Digubah oleh Mpu Tantular, Kitab Arjunawijaya Peninggalan Kerajaan Majapahit Ini Kisahkan Titisan Batara Wisnu yang Wujudnya Berubah Jadi Raksasa Sebesar Bukit Punya Seratus Kepala dan Seribu Tangan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Digubah oleh Mpu Tantular, inilah Kitab Arjunawijaya peninggalan Kerajaan Majapahit yang mengisahkan titisan Batara Wisnu.

Intisari-Online.com – Tak salah kalau Anda mengetahui dari buku-buku sejarah mengenai kemasyuran kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan Nusantara.

Dari kerajaan besar ini, banyak peninggalan yang kita temukan hingga saat ini, salah satunya adalah Candi Borobudur.

Ada juga karya sastra yang menjadi peninggalan dari Kerajaan Majapahit, yaitu Kitab Arjunawijaya.

Kitab Arjunawijaya atau Kakawin Arjunawijaya ini digubah oleh Mpu Tantular.

Baca Juga: Jadi Bukti Cakupan Wilayah Kerajaan Majapahit Hingga ke Kawasan Sumatra Utara, Inilah Kawasan Candi Peninggalan Majapahit Meski Tak Semegah Borobudur

Ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, karya sastra ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah Kerajaan Majapahit antara tahun 1350-1389.

Karya sastra ini mengisahkan tentang peperangan antara Raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Rahwana.

Cerita yang sangat populer didasarkan pada Uttara Kanda, bagian terakhir dari Kitab Ramayana.

Kisah dalam Kitab Arjunawijaya ini mengandung nilai religi, etika, dan estetika, sehingga kerap dipertunjukkan dalam pergelaran wayang.

Baca Juga: Jadi Simbol Keberuntungan dan Kemakmuran di Berbagai Penjuru Dunia, Misteri 'Piggy Bank' alias Celengan Babi Nyatanya Mulai Terbongkar Berkat Peninggalan Majapahit

Dalam karya sastra itu, Arjunawijaya dikisahkan adalah putra tunggal Prabu Kartawijaya, raja Maespati, yang setelah naik takhta dikenal dengan sebutan Prabu Arjuna Sasrabahu.

Mengutip dari buku Kitab-kitab dari Abad Silam, karya Endar Wismulyani (2018), gelar yang diberikan itu karnea ketika bertiwikrama, wujudnya berubah menjadi raksasa sebesar bukit yang memiliki seratus kepala dan seribu tangan yang memegang berbagai macam senjata.

Dikisahkan bahwa Arjunawijaya adalah titisan Batara Wisnu yang sakit mandraguna dan berwibawa.

Dia berhasil meminang Dewi Citrawati yang diperebutkan raja-raja dari berbagai negeri.

Pada suatu ketika, Arjunawijaya berusaha memenuhi keinginan istrinya yang ingin mandi bersama 800 orang selir di sebuah sungai atau danau.

Arjunawijaya lalu bertiwikrama supaya bisa membendung sungai dan membuat danau buatan yang sangat luas.

Ternyata luapan air yang terbendung malahan semakin tinggi hingga menggenangi daerah di sekitarnya termasuk perbukitan Janakya, tempat raja Alengka bernama Rahwana sedang membangun pesanggrahan.

Bangunan pesanggrahan Rahwana itu, dalam sekejap, hancur dilanda air bah.

Tentu saja, ini membuat Rahwana murka. Dia mengirim abdi kepercayaannya, Detya Kala Marica, untuk melakukan penyelidikan.

Baca Juga: Peninggalan Majapahit: Tengkorak Manusia dan Runtuhan Menara Ditemukan di Situs Kuno Jombang

Namun setelah diselidiki, malah muncul keinginan Rahwana merebut Dewi Citrawati, sehingga perang pun tidak terelakkan lagi.

Peperangan yang terjadi antara prajurit Maespati dan Alengka ini berlangsung sangat sengit hingga kedua belah pihak kehilangan sosok penting.

Para putra Rahwana menjadi korban yang tewas, termasuk Patih Suwanda, abdi Arjunawijaya.

Langkah peperangan itu sempat terhenti ketika para dewa mengatakan bahwa Rahwana belum ditakdirkan untuk mati.

Mengetahui hal itu, Arjunawijaya pun menurutinya dengan tetap menghadapi Rahwana dengan menyiksanya melalui penderitaan yang mahadahsyat.

Detya Kala Marica, sebagai abdi kepercayaan Rahwana, melakukan siasat licik untuk membalas dendam.

Dia mendatangi Dewi Citrawati dan mengatakan bahwa Arjunawijaya telah tewas, sehingga permaisuri beserta para selirnya itu melakukan bala pati.

Sekembalinya Arjunawijaya ke pesanggarahan, dia sangat terkejut ketika mendapati istri kesayangannya tidak bernyawa.

Namun dengan bantuan Batara Waruna (Dewa Laut), Dewi Citrawati bisa dihidupkan lagi, termasuk para selir dan dayang yang jumlahnya hampir 4.000 orang.

Baca Juga: Terpantik Nafsu Raja yang Ingin Disembah Bak Tuhan, Inilah Perang Ganter, Titik Awal Lahirnya Wangsa Rajasa yang Kelak Kuasai Tanah Jawa Lewat Singasari dan Majapahit

Setelah Batara Waruna pergi, Brahmana Pulasta pun turun dari kahyangan Madyapada untuk memintakan ampun bagi Rahwana yang adalah cucu buyutnya.

Rahwana memang ditakdirkan mati di tengan penjelmaan Dewa Wisnu, tapi saat itu belumlah saatnya, demikian menurut ketentuan Dewata.

Luluh, Arjunawijaya pun bersedia membebaskan Rahwana serta menasihatinya agar memerintah dengan adil.

Rahwana pun, sambil bersimpuh, menyatakan tobatnya dan berjanji untuk tidak berbuat kejahatan lagi.

Baca Juga: Punya Peran Besar Dirikan Kerajaan, Sahabat Raden Wijaya Ini Termakan Hasutan Pejabat Licik yang Incar Jabatan Tinggi di Majapahit, Akhir Hidup Patih Nambi pun Mengenaskan

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait