Advertorial

Jadi Bukti Cakupan Wilayah Kerajaan Majapahit Hingga ke Kawasan Sumatra Utara, Inilah Kawasan Candi Peninggalan Majapahit Meski Tak Semegah Borobudur

K. Tatik Wardayati

Editor

Intisari-Online.com – Anda pasti mengenal candi Borobudur yang terletak di Jawa Tengah sebagai kawasan candi megah dan terbesar, bahkan masuk ke dalam keajaiban dunia.

Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang digunakan sebagai tempat sembahyang umat Buddha.

Meski terasa agak aneh, namun bangunan yang berbentuk candi di kawasan Sumatra Utara ini bisa jadi bukti cakupan wilayah Kerajaan Majapahit di Sumatra.

Namun, kawasan candi yang dikenal juga dengan biara itu menyimpan potensi wisata yang patut dimunculkan.

Baca Juga: Punya Peran Besar Dirikan Kerajaan, Sahabat Raden Wijaya Ini Termakan Hasutan Pejabat Licik yang Incar Jabatan Tinggi di Majapahit, Akhir Hidup Patih Nambi pun Mengenaskan

Kawasan Padanglawas berada di wilayah dataran rendah di kaki Pegunungan Bukit Barisan, yang membujur dari barat laut hingga tenggara.

Sang penulis, Dyah Hidayati, melukiskan matahari yang bersinar menghampari padang rumput nan luas dan gersang dengan semak belukar di sana-sini, yang terasa membakar kulit.

Ketika itu udara kering dan berdebu.

Di tempat inilah berdiri candi-candi Padanglawas, yang berada tepat di belahan timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Baca Juga: Bukan Hanya Jadi Penguasa Nusantara di Darat, Majapahit Berjaya di Lautan Luas dengan Kapal Jung Java, hingga Bikin Bangsa Lain Segan

Sebagian kawasan Padanglawas merupakan arealribuan hektar kebun karet dan kelapa sawit, meski kelihatannya gersan dengan sederetan bukit-bukit gundul.

Karet dan kelapa sawit merupakan komoditas utama yang menghela roda perekonomian rakyat Padanglawas.

Meski jalan beraspal antara Medan dan Padanglawas ‘berjerawat’ di sana-sini, namun tak terlalu sulit mencapai kawasan tersebut, apalagi tersedia bus dengan harga terjangkau.

Jalur Medan menuju Padanglawas bisa ditempuh melalui Tebingtinggi, Kisaran, Rantauprapat, Kotapinang, Gunungtua.

Atau jalur lain dengan menyusuri tepian Danau Toba melalui Tebingtinggi, Pematangsiantar, Parapat, Balige, Tarutung, Sipirok, Gunungtua.

Bila dicapai dari Padang, Sumatra Barat, maka rutenya adalah Padangpanjang, Bukittinggi, Lubuksikaping, Kotanopan, Padangsiderapuan, Gunungtua, namun rute ini lebih jauh.

Tapi jangan bayangkan kompleks candi-candi di Padanglawas ini serupa dengan kawasan Candi Borobudur di Jawah Tengah atau Candi Prambanan di Yogyakarta.

Anda yang mengagumi benda-benda purbakala, melihat candi-candi di Pananglawas ini bagaikan menemukan harta karun tak ternilai.

Candi-candi di Padanglawas ini menyebar dan letaknya tersembunyi di antara hutan, perkebunan, dan sungai, yang menyimpan misteri tersendiri, bahkan belum terungkap secara pasti.

Baca Juga: Pantas Majapahit Dikenal Sebagai Salah Satu Kerajaan Terkuat, Pasukan Kubilai Khan yang KononDitakuti di Dunia SajaTakluk di Tangan Raden Wijaya

Dari sekian banyaknya reruntuhan candi di Padanglawas, maka yang layak dikunjungi adalah Trio Bahal, disebut demikian karena terdiri dari tiga candi, yaitu Candi Bahal I, Bahal II, dan Bahal III.

Ketiganya sudah berdiri karena upaya pemugaran oleh instansi berwenang selama bertahun-tahun.

Ketiga candi tersebut saling berdekatan dan memiliki karakteristik yang serupa.

Namun, masing-masing candi tetap menampilkan gaya arsitekturnya sendiri, yang berlatar belakang Buddhis.

Ini dilihat dari bagian atap candi induk yang merupakan stirilisasi dari stupa.

Yang paling menarik dilihat dari bentuk atap pada candi induk, Bahal I, berbentuk tabung dengan relief-relief uncal (pita beruntai) berupa jalinan bunga.

Di bagian kanan dan kiri ambang pintu terpahat bentuk sosok manusia yang tersisa hanya bagian pinggang ke bawah.

Bagian kaki candi terbagi dalam panil-panil yang berisi relief singa dan yaksa (mahkluk surgaloka).

Dibentengi oleh pagar keliling dari bata yang dilengkapi gapura atau gerbang rendah, kompleks candi Trio Bahal ini dibangun dengan bahan bata menghadap arah timur.

Baca Juga: Konon Menjadi Keturunan Terakhir Masyarakat Majapahit, Ada Cerita Lain Mengenai Asal Usul Suku Tengger yangTernyata Keturunan dari Dua Tokoh Sakti Mandragunadari Zaman Kerajaan Kediri

Masing-masing candi dilengkapi dengan sepasang makara di bagian bahwa pipi tangga candi induk.

Di sekeliling candi induk, kecuali bagian belakang, terdapat candi-candi perwara (candi kecil yang melengkapi candi induk), persis berhadapa dengan candi induk berbentuk altar (pendapa).

Ditemukan juga lapik-lapik area maupun penggalan-penggalan area di sekililing candi yang bisa jadi rusak akibat penjarahan.

Namun, sebagian temuan telah aman tersimpan di museum situs yang terdapat di kompleks Candi Bahal I, sebagian lagi terserak di hamparan rumput yang meninggi di halaman candi.

Beberapa artefak yang terselamatkan, kini tersimpan di Museum Negeri Medan.

Candi Bahal I ini menjadi candi primadona di Padanglawas dan kawasan Tapanuli Selatan, yang menarik minat banyak wisatawan, bahkan nyaris tak pernah sepi dibandingkan candi lainnya.

Adanya potensi wisata di kompleks candi ini membuat Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tapanuli Selatan melengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang.

Baca Juga: Ungkapkan Perjalanan Hidup Ken Arok dan Kisah Kehidupan Kerajaan Majapahit, Benarkah Isi Kitab Pararaton Hanyalah Cerita Mitos Saja?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait