Intisari-Online.com – Kerajaan Majapahit menjadi sebuah Kerajaan besar pada masanya yang berhasil mempersatukan Nusantara.
Kerajaan besar itu pada akhirnya runtuh akibat pergolakan dalam negeri karena perebutan kekuasaan.
Namun, ada sebuah keyakinan yang dipercayai bahwa kebangkitan Kerajaan Majapahit akan terjadi lima ratus tahun setelah kejatuhannya.
Benarkah keyakinan itu akan segera terwujud?
Bahwa kebangkitan Kerajaan Majapahit akan terjadi setelah 500 tahun setelah kejatuhannya ini dijanjikan oleh Sabda Palon dan Naya Genggong.
Bila itu terjadi, maka 500 tahun setelah kejatuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan antara tahun 2020-2030.
Sabda Palon dan Naya Genggong adalah pendamping spiritual Raja Majapahit terakhir, yakni Prabu Brawijaya V,yang konon sangat marah ketika sang raja menyerah kepada Demak.
Dalam kisah sejarah, disebutkan pula bahwa Prabu Brawijaya V ini mualaf alias memeluk agama Islam atas peran Sunan Kalijaga.
Kejadian tersebut terjadi antara tahun 1478, sehingga 500 tahun setelah tahun itu adalah tahun 1978.
Siapakah Sabda Palon?
Sabda Palon merupakan tokoh legendaris yang dianggap sebagai pandita dan penasihat Prabu Brawijaya V, penguasa terakhir Kerajaan Majapahit yang awalnya beragama Buddha.
Nama Sabda Palon ini disebut dalam karya sastra Serat Darmagandhul, yang ditulis oleh Ki Kalamwadi, ditulis pada tahun 1900.
Serat Dharmagandhul merupakan tembang macapat kesusastraan Jawa Baru dengan bahasa Jawa ngoko.
Disebutkan dalam Serat Dharmagandhul bahwa Sabda Palon tidak bisa menerima ketika Brawijaya digulingkan pada tahun 1478 oleh tentara Demak dengan bantuan Walisongo.
Dia lalu bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, saat korupsi merajalela dan bencana melanda, untuk menyapu Islam dari Jawa dan mengembalikan kejayaan agama dan kebudayaan Jawa.
Dalam Serat Dharmagandhul disebutkan bahwa agama orang Jawa disebut Agama Budhi, ajaran agama Buddha yang berdampingan dengan ajaran Hindu.
Tahun 1978, Gunung Semeru meletus, dan ini membuat sebagian orang percaya atas janji Sabda Palon tersebut, yang sangat dihormati umat Hindu di Jawa serta aliran penghayat kejawen.
Tokoh lain yang dikaitkan dengan Sabda Palon, adalah Naya Genggong.
Namun, ada yang berpendapat bahwa keduanya adalah penggambaran dua pribadi yang berbeda pada satu tokoh.
Antropolog Paul Stange dalam penelitiannya pada 1988, menyebutkanbahwa Sabda Palon ini merupakan inkarnasi Semar, yang dikenal sebagai mahaguru di Tanah Jawa.
Keduanya adalah titisan dewa dari kahyangan yang sengaja turun ke bumi menjadi punakawan.
Sabda Palon dan Naya Genggong sebenarnya bukanlah nama asli, tetapi gelar yang diberikan sesuai dengan karakter tugas yang diemban.
Serat Dharmagandhul, menyebutkan bahwa Sabda Palon diartikan sebagai kata-kata dari namanya.
Sabda Palon bermakna, ‘sabda’ berarti seseorang yang memberikan masukan atau ajaran, dan ‘palon’ berarti pengancing atau pengunci kebenaran yang bergema dalam ruang semesta.
Sedangkan nama Naya Genggong bermakna, ‘naya’ berarti nayaka atau abdi raja, dan ‘genggong’ berarti mengulang-ulang suara.
Maka, Naya Genggong adalah seorang abdi yang berani mengingatkan raja secara berulang-ulang tentang kebenaran dan berani menanggung akibatnya.
Meskipun periode 500 tahun sudah terlewati, namun keyakinan Sabda Palon dan Naya Genggong itu akan kembali pada kurun waktu tahun 2020-2030.
Hal ini secara serius dipercaya oleh para penggiat seni dan tradisi di desa-desa yang masih memegang teguh pada tradisi.
Mungkin ini juga dilihat sebagai impian kembalinya Sabda Palon dan Naya Genggong sebagai awal kejayaan kerajaan masa lalu sebagai bentuk perlawanan masyarakat terhadap radikalisme yang marak belakangan ini.
Mungkinkah akan segera terwujud?
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari