Intisari - Online.com -Semasa hidupnya, Patih Gajah Mada adalah sosok patih yang begitu hebat dengan ikrarnya yaitu Sumpah Palapa yang mengatakan tidak akan memakan buah Palapa sebelum Nusantara bersatu di bawah kekuasaan Majapahit.
Kehebatannya begitu luar biasa, banyak catatan sejarah mengenai Gajah Mada yang bersama dengan para penguasa Majapahit membangun peradaban yang kaya raya dan makmur.
Salah satu peninggalan Gajah Mada adalah candi Singasari.
Siapa sangka, candi ini tidak ia bangun untuk raja Majapahit.
Lantas, untuk siapa ia membangun candi tersebut?
Dalam salah satu prasasti Gajah Mada yaitu prasasti di depan candi Singasari bertarikh 1273 Saka atau 1351 M, diceritakan pembangunan bangunan suci bagi raja Singasari, Kertanegara.
Siapa sebenarnya Kertanegara?
Kertanegara atau Sri Maharaja Kertanegara (1268 - 1292 M) adalah raja terbesar sekaligus penguasa terakhir Singasari.
Ia berhasil membawa kejayaan untuk Singasari.
Singasari dan hidup Kertanegara berakhir setelah muncul pemberontakan Jayakatwang.
Pemberontakan terjadi pada 1292 M.
Kertanegara tercantum dalam Negarakertagama dan Pararaton meskipun kedua kitab tersebut sedikit berbeda dalam menyebutkan nama dan silsilah raja-raja Singasari.
Namun ada sedikit perbedaan terkait masa berkuasa Kertanegara dan urutan raja-raja Singasari lainnya.
Dalam kitab Negarakertagama, Kertanegara disebut bertahta sejak 1254 M dan merupakan raja keempat atau raja terakhir Singasari setelah Rangga Rajasa (1222 - 1227 M), Anusapati (1227 - 1248 M), dan Wisnuwardhana (1248 - 1254 M).
Kemudian Kertanegara dituliskan di kitab Pararaton berkuasa sejak 1272 M dan berada di urutan keenam sebagai pemimpin Tumapel atau Kerajaan Singasari, dengan melibatkan Tunggul Ametung (1185 - 1222 M), Ken Arok (1222 - 1247 M), Anusapati (1247 - 1249 M), Tohjaya (1249 - 1250 M), dan juga Wisnuwardhana (1250 - 1272 M).
Kertanegara juga disebutkan dalam Pararaton sebagai sosok yang lahir dari ibu bernama Waning Hyun atau Jayawardhani, istri Raja Wisnuwardhana di Singasari.
Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wunga Teleng, putra Ken Arok dari Ken Dedes.
Kertanegara terkenal karena menyatukan agama Hindu aliran Shiwa dengan agama Buddha aliran Tantrayana.
Dalam Pararaton ia disebut sebagai Bhatara Siwa Buda, dan menurut Negarakertagama, Kertanegara sudah menguasai semua ajaran Hindu dan Buddha.
Kertanegara juga memiliki gelar keagamaan yaitu Sri Jnanabajreswara atau Sri Jnaneswarabajra, yang diwujudkan menjadi sebuah patung bernama Jina Mahakhobhya atau Arca Aksobhya yang merupakan simbol perpaduan Shiwa (Hindu) dan Buddha.
Patung Arca Aksobhya dikenal juga sebagai Arca Joko Dolog yang kini ada di Surabaya.
Kertanegara diangkat menjadi yuwaraja/raja muda oleh ayahnya, Raja Wisnuwardhana, pada 1254 M, seperti dituliskan dalam Prasasti Mula Malurung berangka tahun 1255 M.
Diangkatnya ia menjadi yuwaraja berarti Kertanegara diproyeksikan menjadi penguasa Singasari berikutnya.
Kemudian Prasasti Padang Roco berangka tahun 1208 Saka atau 1286 M menyebut jika Kertanegara menyandang gelar Sri Maharajadhiraja Krtanegara Wikrama Dharmmottungadewa.
Prasasti ini juga menguak Ekspedisi Pamalayu yang dilaksanakan Kerajaan Singasari ke Sumatera pada abad ke-13 M.
Singasari berhasil mencapai masa kekuasaan pada era pemerintahan Maharaja Kertanegara, yang sejak bertahta pada 1268 M, terobsesi meluaskan wilayah kekuasaannya sampai ke luar Jawa.
Ia mengirimkan rombongan besar ke Sumatera dalam misi Ekspedisi Pamalayu sejak 1275 M, kemudian ia juga melakukan sejumlah penaklukan di luar Jawa, salah satunya Bali pada 1284 M.
Siti Nur Aidah, penulis Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia, mengatakan menurut Negarakertagama jika pengaruh Singasari di luar Jawa meliputi Pahang (wilayah Malaysia), Tumasik (Singapura), Sumatera, Bali, Bakulapura atau Tanjungpura (Kalimantan Barat), sampai Gurun (Maluku) dan sebagian Pulau Seram.
Kertanegara berhasil membuat Singasari menjadi kerajaan terkuat dalam berbagai bidang seperti pemerintahan, ekonomi, agama, budaya, dan pertahanan dan keamanan.
Kertanegara pernah mengusir utusan dari Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan tahun 1284 M, yang meminta Singasari tunduk kepada Mongol, segera saja Kertanegara menolaknya.
Kertanegara tewas pada 1292 M ketika pemberontakan yang digerakkan oleh Jayakatwang, bupati Gelang-gelang, bagian dari Kediri.
Kediri adalah salah satu daerah taklukan Kerajaan Singasari, dan Jayakatwang dengan Kertanegara masih berkerabat karena ia adalah sepupu, ipar dan besannya.
Jayakatwang menyimpan dendam terhadap leluhur Kertanegara, ia sendiri adalah keturunan Kertajaya, raja Kediri terakhir, yang dikalahkan Ken Arok pendiri Singasari.
Setelah Kertajaya kalah, Kediri runtuh dan berdirilah Singasari.
Kertanegara sendiri diyakini menjadi raja Jawa pertama yang memikirkan dan berusaha mewujudkan konsep Nusantara.
Konsep dan impiannya itu terwujud setelah keturunan-keturunannya memimpin Majapahit.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini