Intisari-Online.com -Cerita tentang asal usul nama Kerajaan Majapahit, biasanya akan merujuk pada satu buah, yaitu maja.
Dalam novel, sandiwara radio, hingga sinetron yang berlatar kerajaan Majapahit, disebut bahwa buah inilah yang menginspirasi Raden Wijaya dalam memberi nama kerajaannya.
Sang pendiri sekaligus raja pertama Majapahit tersebut dikisahkan tengahbabat alas Tanah Tarik bersama para pengikutnya.
Ketika akhirnya mereka merasa lelah, mereka kemudian 'tergoda' oleh buah maja yang menggantung di pohon, yang memang banyak tumbuh di wilayah tersebut.
Sayangnya, buah yang mereka temukan tersebut ternyata mengecewaka, karena memiliki rasa yang pahit.
Rasa buah maja saat dicecap oleh Raden Wijaya dan pengikutnya inilah yang kemudianmenginspirasi sang raja untuk memberi nama wilayah tersebut sebagai maja-pahit.
Singkat cerita, kerajaan tersebut kemudian mencapai puncak kejayaannya kala berada di bawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.
Namun, benarkah cerita yang sudah lama kita percayai tersebut?
Buah yang dimaksud, atau lebih tepatnya diyakini, tercatat dalam cerita terebut disebut berwarna hijau.
Ukurannya sebesar bola voli dengan kulit (tempurung) sangat keras dan rasa yang tidak sedap disantap.
Tempurungnya yang keras inilah yang pada akhirnya membuat buah ini dianggap lebih bermanfaat, yaitu digunakan untuk berbagai perkakas rumah tangga.
Namun, buah tersebut, pada kenyataannya bukanlah buah "maja" yang sebenarnya, melainkan buah berenuk(calabash tree, huingo, krabasi, atau kalebas).
Nah, asal dari buah berenuk inilah yang pada akhirnya membuat buah ini tidak bisa dianggap sebagai buah 'maja' yang dimakan Raden Wijaya.
Sebab, buah ini baru masuk ke nusantara setelah dibawa oleh para penjajah, yaitu Portugis dan Belanda.
Jelas, kehadiran para penjajah ini justru terjadi jauh setelah berdirinya kerajaan Majapahit.
Jadi, sebenarnya buah maja yang dimaksud itu apa?
Sebenarnya ada buah maja asli Indonesia yangdisebut bael (Aegle marmelos). Genus Aegle terdiri atas enam spesies: Aegle barteri, Aegle correa, Aegle decandra, Aegle glutinosa, Aegle marmelos, dan Aegle sepiaria.
Sayangnya, rasa dari buah maja asli ini akan mengecewakan mereka yang percaya pada asal usul nama Majapahit.
Sebab, buah maja asli tersebut justru memiliki rasa yang manis. Bahkan, salah satunya diberi nama maja manis.
Lalu bagaimana dengan legenda buah maja yang dimakan oleh Raden Wijaya?
Ada yang menyebutkan bahwa buah maja yang dimakan oleh Raden Wiijaya memang secara kebetulan memiliki rasa yang pahit.
Sementara versi yang lain lebih menyoroti kata "pahit" yang dalam bahasa Jawa kerap dilafalkan dengan "pait".
Kata ini, selain memang bisa diartikan sebagai "pahit", juga memiliki makna yang lain, yaitu "modal".
Nah, jika merujuk pada arti kata yang kedua, maka bisa saja Majapahit itu sebenarnya merujuk pada kesakralan buah maja yang dijadikan modal membangun kerajaan.
Apalagi, dalam tradisi Hindu, buah maja dianggap sebagai tumbuhan"titisan" Hyang Syiwa.
Karena itu tanaman maja selalu ada di halaman pura Hindu.