Awal Bencana Kelaparan, Pada 1958 Rakyat China 'Perang' Berburu Burung Pipit ke Seantero Negeri, Sarangnya Dirobohkan, Telurnya Dipecah, dan Anakannya Dibunuh

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Memburu burung pipit sebagai kampanye Mao Zedong

Intisari-Online.com - Tanggal 1 Juli 2021 kemarin, Partai Komunis China, merayakan ulang tahunnya yang ke-100.

Selain memperkuat masa depan, perayaan ulang tahun tentunya juga tentang memuliakan masa lalunya.

Namun, masa lalu China di bawah kepemimpinan Mao Zedong menyimpan kisah pedih.

Penduduk China pernah berperang besar-besaran melawan burung pipit agar pasokan makanan tidak berkurang, namun kelaparan besar justru terjadi.

Baca Juga: 'Warga China Terbiasa dengan Sosok Arafat di TV Mereka dengan Sorban Khasnya' Kala Persahabatan Indah Palestina-China Bisa Beri Palestina Senjata-senjata Mematikan untuk Lawan Israel

Pada 1958, Mao Zedong mulai mereformasi negara komunisnya dengan Great Leap Forward (Lompatan Jauh ke Depan).

Program itu bertujuan untuk membangkitkan ekonomi negara, salah satu misinya adalah dengan The Four Pets Campaign.

Tujuan misi ini adalahmembunuh empat hama: tikus, lalat, nyamuk, dan burung pipit.

Kampanye tersebut dikenal sebagai Kill a Sparrow Campaign (kampanye membunuh burung pipit atau gereja).

Baca Juga: Tidak Diragukan Jadi Presiden Terkuat di Dunia untuk Saat Ini, Xi Jinping Nyatanya Ketar-ketir Karena Tak Punya Penerus, Siapa yang Akan Memimpin Saat Tiongkok Menguasai Dunia?

Mao melihat penduduknya masih bermasalah dengan hama hewan, sedangkan burung pipit dianggap menghabiskan biji-bijian dan beras.

Dia memobilisasi massa secara besar-besaan, burung ditembaki, sarangnya dirobohkan, telurnya dipecah, dan anakannya dibunuh.

Namun, Mao dikatakan tidak tahu apa-apa tentang binatang dan tidak mau membahas rencananya atau mendengarkan para ahli.

Dia hanya memutuskan bahwa 'empat hama' harus dibunuh.

Baca Juga: Mati-matian Perkuat Militernya, Jika China Kalah dalam Perang Masa Depan, Tiongkok Benar-benar Akan Hancur Sampai ke Akarnya, Mengapa?

Sejarawan Frank Dikötter, penulisMao’s Great Faminemengatakan bahwa Lompatan Jauh ke Depan adalah pembunuhan massal terburuk sepanjang massa.

Benar saja, diketahui bahwa burung pipit juga memakan sejumlah serangga (bukan hanya bijibijian).

Akibatnya, hasil panen padi turun drastis akibat populasi hama belalang melonjak drastis.

Pada 1960 (dua tahun setelah kampanye dimulai) Mao mengganti burung pipit dengan kutu busuk pada daftar hama yang dilarang.

Baca Juga: Hidupnya Jauh Lebih Misterius Daripada Kim Jong-Un Sendiri, Mengapa Xi Jinping Sama Sekali Tidak Punya Biografi?

China mengalami bencana kelaparan pada 1958-1962 yang menewaskan 43 juta orang.

Dikötter mengatakan Great Leap Power adalah satu bencana terbesar abad ke-20 disamping kamp Gulag dan Holocaust.

"Rasanya seperti genosida Pol Pot (diktator komunis Kamboja) berlipat ganda 20 kali," ungkapnya.

Baca Juga: Beginilah Akhir Hidup Para Diktator; Stalin, Hitler, Mao, Lenin, Mussolini, dan Orang Kuat Lainnya, dari yang Meninggal di Kamarnya Tanpa Pertolongan Hingga Digantung Setelah Kematiannya

(*)

Artikel Terkait