Find Us On Social Media :

Tunjukkan Toleransi Beragama, Candi Prambanan Dibangun pada Masa Mataram Kuno oleh Rakai Pikatan yang Menikah dengan Putri dari Wangsa yang Berbeda Agama, Namun Terlibat Perang Saudara

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 14 Desember 2021 | 10:00 WIB

Candi Prambanan, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.

Intisari-Online.com – Pada masa pemerintahannya inilah bersatunya Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Dinasti Syailendera, yang sebelumnya saling bersaing pada pemerintahan Mataram Kuno.

Rakai Pikatan terdapat dalam daftar para raja Mataram Kuno dari versi Prasasti Mantyasih.

Menurut Prasasti Argapura, nama aslinya adalah Mpu Manuku.

Sedangkan pada Prasasti Munduan tahun 807, Mpu Manuku disebut menjabat sebagai Rakai Patapan.

Baca Juga: Berdiri Sebelum Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Kanjuruhan, Kerajaan Kuno Pertama di Jawa Timur, yang Keamanan Negerinya Terjamin, Tidak Ada Peperangan, Namun Ditaklukkan Kerajaan Mataram Kuno

Pada Prasasti Kayumwunguan tahun 824, jabatan Rakai Patapan dipegang oleh Mpu Palar, saat ini Mpu Manuku mungkin sudah pindah jabatan menjadi RakaiPikatan.

Sejarawan De Casparis meyakini bahwa Rakai Pikatan adalah putra dari Mpu Palar, keturunan Dinasti Sanjaya dan beragama Hindu Siwa.

Namun, pendapat itu ditolak oleh Slamet Muljana, seperti dikutip kompas.com, karena berdasarkan Prasasti Gondosuli, Mpu Palar adalah seorang pendatan dari Sumatera dan semua anaknya perempuan.

Tetapi, pada prasasti Tulang Air tahun 859, Mpu Manuku kembali bergelar Rakai Patapan.

Baca Juga: Bukan dengan Semen, Nenek Moyang Kita Gunakan Putih Telur untuk Rekatkan Bahan Bangunan

Dari prasasti Gondosuli, Mpu Palar mangkat sebelum tahun 832.

Itu berarti daerah Patapan kembali menjadi tanggung jawab Mpu Manuku, meski dia sudah menjadi maharaja.

Dalam sejarah Kerajaan Medang, menjadi sebuah tradisi seorang raja mencantumkan gelar lamanya sebagai kepala darah, seperti halnya Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.

Dari Prasasti Wantil, disebutkan bahwa Mpu Manuku kemudian membangun ibu kota baru di desa Mamrati sehingga dia pun dijuluki sebagai Rakai Mamrati.

Dari Prasasti Wantil pula disebutkan bahwa Rakai Mamrati turun takhta dan menjadi brahmana bergelar Sang Jatiningrat pada tahun 856.

Terlepas dari perdebatan asal-usulnya oleh para sejarawan, Rakai Pikatan diketahui menikah dengan Pramodawardhani, putri Raja Samaratungga yang berasal dari Dinasti Syailendra dan beragama Buddha Mahayana.

Raja Samaratunggal sebelum turun takhta, menikahkan putri mahkotanya, Pramodawardhani, dengan Rakai Pikatan.

Oleh pernikahan keduanya ini menjadi momen bersatunya dua wangsa besar yang berbeda keyakinan.

Memang menjadi tujuan Raja Samaratunggaj untuk menyatukan dua wangsa dengan menikahkan Pramodawardhani dengan Rakai Pitakan.

Baca Juga: Sempat Beberapa Kali Pindah Pusat Kerajaan Akibat Letusan Gunung Merapi, Dipimpin oleh Raja dari Tiga Dinasti, Kerajaan Mataram Kuno Capai Keberhasilan Hingga Disebut Lumbung Padi Pulau Jawa

Mewarisi takhta Samaratungga dan telah menikah, maka Pramodawardhani mendapatkan gelar Sri Kahuluan.

Dari pernikahannya dengan Rakai Pikatan, lahirlah Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

Perang saudara

Sayangnya, pernikahan antara Rakai Pikatan dan Pramodawardhani ternyata tidak disukai oleh Balaputradewa, putra Samaratungga dari Dewi Tara.

Untuk memperebutkan takhta Mataram Kuno, terjadilah perang saudara antara Balaputradewa dengan Rakai Pikatan.

Namun, meski telah bertahan di Benteng Ratu Boko yang terbuat dari timbunan batu, Balaputradewa pun kalah dan memilih untuk menyingkir ke Sumatera, tanah kelahiran ibunya.

Balaputradewa akhirnya berhasil menjadi penguasa yang membawa Kerajaan Sriwijaya menuju puncak kejayaan.

Meski demikian, terjadi perdebatan pendapat dari para ahli mengenai asal-usul Balaputradewa.

Karena menurut Slamet Muljana, Balaputradewa bukanlah adik Pramodawardhani, melainkan pamannya.

Baca Juga: Kalahkan Prajurit Wanita dari Ratu yang Kuat Perkasa Bak Raksasa, Inilah Kisah Airlangga Dirikan Kerajaan Kahuripan Lanjutan Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, Berakhir Bukan Karena Musuh, Tapi Ini!

Menurutnya, kepergian Balaputradewa ke Sumatera bukan karena kalah perang, namun karena dia memang tidak berhak atas takhta Mataram Kuno.

Candi Prambanan

Pernikahan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani yang berbeda agama, tidak terbukti menimbulkan masalah.

Bahkan selama memerintah, keduanya sama-sama menjunjung tinggi toleransi beragama, dengan mendukung pembangunan candi bercorak Hindu dan Buddha.

Candi Borobudur diresmikan pada 842, dibangun sejak era pemerintahan Samaratungga.

Karena Rakai Pikatan beragama Hindu, maka dia memerintahkan membangun candi Hindu Siwa, yaitu percandian Loro Jonggrang di Prambanan, yang kemudian terkenal sebagai kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia.

Candi-candi kecil lain yang berada di kompleks Candi Prambanan dibangun pada masa raja berikutnya.

Dia ingin menunjukkan bahwa tidak mengabaikan candi kerajaan yang dibangun oleh Rakai Panangkaran, yaitu Candi Plaosan Lor, dan menjaga perasaan permaisurinya yang beragama Buddha, maka Rakai Pikatan menambahkan dua candi perwarna berupa bangunan stupa pada percandian Prambanan.

Ini bisa dilihat dari tulisan pada dua bangunan stupa di kanan dan kiri jalan masuk ke candi induk sebelah utara.

Baca Juga: Jejak Kebesarannya Masih Terlihat Hingga Kini, Terkuak Mataram Kuno Justru Runtuh Tanpa Jejak, Silsilah yang Membingungkan dan Pemberian Tahta Membuat Kerajaan Ini hanya Bertahan Seumur Jagung

Pada 856 M, menurut Prasasti Wantil, dijelaskan bahwa masa pemerintahan Rakai Pikatan berakhir.

Takhta kemudian jatuh ke tangan putra bungsunya bernama Dyah Lokapala.

Pada awalnya, Dyah Saladu yang diangkat sebagai putri mahkota, namun, akhirnya Dyah Lokapala yang naik takhta karena kepahlawanannya menumpas musuh ayahnya yang bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.

Rakai Pikatan memilih menjadi brahmana setelah turun takhta dan setelah mangkat dimakamkan di Desa Pastika.

 Baca Juga: Jejak Kerajaan Mataram Kuno Ditemukan di Kota Semarang

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari