Intisari-Online.com –Pada 1279 Saka atau 1356 M, pada abad ke-14, Perang Bubat terjadi pada masa pemerintahan raja Majapahit Hayam Wuruk.
Perang ini terjadi akibat perselisihan antara Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat, yang mengakibatkan tewasnya seluruh rombongan Sunda.
Perat Bubat dikenal juga sebagai Pasundan Bubat.
Peristiwa Perang Bubat ini juga disebutkan dalam Cerita Parahyangan, Serat Pararaton, Kidung Sunda, dan Kidung Sundayana.
Namun, Kitab Negarakertagama karangan Mpu Tantular yang dianggap sebagai sumber utama sejarah Majapahit, tidak menyebutkan peristiwa itu sama sekali.
Rencana perkawinan politik antara Raja Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu Linggabuana, merupakan awal dari terjadinya Perang Bubat.
Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Linggabuana untuk melamar putrinya dan menyatakan bahwa pernikahan akan dilangsungkan di Majapahit.
Meskipun sebenarnya keberatan dengan lokasi pernikahan, namun Linggabuana tetap berangkat bersama rombongan ke Majapahit, yang kemudian diterima dan ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.