Advertorial
Intisari-Online.com - Gajah Mada merupakan mahapatih yang paling berpengaruh dalam perjalanan panjang Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaannya.
Gajah Mada dikenal sebagai sosok yang setia kepada pemangku takhta Majapahit untuk terus menjaga keutuhan dan melebarkan pengaruh kerajaan.
Salah satu peranan Gajah Mada pada masa kejayaan Majapahit adalah menyatukan wilayah Nusantara seperti yang diucapkannya dalam Sumpah Palapa.
Berbeda dengan Gajah Mada yang dikenal hingga kini, tak banyak yang tahu mengenai putranya.
Rupanya, Gajah Mada memiliki seorang putra bernama Aria Bebed.
Kisahnya diabadikan dalam Prasasti Aria Bebed yang ada di halaman Candi Aria Bebed, di Desa Bubunan, Kecamatan Sririt, Kabupaten Buleleng, Singaraja.
Melansir berbagai sumber, dikisahkan, Ratu Tribhuwana Tunggadewi mengutus Gajah Mada untuk melakukan penyerbuan dan penaklukan terhadap Kerajaan Bali.
Saat penaklukan Bali, Gajah Mada sempat mendatangi Pedukuhan Gedangan untuk bermeditasi.
Gajah Mada sempat tinggal dan melakukan meditasi selama empat bulanan di tempat itu.
Gajah Mada sering bertemu dengan putri Ki Dukuh Gedangan yang bernama Ni Luh Ayu Sekarini.
Melihat kecantikan Ni Luh Ayu, Gajah Mada pun jatuh hati.
Keduanya bahkan diceritakan menikah dan Ni Luh Ayu mengandung.
Namun, sebelum anak mereka lahir, Gajah Mada kembali ke Majapahit karena dipanggil Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
Sementara Ni Luh Ayu Sekarini tetap berada di Bali.
Ni Luh Ayu dalam kondisi hamil muda saat ditinggalkan Gajah Mada, sehingga dia tidak tahu bahwa Ni Luh Ayu sedang mengandung putranya.
Anak ini kelak dinamai Aria Bebed.
Memasuki usia remaja, Aria Bebed diberitahu ibunya bahwa ayahnya adalah Mahapatih Gajahmada.
Aria Bebed kemudian meminta izin ibunya untuk pergi ke Majapahit untuk menemui ayah yang belum dikenalnya.
Sampai di Majapahit, Aria Bebed duduk di atas batu yang terletak di depan rumah Gajah Mada.
Aria Bebed menangis karena disoraki orang-orang dan diusir para pengawal Gajah Mada.
Gajah Mada kemudian keluar setelah mendengar sorak orang-orang dan suara tangisan.
Aria Bebed menjawab dengan jujur saat ditanya nama, asal dan tujuannya datang ke Majapahit, yakni ingin bertemu dengan ayahnya Gajah Mada.
Mendengar jawabannya, Gajah Mada membawa anak itu ke dalam rumah dan mempertemukannya dengan istrinya Ken Bebed.
Gajah Mada mengaku kepada Ken Bebed bahwa Aria Bebed adalah putranya.
Ken Bebed yang tidak punya anak pun sangat senang mendengar hal itu dan ia menganggap Aria Bebed sebagai putranya kandungnya sendiri.
Aria Bebed pun pamit pulang setelah lama tinggal di Majapahit.
Gajah Mada memberikan hadiah berupa pangastulan atau tempat menyimpan abu leluhur Gajah Mada dan abu tersebut ditaburkan di sepanjang jalan.
Tempat yang ditaburi abu tersebut akan menjadi wilayah kekuasaan Aria Bebed.
Aria Bebed berhenti dan menetap di tempat terakhir yang ditaburi abu pangastulan, karena Aria Bebed akan menjadi penguasa tertinggi (raja).
Aria Bebed kemudian menuju Bali dan menetap di Desa Bwahan dan menikah dengan Nyi Ayu Rangga, Putri Pangeran Pasek Wanagiri.
Dari perkawinan itu, lahirlah dua orang putra, yakni Aria Twas dan Nyi Gust Ayu Wanagiri.