Intisari-Online.com -Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk.
Cucu Raden Wijaya ini memerintah pada 1350 M hingga 1389 M yang juga didampingi Patih Gajah Mada.
Masa kejayaan Kerajaan Majapahit disebut tak terlepas dari peran Gajah Mada.
Kerajaan Majapahit berhasil menguasai sebagian besar wilayah Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan wilayah-wilayah kepulauan di timur Jawa.
Bahkan, pengaruh kekuasaan dan kerjasama Majapahit meluas hingga ke luar Nusantara.
Majapahit melakukan kerjasama dengan kerajaan lain seperti Malaya, Siam, Ayuthia, Lagor, Siam, Singapura, Campa, Kambodia, Anam, India, dan China.
Lantas,sebenarnya semakmur apa kehidupan orang-orang pada masa kejayaan Majapahit?
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kehidupan masyarakat sudah sangat maju dan teratur.
Para pemeluk agama Buddha dan Hindu Saiwa hidup berdampingan secara damai, sebagaimana dijelaskan dalam Buletin Arkeologi DEWARNAMA edisi IV tahun 2007.
Bahkan, dalam struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat jabatan bagi pendeta Buddha yaitu dharmadhyaksa kasogatan/Buddha dharmadliyaksa dan pendeta Hindu Saiwa, yaitu dharmadhyaksa kasaiwan/Saiwa dharmadhyaksa.
Mereka merupakan pengawas tertinggi mandala di daerah yang menjadi milik keluarga ulama dan agama masing-masing.
Dalam bidang pemerintahan juga menunjukkan keteraturan dengan adanya jabatan-jabatan fungsional, seperti para pegawai tingkat tinggi (pejabat tinggi) yaitu: tiga orang mantri besar (mandarin-mandarin) Hino, Sirikan dan Halu.
Kemudian, di bawahnya ada jabatan Tumenggung, Demang, Kanuruhan, Rangga yang merupakan kepala departemen bagian sipil, serta Juru Pengatasan alias kepala bagian militer.
Untuk jabatan pengasilan yang bersifat religius adalah dua orang dharmadhyaksa (Saiwa dan Buddha) yang dibantu tujuh orang uppapati.
Ada pula jabatan Mantri bhujangga (cendekiawan) yang berkecimpung dalam berbagai cabang ilmu.
Mantri bhujangga diharapkan bisa memberikan nasehat duniawi dan memberi tuntunan rohaniyah.
Sementara itu, sebagai pelaksana di tingkat bawah ada berbagai pangkat tengahan dan rendahan seperti mantra (mandarin atau pembesar), para tanda (kepala jawatan), para gusti (kepala rendahan), dan wadyahaji.
Bhayangkari yang bertugas menjaga pintu gerbang lingkungan istana merupakan pengawal pribadi raja.
Kemudian, pasukan pengatasan yang tak lain adalah kekuatan militer berada di bawah perintah raja.
Semua struktur tersebut diperkuat dengan adanya jabatan di daerah bawahan yang disebut bangsawan daerah (mantri akuwu ring pinggir).
Bangsawan daerah ini terdiri dari gubernut (adhipati).
Pada masa kejayaan Majapahit, bidang kebudayaannya pun sangat maju dan bahkan hasil kebudayaan tersebut masih bisa ditemukan hingga kini.
Contohnya seperti seni bangunan/arsitektur, seni kriya (patung dan handycraft), seni pertunjukan.
Selain itu juga banyak karya sastra bernilai tinggi yang ditulis oleh para pujangga.
Di antara karya sastra yang ditulis para pujangga adalah Kitab Nagarakartagama (desawamana) yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan diselesaikan pada tahun 1365.
Kakawin Arjunawijaya yang ditulis oleh Mpu Tantular pada masa pemerintahan Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk) 1350 - 1389 M, dan lain sebagainya.
Untuk bangsa Indonesia pun ada tiga mutiara yang diwariskan dari masa kejayaan Majapahit.
1. Bendera Merah Putih yang merujuk pada Tunggul Bang Tawan Putih dari prasasti Kudadu,
2. Wawasan Nusantara (Dwipa Mandala),
3. Bhinneka Tunggal Ika (Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa) dalam Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.