Intisari-Online.com - Siapa yang tidak tahu Pulau Bali?
Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang dikenal karena keindahan alamnya.
Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya pulau yang dihuni oleh mayoritas umat Hindu.
Dan ternyata fakta itu sudah terjadi sejak era Majapahit.
Namun penyebutan Pulau Bali sebagai Pulau Hindu para era Majapahit adalah keliru.
Hal itu disampaikan olehL.C. Damais, filolog Prancis.
Dia menguatkan tesis dariEarl Drake, Duta Besar Kanada untuk Indonesia tahun 1982-1983, danAgus Sanyoto.
Menurutnya, sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke daerah-daerah di Nusantara, masyarakatnya telah lama menganut kepercayaan animisme.
"Oleh karenanya, penyebutan pulau Hindu untuk Bali di era Majapahit menjadi keliru," ujar Damais dalam tulisan Drake seperti dilansir darinationalgeographic.grid.idpada Senin (15/11/2021).
"Bali yang kemudian menjadi Hindu, dulu masyarakatnya merupakan penganut animisme," tambahnya.
Kata,Earl DrakeAnimisme memang tak tercatat dalam agama resmi di Nusantara.
Sehingga para penganut Animisme di Bali harus memilih untuk menganut Hindu secara formal.
Padahal, sebenarnya orang Bali sendiri kesulitan membedakan adat, kepercayaan lokal, dengan ajaran Hindu.
"DalamUtsawa Dharma Gita(tafsir kitab Hindu)," ungkap Drake, "orang Bali yang dikenal religius sebagai penganut Hindu, akan kalah dengan kemampuan orang dari luar Bali."
Namun memang masyarakat Bali di era ekspansi Majapahit, telah menunjukkan corak kebudayaan dan ritual keagamaannya sendiri.
"Mereka terbiasa dengan kepercayaan dan budaya purba yang diturunkan dari nenek moyangnya."
"Utamanya ajaran animisme," imbuh Drake.
Selanjutnya, peran Majapahit-lah yang menyebarkan ajaran Hindu di sana.
"Keluarga kerajaan disibukkan untuk mempengaruhi rakyat (masyarakat lokal) untuk menganut dan meyakini ajaran Hindu," tambah Drake.
Kenyataannya, masyarakat masih sulit untuk menganut ajaran Hindu.
Realitas tersebut juga ditulis oleh Clifford Geertz dalam bukunya berjudul Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawaterbitan tahun 2014.
Clifford Geertz meyakini bahwa sampai berkembangnya Islam, pasca melalui fase Hindu dan Buddha di Nusantara, masih dikenal kaum Abangan.
"Kaum Abangan masih kental dengan kepercayaan animisme."
"Di mana ajaran Islam dari kelompok sosial pedesaan, masih menunjukan pola animistis dalam ritual adat dan keagamaannya," tulisnya.
Jika Anda ingin melihat pola-pola animistis, maka ada itu bisa dilihatdari praktik-praktik tahlilan,bancakan, dan lain sebagainya.