Polahnya Dianggap Bak Kerbau Dicucuk Hidungnya, Raja Terakhir Majapahit Ini Disindir Rakyatnya Sendiri Lewat Tarian Legendaris, yang Sempat Diklaim Malaysia

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Raja Majapahit

Intisari-Online.com-Pada tahun 2007, sebuah iklan pariwisata Malaysia, yang merupakan bagian dari kampanye Malaysia Truly Asia, menampilkan Tari Barongan.

Tarian ini mirip dengan Reog Ponorogo, tapi kemungkinan dibawa oleh pendatang dari Indonesia.

Bagi masyarakat Ponorogo, hal tersebut dianggap sebagai pencurian identitas, karena iklan tersebut tidak menyebutkan asal usul tarian tersebut.

Selanjutnya, kata 'Reog Ponorogo' pada topeng Singa Barong diganti dengan kata 'Malaysia', yang memperburuk keadaan.

Baca Juga: Pernah Kuasai Seluruh Jawa hingga Nusantara, Bagaimana Kemasyuran Majapahit Malah Runtuh Akibat Ulahnya Sendiri?

Namun, sebenarnya Reog Ponorogo ini berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.

Reog Ponorogon merupakan sebuah tarian tradisional yang lebih dari sekedar seni pertunjukan.

Reog Ponorogo juga melibatkan pertunjukan kehebatan fisik serta supernatural.

Masyarakat Kabupaten Ponorogo melihat Reog Ponorogo sebagai identitas mereka.

Baca Juga: Tak Sanggup Khianati Hati Kala Ranggalawe Terbunuh Keji, Inilah Lembu Sora, Pahlawan Majapahit yang 'Dihabisi' Taktik Busuk Pejabat Licik

Ada beberapa cerita tentang asal mula Reog Ponorogo.

MelansirAncient Origins, yang paling populer adalah Ki Ageng Kutu, seorang punggawa Majapahit yang hidup pada abad ke-15.

Ki Ageng Kutu bertugas di istana Kertabhumi Bhre (sering disamakan dengan Brawijaya V), raja terakhir Kerajaan Majapahit.

Selama periode ini, kekaisaran mengalami kemunduran, pengadilan korup, dan raja tidak kompeten.

Baca Juga: Kerajaan Majapahit Ternyata Sudah Mendahului Dunia dalam Pembuatan Benda Ini, Abad ke-14 Sudah Ciptakan 'Teknologi' yang Dipakai di Zaman Modern

Ki Ageng Kutu meramalkan bahwa kekaisaran akan berakhir dan memutuskan untuk meninggalkan istana.

Ia tiba di Ponorogo dan mendirikan sebuah lembaga untuk mendidik kaum muda dengan seni bela diri serta ilmu kebatinan.

Harapan Ki Ageng Kutu, murid-muridnya akan menghidupkan kembali masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

Meskipun demikian, jumlah pengikutnya sedikit dan tidak akan mampu untuk melawan kekuatan tentara Majapahit.

Baca Juga: Namanya Terpatri Abadi Dalam Sejarah Berdirinya Majapahit, Ranggalawe Justru Berakhir Tragis Usai Gagal Kendalikan Nafsu Berkuasa

Oleh karena itu, untuk menyampaikan pesannya kepadamasyarakat yang lebih luas, dan untuk mendapatkan dukungan mereka, Ki Ageng Kutu merancang Reog Ponorogo.

Strategi ini berhasil, dan tarian tersebut menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Ponorogo.

Raja Majapahit mengetahui situasi tersebut dan mengirimkan pasukan untuk melawan Ki Ageng Kutu dan para pengikutnya.

Meski sekolah hancur, paramurid terus berlatih seni mereka secara diam-diam.

Mengenai Reog Ponorogo, raja tidak dapat menghentikan pertunjukannya di depan umum karena sudah mendapatkan banyak popularitas.

Baca Juga: Pernah Bawa Majapahit Berjaya Kuasai Nusantara, Patih Gajah Mada Justru Berakhir Tragis, Jadi Buronan Prajuritnya Sendiri Hingga Memilih 'Moksa' Untuk Mengakhiri Hidupnya

Sebagai gantinya, plot baru ditambahkan, bersama dengan karakter baru dari cerita rakyat Ponorogo.

Reog Ponorogo akhirnya menjadi tarian tradisional masyarakat Ponorogo.

Kekayaan simbolisme Reog Ponorogo juga terlihat pada karakter Singa Barong, monster singa yang menakutkan dengan bulu merak di kepalanya.

Singa itu konon mewakili raja Majapahit, sedangkan bulu adalah ratunya.

Ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap raja, yang, meskipun terlihat garang, dikendalikan oleh ratu.

(*)

Artikel Terkait