Intisari-online.com - Salah satu kisah terkenal dalam sejarah Majapahit adalah pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada.
Pasukan ini namanya masih digunakan hingga kini dalam kepolisian, namun ternyata sejarahnya berasal dari sejarah Majapahit.
Menurut cerita, Bhayangkara awal mulanya adalah nama pasukan Patih Gajah Mada, pada abad ke-14 berisikan pasukan super elit dengan kesaktian tinggi.
Tugas pasukan ini adalah menjaga raja dan keamanan kerajaan Majapahit, dari segala bentuk ancaman.
Pasukan bentukan Patih Gajah Mada ini juga dikenal sakti madraguna, dan disebut-sebut memiliki kemampuan bak manusia super.
Menurut legenda, mereka bisa membidik musuh dari jarak jauh bahkan walau hanya melihat kakinya dari balik batang pohon.
Dikisahkan pasukan Bhayangkara tersebut dibekali dengan 3 senjata khusus.
Ketiga senjata ini di antaranya adalah anak panah, pisau terbang, dan pedang panjang.
Namun, pasukan Bhayangkara ini tidak dibekali dengan tombak bermata tiga yang kerap menjadi ciri khas pusaka Majapahit.
Pasukan Bhayangkara juga dikenal selalu menunggang kuda dan memiliki formasi.
Mereka memiliki formasi yang tidak begitu rapat, namun ada jarak.
Salah satu kisah heroik yang dilakukan pasukan Bhayangkara adalah ketika menumpas pemberontakan Kuti tahun 1319.
Pemberontakan ini bertujuan menggulingkan raja Majapahit yang saat itu berkuasa yakni Jayanegara.
Nyawa raja yang terancam, pasukan Bhayangkara pun dibentuk, untuk menyelamatkan sang raja dari marabahaya.
Wilayah Bedader di pegunungan kapur utara, (pedalaman Bojonegoro, Jawa Timur) menjadi tujuan pasukan Bhayangkara untuk mengamankan Jayanegara.
Pada saat itu pasukan ini berjumlah 15 orang termasuk Gajah Mada sebagai pemimpin pasukan.
Dalam prosesnya Gajah Mada melarang siapapun anggota Bhayangkara meninggalkan pasukan, jika pergi akan dianggap mengkhianati.
Saat itu ada satu orang yang nekat pergi hingga dianggap melanggar perintah tersebut.
Perintah tersebut, tujuannya bukan untuk mengekang, tetapi memastikan misi berjalan, mengingat ada pengikut RaKuti yang mengikuti mereka sampai persembunyian.
Anggota yang meninggalkan pasukan itu, langsung dicari dan dibunuh begitu ditemukan.
Kedisiplinan menjadi kunci kekuatan pasukan Bhayangkara, yang dipimpin oleh Gajah Mada.
Selain itu, pasukan Bhayangkara mengikuti 4 nilai (Catur Prasetya), yang masih dianut polisi Indonesia hingga kini, di antaranya Satya Haprabu (setia pada pemimpin negara), Hanyaken Musuh (mengenyahkan musuh) Gineung Pratidina (bertekad mempertahankan negara) Tan Satrisna (ikhlas dalam bertugas).
Nilai-nilai tersebut, masih digunakan hingga kini dan dianut oleh kepolisian Indonesia.