerika Serikat (AS) untuk memprakarsai gencatan senjata di Yaman telah gagal.
Konflik ini yang dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran, telah menjadi masalah militer bertahun-tahun.
Houthi menekan serangan di Marib, kekuatan utara terakhir milik pemerintah yang diakui intrnasional, serta di wilayah Yaman yang lain.
Gerakan Houthi adalah gerakan senjata dan politik Islam yang merebak dari Sa'dah di utara Yaman tahun 1990-an.
Houthi telah meraih kekuasaan di sebagian besar wilayah utara Yaman.
Sejak 2015, mereka telah menahan intervensi militer yang dipimpin Arab Saudi di Yaman yang mengklaim mencari cara pemulihan pemerintahan Yaman yang diakui internasional agar kembali berkuasa.
Kelompok militer ISIS telah menyerang semua pihak utama konflik termasuk Houthi, pasukan Saleh, pemerintahan Yaman, dan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Houthi telah mengirimkan serangan rudal dan drone berulang menargetkan kota-kota Saudi, yang secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.
Maret tahun lalu, lebih dari 7000 orang telah terbunuh selama konflik yang terus berlanjut, menurut PBB.
Namun diyakini jika angkanya jauh lebih tinggi.
Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED) di AS mengatakan pada Oktober 2019 jika mereka telah merekam lebih dari 100 ribu korban, termasuk 12.000 warga terbunuh dalam serangan langsung.
Lebih dari 23 ribu korban dilaporkan tahun 2019, membuat serangan tersebut menjadi serangan mematikan kedua sejauh ini.
Ini datang setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menenangkan para sekutu di Timur Tengah jika pemerintahan Presiden Joe Biden berkomitmen pada wilayah tersebut.
Dalam sebuah pidato di Bahrain selama perjalanan ke Teluk, Austin mengakui kekhawatiran di wilayah itu dan secara global bahwa AS sedang fokus pada tantangan China.
Austin mengatakan: "Mari perjelas. Komitmen AS untuk keamanan Timur Tengah itu kuat dan pasti."
Ia mengatakan jika AS berkomitmen untuk melawan Iran, bahkan ketika Washington bekerja memperbaiki perjanjian nuklir tahun 2015.
Austin menambahkan: "Kami tetap berkomitmen untuk hasil diplomasi dari isu nuklir ini.
"Tapi jika Iran tidak mau terlibat secara serius, maka kami akan mencari semua pilihan yang diperlukan untuk menjaga AS tetap aman."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini