Penulis
Intisari - Online.com -Sudah bukan rahasia jika Iran memiliki banyak musuh, terutama Amerika Serikat.
Hal ini karena negara tersebut memutuskan membuat senjata nuklir yang mengancam dunia.
Namun baru-baru ini, ketegangan memuncak antara Iran dan negara lain sampai hampir terjadi perang.
Menariknya, bukan AS yang pertama kali terlibat konflik bersenjata dengan AS.
Mengutip Asia Times, Azerbaijan adalah negara yang justru terlibat konflik dengan Iran setelah serangkaian serangan retorika, keluhan teritorial dan provokasi militer.
Ketegangan berubah menjadi perubahan persekutuan dan permainan kekuatan di wilayah tersebut.
Konflik muncul setelah Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev diwawancarai media Turki Anadolu Agency pada 28 September lalu.
Dalam wawancara itu ia menuduh pengendara truk dan pembawa bahan bakar Iran melanggar integritas wilayah negaranya dengan memindahkan barang-barang ke Armenia melalui jalan Goris-Kapan di Provinsi Syunik, Armenia tenggara.
Wilayah itu diklaim Azerbaijan sebagai wilayah mereka.
Presiden Aliyev mengatakan jalan yang sebelumnnya memfasilitas perdagangan perbatasan Iran-Armenia itu dikuasai dan kini dimiliki oleh Azerbaijan setelah Perang Nagorno-Karabakh tahun 2020 yang berjalan selama 44 hari.
Ia mengatakan dalam wawancara yang sama jika sebanyak 60 truk Iran mencoba memasuki wilayah Nagorno-Karabakh antara 11 Agustus dan 11 September, melanggar aturan Azerbaijan.
Sebanyak dua pengendara Iran ditahan sementara pemerintah Baku memberikan pajak USD 130 untuk pemilik kendaraan Iran yang terlibat bisnis dengan Armenia, secara efektif mendorong banyak dari mereka untuk meninggalkan rute mereka karena bea cukai yang baru diperkenalkan yang telah membuat perdagangan menjadi tidak ekonomis.
Kecaman publik Aliyev atas Teheran ini dianggap beberapa pakar sebagai cara politik mendapatkan pendukung lokal dan ditujukan untuk menunjukkan ketegasan kemenangan Azerbaijan atas Armenia di perang tahun lalu.
Namun tidak hanya tuntutan dari Aliyev yang sifatnya harus dipatuhi Iran, banyak yang beranggapan cara ini adalah cara Azerbaijan mengubah persekutuan dan memutus hubungan dengan Teheran untuk mendapatkan bantuan dari musuh Teheran.
Pada pertengahan September, Azerbaijan, Turki dan Pakistan melakukan latihan militer gabungan besar selama 2 minggu bernama "Three Brothers - 2021," yang dilaporkan menjadi latihan pertama antara militer tiga negara dan dikenal sebagai aksi kasar melawan Teheran.
Dihadapkan dengan tekanan populer nasional yang menuntut respon proporsional, tentara Iran melaksanakan latihan militer masif sendiri di dekat perbatasan dengan Azerbaijan pada 1 Oktober bernama "Fatehan Kheybar," yang memicu kemarahan otoritas Baku.
Segera setelah latihan militer Iran diluncurkan, otoritas Azerbaijan menutup sebuah masjid dan kantor yang dioperasikan oleh perwakilan Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei di Baku.
Menteri Dalam Negeri Azerbaijan mengatakan ditutupnya masjid karena penambahan infeksi Covid-19 yang menjadi-jadi, yang diklaim bahwa Masjid Husseiniyya menjadi pusat penyebaran.
Kedutaan Iran di Baku mengatakan mereka belum menerima pemberitahuan lebih lanjut atas penutupan tersebut.
Ini semua menandai langkah diplomatik.
Selama perang Nagorno-Karabakh tahun lalu, Pemimpin Agung Iran tanpa syarat mendukung Azerbaijan, menyebabkan posisi Iran dalam perang yang pendek itu makin terbatas.
Pada November 2020 di puncak ketegangan Baku-Yerevan, yang dibebani oleh minoritas Azerbaijan Iran, Ayatollah Khamenei mengatakan "konflik militer ini seharusnya berakhir secepat mungkin; tentu saja, semua wilayah Republik Azerbaijan yang diambil alih oleh Armenia seharusnya dibebaskan dan dikembalikan ke Azerbaijan."
Komentarnya memiliki bobot sejarah.
Pada Juli 1993, pada pertengahan Perang Nagorno-Karabakh Pertama, pendahulu Ayatollah Khamenei telah mengatakan hal yang mirip: "pemerintahan Armenia dan warga Armenia di Karabakh menekan penduduk Muslim di wilayah ini dan kami mengecam aksi terbaru dari Armenia di Karabah, yang didukung oleh pemerintahan Armenia."
Catatan pemerintah Iran untuk mendukung ambisi wilayah Azerbaijan juga telah menekan Armenia selama puluhan tahun terakhir, tapi tampaknya tidak memenangkan hati dan pikiran pemerintah Azerbaijan di Baku.
Presiden Aliyev, menyebut Commonwealth of Independent States (CIS) Heads of State Council pada 15 Oktober, mengatakan, "selama 30 tahun, Armenia yang bekerja sama dengan iran, telah menggunakan wilayah Azerbaijan yang mereka duduki untuk melakukan perdagangan obat gelap ke Eropa."
Pernyataan ini adalah serangan verbal terbarunya menarget Teheran.
Reaksi Iran terhadap tuduhan itu, terpisah dari respon terhadap latihan militer, sebagian besar telah pasif.
Memang, bahkan seperti dorongan yang diberikan Aliyev atas retorika mempermalukan Iran, Presiden Iran Ebrahim Raisi belum mengatakan komentar apapun.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Iran sementara itu telah terjebak dalam diplomasi menyelesaikan perbedaan berdasarkan kehormatan bersama dan prinsip tetangga yang baik.
Beberapa pakar menyebut respon diam Iran kepada provokasi Azerbaijan menggarisbawahi kerentanan politik Iran akibat isolasi internasional.
Perkiraan pakar lainnya adalah Azerbaijan mengancam Iran untuk mengundang perhatian Israel yang juga mengembangkan kampanye anti-Iran, saat Tel Aviv mencari cara membangun jejak militer dan ekonomi di Azerbaijan dengan mata memata-matai perbatasan utara Iran.
Kedua negara sudah terlibat dalam perdagangan senjata dan kemitraan militer, dengan Azerbaijan membeli paket senjata senilai USD 8.3 miliar dari Israel tahun 2020, dilaporkan memakan anggaran 69% dari impor senjata Azerbaijan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini