Intisari-Online.com - Sosok Gajah Mada sebagai mahapatih Majapahit dan menjadi salah satu tokoh yang membawa kejayaan bagi kerajaan tersebut pasti sudah tak asing lagi.
SebelumGajah Mada, adapatihpertama Majapahit yang sangat berjasa, yakni PatihNambi.
Nambi juga merupakan salah satu sahabat Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang berperan besar dalam merintis kerajaan bersamaRanggalawe, Kebo Anabrang, dan Lembu Sora.
Atas kesetiaan dan jasanya, Nambi kemudian dinobatkan sebagai patih pertama Kerajaan Majapahit.
Nambi adalah sosok yang sangat jujur, kalem, dan sangat setia dengan kawannya.
Pengangkatan Nambi menjadi mahapatih mendapatkan protes keras dari Ranggalawe.
Dia juga menginginkan jabatan besar itu diberikan kepadanya karena merasa lebih berjasa.
Saat sama-sama berjuang dengan Raden Wijaya, Ranggalawe juga ikut membantu dalam membabat hutan serta mengusir tentara Mongol yang datang sehingga Majapahit akhirnya berdiri.
Di samping itu, Ranggalawe juga terus dijanjikan menjadi mahapatih oleh Raden Wijaya.
Sayangnya, dia justru ditunjuk manjadi pemimpin Tuban dan jabatan mahapatih diberikan kepada Nambi yang dikenal memiliki kedekatan dengan Raden Wijaya sejak lama.
Salah satu alasan mengapa Raden Wijaya mengangkat Nambi sebagai mahapatih adalah kemampuannya yang hebat dalam perang.
Dia dikenal sangat pandai memimpin pasukan dalam peperangan.
Nambi juga sangat ahli dalam urusan administrasi, yang kemudian digunakan oleh Raden Wijaya untuk membangun Majapahit hingga akhirnya terus berkembang.
Memasuki generasi kedua dari kerajaan Majapahit, posisi Nambi mulai diusik oleh seorang penasehat istana.
Dia adalahseorang pejabat licik di dalam kerajaan bernama Mahapati yang menginginkan kekuasaan dan berusaha meraihnya dengan cara mengadu domba sahabat-sahabat Raden Wijaya.
Antara 1295 hingga 1300, Mahapati berhasil menyingkirkan Ranggalawe, Kebo Anabrang, dan Lembu Sora.
Ketiganya tewas dalam peristiwa pemberontakan setelah terjebak dalam siasat adu domba Mahapati.
Setelah ketiganya tewas, target Mahapati selanjutnya adalah Nambi, yang memegang jabatan yang paling ia incar.
Mahapati pun mulai menciptakan ketegangan di antara raja dan patihnya dengan menyebar rumor bahwa Jayanegara tidak menyukai gagasan-gagasan yang diberikan Nambi.
Suatu ketika, Nambi meminta izin kepada raja untuk mengunjungi ayahnya yang sakit di Lumajang.
Setelah mendapat restu dari raja, Nambi pulang ke kampung halamannya dan menemukan ayahnya telah meninggal.
Kesempatan ini pun dimanfaatkan Mahapati untuk memperkeruh suasana.
Mahapati datang menyampaikan ucapan dukacita dari raja dan menyarankan agar Nambi memperpanjang masa istirahatnya.
Nambi pun setuju, dan Mahapati segera meminta izin kembali ke istana untuk menyampaikan berita kepada raja.
Namun, sesampainya di hadapan Raja Jayanegara, Mahapati justru menyampaikan fitnah bahwa Nambi menolak untuk kembali dan sedang mempersiapkan pemberontakan.
Menurut Pararaton, Raja Jayanegara mengirim Mahapati untuk memimpin pasukan dan membunuh Nambi.
Sementara Negarakertagama menyebutkan bahwa pemimpin serangan tersebut adalah Raja Jayanegara sendiri.
Terlepas dari perbedaan pemimpin serangan yang disebutkan dua kitab tersebut, Pararaton maupun Negarakertagama menyatakan bahwa kematian Nambi terjadi pada 1316.
Nambi sempat mendengar kabar bahwa pasukan Majapahit sedang dalam perjalanan untuk menyerangnya.
Nambi pun mencoba mendirikan benteng di Gending dan Pejarakan dalam waktu yang sangat terbatas.
Namun, kedua benteng yang menjadi sasaran pertama pasukan Majapahit itu dengan mudah dihancurkan.
Nambi beserta keluarganya tewas dalam pertempuran. Peristiwa ini sekaligus menandai jatuhnya Lumajang.