Penulis
Intisari-Online.com - Raden Haryo Ronggolawe dilantik sebagai Adipati Tuban oleh Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit pada 12 November 1293.
Ranggalawe adalah salah satu pengikut setia Raden Wijaya.
Ia adalah putra Arya Wiraraja, Bupati Sumenep dan memiliki paman bernama Lembu Sora.
Melansir Kompas.com, Ranggalawe, Arya Wiraraja, dan Lembu Sora mendukung Raden Wijaya yang merintis Kerajaan Majapahit di tepi Sungai Brantas, Mojokerto.
Namun Ranggalawe sempat dianggap melakukan pemberontakan saat Kerajaan Majapahit masih berusia muda.
Ia lalu meninggal di tangan Kebo Anabrang yang memimpin pasukan Majapahit menyerang Tuban.
Peperangan mereka terjadi di sekitar Sungai Tambak Beras, Jombang.
Dalam Kakawin Nagarakertagama tidak disebutkan ada pemberontakan dari Ranggalawe.
Namun di Kidung Ranggalawe dijelaskan jika konflik Ronggolawe dengan Majapahit berawal saat pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi Majapahit.
Dikutip dari Historia.co.id, Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai amanca nagara di Tuban dan adipati di Datara.
Tokoh yang memimpin pasukan Singhasari ke Malayu menjadi panglima perang dan mendapat nama Kebo Anabrang.
Namun, Kidung Harsawijaya menyebut Ranggalawe sebagai patih amangkubhumi, Nambi sebagai demung, dan Sora sebagai tumenggung.
Ranggalawe mengatakan kepada Raden Wijaya bahwa Nambi tak lebih gagah berani dan perwira dibanding dirinya.
Dia juga merasa lebih berperan dalam membantu Wijaya mendirikan Majapahit.
Ranggalawe menganggap jika posisi Patih Amangkubumi lebih layak dipegang oleh Lembu Sora, paman dari Ranggalawe Walaupun demikin Lembu Sora tetep mendukung Nambi menjadi patih.
Mengetahui hal itu, Ranggalawe marah dan keluar dari istana.
Lembu Sora meminta keponakannya untuk meminta maaf kepada Raden Wijaya.
Tapi ia tetap menolak dan memilih kembali ke Tuban.
Nambi kemudian dipengaruhi dengan desas-desus yang mengatakan Ranggalawe akan melakukan pemberontakan pada Majapahit.
Ia pun menyerang Tuban ditemani oleh Lembu Sora dan Kebo Anabrang.
Dalam peperangan tersebut, Ranggalawe dan Kebo Anabrang sama-sama tewas di Sungai Tambak Beras.
Ranggalawe tewas di tangan Kebo Anabrang.
Sementara Anabrang tewas ditangan Lembu Sora yang menikamnya saat tahu keponakannya, Ranggalawe sekarat.
Oleh Raden Wijaya, jasad Ranggalawe dan Mahisa Anabrang dibawa ke Puri Majapahit untuk mendapatkan penghormatan serta disucikan lalu dibakar dan abunya dibuang ke laut.
Ranggalawe tetap dianggap pahlawan dan keturunannya tetap diberi kesempatan untuk memimpin Tuban karena Ranggalawe berjasa besar pada Raden Wijaya saat memulai Kerajaan Majapahit.
Hingga saat ini Ranggalawe tetap menjadi pahlawan bagi masyarakat Tuban.
Bahkan Bahkan dalam lambang daerah Kabupaten Tuban, disertakan gambar kuda hitam dan tapal kuda kuning.
Disebutkan kuda Hitam adalah kesayangan Ronggolawe, pahlawan yang diagungkan oleh masyarakat Tuban karena keikhlasannya mengabdi kepada Negara watak kesatriaannya yang luhur dan memiliki keberanian yang luar biasa.
Sedangkan tapal kuda ronggolawe berwarna kuning emas melingkari warna dasar merah dan hitam melambangkan kepahlawanan yang cemerlang dari Ronggolawe.
(*)