Intisari-Online.com -Kerajaan Majapahit memiliki banyak peninggalan yang menjadi sumber sejarah dan bukti keberadaannya.
Pada masa Kerajaan Majapahit, perkembangan seni budaya mendapatkan perhatian khusus.
Salah satu aspek budaya yang berkembang pesat saat itu adalah kesastraan.
Sebut saja Kitab Nagarakretagama, salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang terkenal, yang merupakan karya Mpu Prapanca.
Kitab yang dikarang pada 1365 Masehi ini berisi tentang sejarah, perjalanan, dan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Bahkan, lewat Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Nagarakretagama bersama dengan Babad Diponegoro, masuk dalam daftar Memory of the World (MOW)/Daftar Ingatan Dunia, pada Kamis, 20 Juni 2013.
Nagarakretagama dan Babad Diponegoro masuk dalam kategori ini bersama dengan 52 dokumen lainnya dari berbagai negara.
Babad Diponegoro disebut merupakan tulisan tangan Pangeran Diponegoro saat Belanda mengasingkannya ke Manado, Sulawesi Utara, pada Mei 1831 hingga Februari 1832.
Sementara Nagarakretagama, merupakan sumber pengetahuan mengenai Kerajaan Majapahit pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yang ditulis Mpu Prapanca.
Karya sastra ini merupakan yang tertua dalam sastra Jawa kuna.
Dalam bukunya 'Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca', Hadi Sidomulyo, budayawan Inggris bernama asli Nigel Bullogh, menulis bahwa Nagarakretagama sangat kaya informasi, melansir nationalgeographic.grid.id.
Hadi kemudian melakukan rekam ulang perjalanan Hayam Wuruk yang tertulis dalam kitab tersebut.
Mpu Prapanca sebagai penulisnya, juga cerdas menggunakan kesempatan menulis Nagarakretagama untuk mendaftarkan ratusan desa yang terletak di wilayah inti Kerajaan Majapahit, bahkan sampai negara-negara tetangga.
Naskah Nagarakretagama sendiri pertama kali ditemukan di Lombok pada tahun 1894.
Selama lebih tiga perempat abad kemudian, penelitian terhadap kakawin Nagarakretagama hanya berpangkal pada naskah yang ditemukan di Lombok ini saja.
Hingga pada tahun 1978, ditemukan sejumlah naskah sama di bagian timur Bali, yang akhirnya mendorong adanya studi banding dengan naskah lama.
Baca Juga: Eksistensi Budaya dalam Dunia Retail, Beginilah Cara Pebisnis Selamatkan Warisan Budaya
Slamet Muljana, profesor dari Universitas Indonesia, menuliskan buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama yang kerap jadi referensi mengenai perjalanan Majapahit.
Secara detail, di sini ia menuliskan bahwa Nagarakretagama terdiri dari 98 pupuh.
Tulisan yang terbagi dengan sangat rapi mengindikasikan bahwa Mpu Prapanca berprofesi ganda: pujangga keraton dan pemegang jabatan administratif pemerintahan.
Pupuh satu sampai tujuh menguraikan raja dan keluarganya.
Pupuh tujuh sampai 16, menjelaskan kota dan wilayah Majapait.
Pupuh 17 sampai 39 menguraikan perjalanan keliling ke Lumajang. Pupuh 40 - 49, menguraikan silsilah Raja Hayam Wuruk.
Muljana menulis, "Itulah bagian pertama Nagarakretagama, jumlahnya 49 pupuh tepat, separo dari keseluruhan pupuh Nagarakretagama."