Penulis
Intisari - Online.com -Indonesia dulunya adalah wilayah Nusantara yang telah menjadi saksi bisu perkembangan dan penyebaran berbagai agama.
Hal ini terlihat dari perkembangan berdirinya berbagai kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan Islam di Nusantara.
Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Samudra Pasai, sedangkan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah Kerajaan Demak.
Berdirinya Kerajaan atau Kesultanan Demak bersamaan ketika masa keruntuhan Kerajaan Hindu di Jawa, Majapahit.
Runtuhnya Majapahit di awal abad ke-15 menjadi titik balik perkembangan Islam di Nusantara, menjadi momen bersejarah penting.
Mengutip National Geographic Indonesia, Kesultanan Demak berdiri di utara pantai Pulau Jawa yang kala itu masih menjadi wilayah kekuasaan Majapahit.
Walaupun berada di wilayah kekuasaan Majapahit, tapi Kesultanan Demak malah menjadi kerajaan agama Islam pertama di Jawa, hal ini masih menimbulkan banyak pertanyaan.
Pasalnya pendiri Kesultanan Demak disebut-sebut adalah Raden Patah, keturunan Raja Brawijaya, raja dari Majapahit.
Raden Patah melihat kondisi Majapahit yang makin lemah, kemudian ia memutuskan kabupaten Demak yang ia pimpin untuk selanjutnya terpisah dari Majapahit.
Di sana ia mendirikan kesultanan.
Raden Patah mengembangkan Demak menjadi Kesultanan kuat di Nusantara, modalnya adalah menghasilkan komoditi-komoditi dagang dari lahan pertanian yang luas, yang kemudian diperjualbelikan dengan pedagang dari berbagai daerah.
Agar penjualannya maksimal, Raden Patah melancarkan ekspansi ke beberapa daerah di pesisir Pulau Jawa yang ia kira strategis untuk pelabuhan.
Daerah yang ia tuju antara lain Sedayu, Tuban, Gresik, Cirebon, serta Banten.
Kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran Islam yang penting bagi sejarah Indonesia, kemudian pengetahuan mengenai Islam ditingkatkan, ahli-ahli agama diperbanyak dan kemudian salah satu pakem pergerakan ini adalah dengan berdirinya salah satu masjid paling bersejarah di sejarah Indonesia, yaitu Masjid Agung Demak.
Kemudian Portugis mulai datang ke Malaka, membuat Demak resah.
Kala itu Demak dipimpin oleh Adipati Unus, yang takut bangsa Portugis dengan agama Katholiknya akan menghilangkan ajaran Islam di Nusantara.
Ia pun mengajak armada Demak maju dan menyerang Portugis di Malaka, yang berakhir dengan kegagalan karena Portugis memiliki persenjataan lebih lengkap dan canggih dibandingkan milik pasukan Adipati Unus.
Namun Demak belum runtuh, setelah Adipati Unus wafat, kekuasaan diteruskan kepada Sultan Trenggana, yang berhasil mengembangkan Demak lewat ekspansi ke beberapa wilayah kerajaan di Pulau Jawa, yaitu Sunda Kelapa dan Pajajaran.
Sultan Trenggana juga berhasil menghalau Portugis yang menyerang beberapa kali di Pulau Jawa, seperti di Tuban, Madiun, Surabaya, serta Pasuruan.
Kesultanan berhasil mencapai berbagai kejayaan, yang awalnya memiliki wilayah yang terlalu besar hingga akhirnya menjadi kesultanan yang kuat dengan wilayah yang banyak, ekonomi kuat, ilmu agama yang berkembang pesat dan hal-hal itulah yang membuat Demak terkenal di seantero Nusantara dan wilayah-wilayah lain.
Sayangnya, nasib Demak dengan cepat berubah bahkan kejayaannya tidak mencapai satu abad, karena setelah Sultan Trenggana meninggal ketika perang, Demak diteruskan Raden Mukmin, yang tidak bisa menjaga kejayaan Demak.
Raden Mukmin adalah seorang ahli agama, dan ia lebih mementingkan urusannya tersbeut daripada mengurusi pemerintahan, sehingga pengawasan di beberapa daerah menjadi lemah dan memicu pemberontakan.
Lemahnya Kesultanan membuat beberapa pihak menjadi bertindak. Seperti adik dari Sultan Trenggana yakni Pangeran Sekar Seda Lepen yang mencoba melakukan perlawanan terhadap para pemberontak, namun akhirnya ia gagal dan tewas.
Kesal dengan meninggalnya Pangeran Sekar Seda Lepen, anaknya yang bernama Arya Penangsang kemudian membunuh Raden Mukmin yang tak becus dalam memimpin.
Setelah membunuhnya, Arya Penangsang kemudian mengambil alih kekuasaan wilayah kekuasaan.
Namun hal ini menyebabkan kesalnya berbagai adipati–adipati di berbagai daerah di bawah kekuasaan Demak, sehingga pemberontakan terus berlanjut dan akhirnya pada suatu peperangan Arya Penangsang tewas.
Salah satu pemberontak yang cukup terkenal namanya adalah Jaka Tingkir, ia yang berhasil memberontak melawan Demak kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Pajang.
Saat berdiri sendiri, Raden Patah memilih mendirikan Kesultanan karena di wilayah Demak saat Majapahit runtuh sudah sering disinggahi pedagang Islam yang mengajarkan ajaran Islam bagi para penduduk sekitar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini