Pasukan junta militer mulai menahan penduduk pria yang dicurigai terlibat dalam gerakan anti-kudeta.
Menurut Myanmar Now, penemuan ini diikuti dengan dua penemuan jasad sebelumnya yang sudah dibuang di tempat lain, mengikuti serbuan militer dan kerusuhan antara pasukan keamanan dan anggota militan lokal.
Minggu ini, duta besar Myanmar untuk PBB, yang memutuskan hubungan dengan junta militer Februari lalu dan setia kepada pemerintah resmi, memperingatkan PBB terkait "laporan pembantaian massal" di Kani.
Dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Dubes Kyaw Moe Tun menggambarkan penemuan 40 jasad tersebut.
Baca Juga: Myanmar Negara yang Terletak Paling Utara di ASEAN, Punya Iklim Paling Unik
Ia mengatakan insiden itu "jelas-jelas menjadi kejahatan melawan kemanusiaan" dan memanggil intervensi mendesak.
"Tidak ada tanda meredanya kekejaman, pembunuhan, penangkapan yang dilakukan oleh militer," tulisnya dalam surat kepada Guterres.
“Kami menuntut intervensi kemanusiaan mendesak dari komunitas internasional sebelum terlambat.”
Penemuan di Kani menyediakan lebih banyak bukti atas kekerasan yang dilakukan administrasi yang baru.