Intisari-Online.com – Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya ketika berhasil menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan mereka.
Namun, kerajaan Majapahit sendiri akhirnya runtuh akibat pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang ‘dalam’ yang haus akan kekuasaan.
Salah satu tonggak penting dalam kerajaan Majapahit adalah pemberontakan Nambi.
Pemberontakan Nambi merupakan pergolakan yang terjadi ketika Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Raja Jayanegara (1309-1328).
Nambi atau Mpu Nambi merupakan patih pertama Majapahit yang memiliki peran besar dalam merintis pendirian kerajaan bersama Raden Wijaya.
Sebelum Nambi melakukan pemberontakan, telah terjadi pula serangkaian pemberontakan di Majapahit.
Namun, peristiwa yang terjadi pada tahun 1316 ini juga disebabkan oleh fitnah seorang pejabat licik bernama Mahapati.
Dia yang mengincar jabatan patih, mengadu domba Nambi dan Raja Jayanegara.
Maka tak heran, pertumpahan darah pun terjadi yang kemudian menyebabkan tewasnya Nambi.
Siapakah sebenarnya Patih Nambi itu?
Nambi merupakan salah satu sahabat Raden Wijaya, pendiri Majapahit.
Nambi juga memiliki peran besar dalam merintis pendirian kerajaan bersama Ranggalawe, Kebo Anabrang, dan Lembu Sora.
Nambi kemudian dinobatkan sebagai patih pertama Kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya, atas kesetiaan dan jasanya itu.
Rupanya, di dalam kerajaan Majapahit ada seorang pejabat licik, yang bernama Mahapati.
Dia menginginkan kekuasaan dan berusaha meraihnya dengan cara mengadu domba sahabat-sahabat Raden Wijaya.
Mahapati pun berhasil menyingkirkan Ranggalawe, Kebo Anabrang, dan Lembu Sora, antara tahun 1295 hingga 1300.
Ketiga sahabat Raden Wijaya tersebut tewas dalam peristiwa pemberontakan yang mereka lakukan akibat siasat adu domba Mahapati.
Namun, masih ada satu lagi sahabat Raden Wijaya yang menjadi target Mahapati, yaitu Nambi, yang memegang jabawan paling tinggi yang diincarnya.
Maka Mahapati mulai melancarkan serangan dengan menciptakan ketegangan di antara raja dan patihnya.
Dia menyebar rumor bahwa Jayanegara tidak menyukai gagasan-gagasan yang diberikan oleh Nambi.
Pada suatu ketika, Nambi meminta izin kepada raja untuk mengunjungi ayahnya yang sedang sakit di Lumajang.
Nambi pun pulang ke kampung halamannya setelah mendapatkan restu dari raja.
Sayang, ketika sampai, ayahnya telah meninggal dunia.
Tak mau melewatkan kesempatan, Mahapati pun memanfaatkan momen ini untuk memperkeruh suasana.
Dia datang menyampaikan ucapan dukacita dari raja dan menyarankan agar Nambi memperpanjang masa istirahatnya.
Tentu saja, Nambi tidak menolak, dia menyetujui perintah dari raja tersebut.
Mahapati pun segera meminta izin kembali ke istana untuk menyampaikan berita kepada raja.
Namun, di hadapan Raja Jayanegara, Mahapati justru menyampaikan fitnah bahwa Nambi menolak untuk kembali ke kerajaan dan sedang mempersiapkan pemberontakan.
Raja Jayanegara pun marah dan mengirim Mahapati untuk memimpin pasukan dan membunuh Nambi, demikian tertulis dalam Kitab Pararaton.
Tetapi dalam Kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa yang memimpin serangan terhadap pemberontakan Nambi adalah Raja Jayanegara sendiri.
Kedua karya sastra itu, baik Negarakertagama maupun Pararaton menyatakan bahwa kematian Nambi terjadi pada tahun 1316.
Nambi yang sedang berada di kampung halamannya, mendengar kabar bahwa pasukan Majapahit sedang dalam perjalanan untuk menyerangnya.
Dalam keadaan terdesak dan waktu yang mepet, dia mencoba mendirikan benteng di Gending dan Pejarakan.
Namun, kedua benteng itu dengan mudahnya dihancurkan oleh pasukan Majapahit.
Nambi bersama seluruh keluarganya tewas dalam pertempuran itu.
Peristiwa ini sekaligus menandai jatuhnya Lumajang, yang kemudian memantik pergolakan di Majapahit lainnya, ketika sejumlah kota pun memutuskan untuk menyerang kerajaan itu.
Termasuk peristiwa yang kemudian dikenal dengan Pemberontakan Sadeng dan Keta.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari