Penulis
Intisari-Online.com – Dalam Kitab Tantu Pagelaran peninggalan Kerajaan Majapahit, dikisahkan bahwa Batara Guru memerintahkan Dewa Wishnu untuk mengisi pulau Jawa dengan manusia.
Pulau Jawa dikisahkan masih mengambang di lautan luas, terombang-ambing, dan terus berguncang.
Maka para dewa mengambil keputusan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Mahameru di India ke atas pulau Jawa.
Ketika diletakkan di bagian barat, ternyata bagian timur pulau Jawa terangkat, sehingga gunung itu pun dipindahkan ke bagian timur.
Namun, ketika dibawa ke arah timur, serpihan gunung tercecer yang mengakibatkan terjadinya jajaran pegunungan di pulau Jawa memanjang dari barat ke timur.
Meski sudah dipindahkan ke timur, pulau Jawa tetap miring, sehingga dewa memutuskan memotong sebagian gunung dan menempatkannya di bagian barat laut.
Bagian utama dari Gunung Meru, yang menjadi tempat persemayaman Dewa Shiwa, sekarang lebih dikenal dengan nama Gunung Semeru.
Gunung Semeru kini lebih dikenal di kalangan para pendaki, apalagi saat musim liburan tiba.
Gunung Semeru tepatnya berada di Jawa Timur, di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.
Sebagai salah satu gunung berapi berbentuk kerucut, gunung Semeru menjadi favorit para pendaki Indonesia.
Selain panoramanya yang indah, Gunung Semeru juga memiliki beberapa keistimewaan.
Inilah fakta menarik tentang Gunung Semeru:
1. Sakral bagi umat Hindu
Dipercaya sebagai tempat bersemayam para dewa, Gunung Semeru punya makna yang dalam bagi umat Hindu.
Umat Hindu menempatkan gunung di wilayahnya sebagai tempat suci, seperti halnyaGunung Agung yang menjadi tempat suci bagi umat Hindu di Bali.
Menurut legenda, Gunung Semeru dibopong oleh Dewa Wishnu yang menjelma sebagai kura-kura raksasa dan Dewa Brahma menjelma menjadi ular raksasa yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung dapat diangkut dengan aman.
Namun, Pulau Jawa masih belum seimbang ketika Semeru telah menancap di sisi timur, sehingga puncak Semeru dipotong lagi dan diletakkan di sisi baratnya, bagian inilah yang menjadi Gunung Penanggungan.
Di Ranu Kumbolo, terdapat sebongkah prasasti yang kerap tersampir kain putih dan kuning serta sesajian di depannya.
Terpahat aksara di atasnya ‘ing deva ‘pu Kameswara tirthayatra’, yang kira-kira berarti ziarah suci Mpu Kameswara mencari air (tirthayatra).
Juga terdapat arca bernama Arcapada/Arcopodo yang kini tidak terlihat dari jalur pendakian menuju puncak.
Arcapada masih ada meskipun bentuknya tidak utuh lagi, menurut ekspedisi Cincin Api yang dilakoni Kompas pada tahun 2011, letaknya cukup sulit dan jauh dari jangkauan jalur pendakian.
2. Tanah tertinggi di Pulau Jawa
Mahameru, yang merupakan puncak Gunung Semeru, memiliki ketinggian 3676 meter di atas permukaan laut (mdpl), ini membuatnya memiliki predikat puncak tertinggi di Pulau Jawa.
Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesi setelah Gunung Kerinci (3805 mdpl) dan Rinjani (3726 mdpl).
Pendakian Gunung Semeru yang dilakukan dari basecamp Ranu Pani tergolong ramah bagi pendaki hingga pos Kalimati, dengan medan tidak begitu terjal, meski jarak yang ditempul 18 kilometer.
Pendakian menuju Mahameru tergolong ilegal karena tidak direkomendasikan oleh pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), dikarenakan status Waspada Gunung Semeru yang sewaktu-waktu dapat melontarkan lava pijar ke arah puncak.
3. Memiliki tiga danau
Kerap dijumpai pendaki selain Ranu Kumbolo, juga Ranu Pani dan Ranu Regulo.
Ranu Regulo berjarak sektiar 20 menit dari Ranu Pani, yang dapat digunakan oleh pendaki mendirikan tenda untuk bermalam sebelum hari pendakian di Ranu Regulo.
Ranu Pani adalah danau yang terkadang keberadaannya tersamarkan oleh hamparan Salvinia molesta, semacam gulma yang menutupi permukaan danau.
Ranu Kumbolo dapat dinikmati dari sisi barat maupun utara danau yang berbatasan dengan sabana Pangonan Cilik.
4. Tumbuhan berbentuk seperti lavender
Berwarna keunguan, bunga yang mewarnai sabana Oro-oro Ombo bukanlah bunga lavender, tetapi bernama Verbena brasiliensis vell.
Verbena berasal dari dataran Amerika Latin, serupa parasit bagi tumbuhan lain lantara menghisap air dengan kadar yang sangat banyak.
Persebaran benihnya amat mudah sehingga dengan cepat mencaplok lahan-lahan di Gunung Semeru.
Beberapa pendaki yang mencabut sejumlah besar verbena malahan membantu persebarannya, karena benih kecil verbena akan langsung terpencar oleh angin atau melekat di pakaian pendaki dan jatuh di tempat lain.
Baca Juga: Peninggalan Majapahit: Tengkorak Manusia dan Runtuhan Menara Ditemukan di Situs Kuno Jombang
Dalam situasi pandemi Covid-19, pastikan bila akan mengunjungi gunung ini apakah sudah dibuka untuk pendakian, sesuai aturan pemerintah daerah setempat.
Yang jelas, pastikan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Selalu memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun, jangan lupa pula segera melakukan vaksinasi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari