Find Us On Social Media :

Memang Culas dan Rajanya Peras Negara Tetangga, Bukan Timor Leste, Malah Negara Tetangga Indonesia Ini yang Bertahun-tahun Dijadikan Australia 'Pembuangan' Pengungsi yang Masuk Negara Mereka

By May N, Rabu, 6 Oktober 2021 | 13:56 WIB

Kamp penahanan imigran di Papua Nugini yang dibiayai oleh Australia

Thanuraj Selvarasa, yang juga sebelumnya ditahan di Pulau Manus, mengatakan proses penahanan adalah kebijakan berbahaya dan tidak perlu yang seharusnya dihapus saja.

"Pemerintahan Morrison seharusnya menghentikan perdagangan manusia di luar negeri. Mereka seharusnya melepaskan dan membantu para pengungsi yang selamat dari kebijakan ini selama 8 tahun yang mengerikan."

Moz Azimitabar, juga mantan tahanan di Papua Nugini, mengatakan "memindahkan pengungsi yang telah disiksa oleh pemerintah Australia selama hampir 9 tahun ke tempat penyiksaan lain jelas-jelas tidak manusiawi".

Sejak 2012, semua pencari suaka yang datang dengan perahu ke Australia telah dikirim ke pusat tahanan untuk penetapan klaim mereka untuk perlindungan, dan ditahan di sana tanpa kepastian.

Baca Juga: PPKM Masih Terus Diperpanjang, Pengungsi Afghanistan Banjiri Jalanan Jakarta Menuntut Ditempatkan di Negara yang Pernah Bantai Ribuan Saudara Mereka Ini

Para tahanan itu sudah ada di sana lebih dari 7 tahun, dengan tidak ada satupun yang dikirim ke luar negeri sejak 2014.

Pencari suaka yang datang dengan pesawat, dengan jumlah besar, tidak menjadi sasaran proses penahanan ini.

Proses ini dikritik PBB, kelompok HAM dan para pengungsi sendiri, dengan PBB mengatakan sistem Australia melanggar konvensi terhadap penyiksaan dan jaksa pengadilan kriminal mengatakan hukuman tidak pasti di luar negeri itu "kejam, tidak manusiawi atau perlakuan merendahkan" dan tidak berdasarkan hukum.

Setidaknya 12 orang meninggal di tahanan tersebut, termasuk dibunuh oleh penjaga, atau karena pengabaian kondisi medis dan bunuh diri.

Baca Juga: Ribuan Orang di Kamp Pengungsi Terlantar saat Isolasi, Dipaksa Cari Makan Sendiri, Diperparah Dampak Kudeta Militer Myanmar yang Sebabkan Hal Ini

Psikiater yang dikirim bekerja di penahanan tersebut telah menggambarkan kondisinya sebagai "sangat tidak sehat" dan mendekati "penyiksaan".