Penulis
Intisari-Online.com – Kerajaan Medang atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hidup ini bercorak Hindu-Buddha.
Kerajaan Mataram Kuno ini berdiri di Jawa Tengah bagian selatan pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.
Didirikan oleh Raja Sanjaya, pusat kerajaan di Jawa Tengah diperkirakan terletak di Bhumi Mataram (sebutan lama untuk Yogyakarta).
Sempat beberapa kali dipindah, pusat kerajaan bahkan sampai ke Jawa Timur.
Menurut sejarah, penduduk kerajaan ini sangat bergantung pada pertanian (agraris) , terutama padi, yang kemudian semakin diuntungkan oleh perdagangan maritim.
Dari temuan arkeologis, diketahui bahwa kerajaan ini tampaknya berpenduduk cukup baik dan cukup makmur.
Kerajaan mengembangkan masyarakat yang kompleks, memiliki budaya yang berkembang dengan baik, dan mencapai tingkat kemajuan teknologi dan peradaban yang halus.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini bisa diketahui dari Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Balitung, Prasasti Klurak, Candi Gedong Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, dan masih banyak lagi.
Menurut sejarah, tiga dinasti memerintah Kerajaan Mataram Kuno, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra (di Jawa Tengah), dan Dinasti Isyana (di Jawa Timur).
Perbedaan yang mencolok dari dinasti tersebut, adalah Dinasti Sanjaya bercorak Hindu, sedangkan Dinasti Syailendra bercorak Buddha.
Dinasti Sanjaya
Raja Sanjaya memegang kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno pertama kali dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, ini bisa dilihat dari Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan.
Raja Sanjaya dikenal sebagai raja yang bijaksana, cakap, adil, dan taat dalam beragama.
Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajana Mataram Kuno semakin luas dan rakyatnya sejahtera.
Menjadi pusat pembelajaran agama Hindu, Kerajaan Mataram Kuno menjadi tempat kunjungan para pendeta Hindu dan mereka menetap di sana.
Raja Sanjaya mangkat pada pertengahan abad ke-8, kemudian digantikan oleh putranya, Rakai Panangkaran.
Namun, setelah Rakai Panangkaran mangkat, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian Utara.
Sedangkan Dinasti Syailendra memerintah Kerajana Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan.
Dinasti Syailendra
Muncul pada akhir abad ke-8, periode kepemimpinan Dinasti Syailendra mencapai masa kemasan Kerajaan Mataram Kuno.
Dari Dinasti Syailendra yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno ini adalah Sri Dharmatungga, yang wilayah kekuasaannya mencapai Semenanjung Malaka.
Perkembangan pada Dinasti Syailendra terjadi di berbagai bidang, mulai politik, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, dan sosial.
Keadaan Kerajaan Mataram Kuno semakin gemilang dan termasyur setiap kali berganti raja.
Berhasil menaklukkan Chenla (Kamboja), Raja Indra menggantikan Sri Dharmatungga.
Setelah itu, Samaratungga memimpin Kerajaan Mataram Kuno, dan pada periode inilah ilmu seni yang berkembang pesat hingga dibangunlah Candi Borobudur.
Akhirnya Kerajaan Mataram Kuno berhasil bersatu kembali setelah perkawinan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardani dari Wangsa Syailendra.
Dinasti Isyana
Ibu kota Mataram Kuno pada tahun 929, kemudian dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur, dengan pusat pemeritnahan di angara Gunung Semeru dan Gunung Wilis.
Meski Empu Sindok tidak bermaksud memutus hubungan dengan leluhur terdahulu seperti tertulis pada prasasti Anjuk Ladang dan Prasasti Paradah.
Letusan Gunung Merapi yang parah mungkin yang menyebabkan pemindahan pusat kekuasaan, dari Jawa tengah ke Jawa Timur tersebut.
Menurut sejarawan, pada masa pemerintahan Dyah Wawa dari Bhumi Mataram (924-929), Gunung Merapi meletus dan menghancurkan ibu kota Medang di Mataram.
Letusan Gunung Merapi ini dikenal dengan sebutan Pralaya Mataram (bencana Mataram).
Kerajaan baru ini disebut Kerajaan Medang dengan Mpu Sindok sebagai raja pertama dari Dinasti Isyana.
Berikut ini raja yang pernah memimpin Kerajaan Mataram Kuno saat berpusat di Jawa Tengah:
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Sri Maharaja Rakai Panunggalan/ Dharmatungga (780-800 M)
Sri Maharaja Rakai Warak/ Indra (Syailendra) (800-820 M)
Sri Maharaja Rakai Garung/ Samaratungga (820-840 M)
Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung (898-915 M)
Raja Daksa (915-919 M)
Raja Tulodong (919-924 M)
Raja Sumba Dyah Wawa (924 M)
Sementara, ini silsilah raja Kerajaan Mataram Kuno setelah dipindahkan ke Jawa Timur:
Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)
Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari