Tradisi Lebaran Sajikan Kue Kering Ternyata Baru Ada sejak Masa Kolonial Belanda, Inilah Sajian Khas Lebaran Pribumi sebelum Terpengaruh Budaya Kuliner Belanda

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Kue kering khas lebaran apa yang Anda suka? Mungkin jawabannya nastar, kastangel, hingga kue putri salju.

Tahukah Anda ternyata kue-kue khas lebaran yang banyak kita kenal sekarang baru ada di Indonesia sejak masa Kolonial Belanda?

Mengutip Kompas.com, menurut Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman, tradisi menyajikan kue kering seperti itu baru muncul saat masa kolonial Belanda.

Katanya, kue-kue kering yang dikenal masyarakat Indonesia saat ini pertama kali diproduksi di Indonesia oleh orang Belanda.

Baca Juga: Diplomasi Selesaikan Konflik Indonesia-Belanda, Sosok Ini Dikenal Jadi Ujung Tombaknya, Pimpin Perundingan dengan Belanda hingga Lakukan Diplomasi Beras ke India

Kemudian kue-kue kering itu menjadi sajian khas lebaran karena interaksi sosial budaya masyarakat yang ada di Indonesia.

“Bagaimana prosesnya bisa menjadi hidangan lebaran ini tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial budaya masyarakat Bumi Putera, masyarakat Islam Indonesia, dengan orang-orang Eropa,"

"Dan pada masa abad ke-19 hingga 20 pengaruh budaya Eropa dalam hal kuliner itu begitu banyak diserap oleh masyarakat Indonesia. Diantaranya aneka kue yang secara nama saja itu bukan nama Indonesia begitu,” jelasnya.

Lalu, seperti apa sajian khas lebaran sebelum masa Pemerintah Kolonial Belanda?

Baca Juga: Sejarah Timor Leste Penuh Pertempuran, Siapa Sangka 'Warisan' Jepang Pengingat Penjajahan Berdarah Ini Justru Berguna Bagi Fretilin saat Hadapi Pasukan Indonesia

Rupanya, camilan seperti opak, seperti apem, rengginang merupakan beberapa makanan yang disajikan saat lebaran di Indonesia sebelum dipengaruhi budaya kuliner Belanda.

Meski kini makanan-makanan tersebut masih bisa ditemukan di Indonesia dan terkadang masih disajikan di hari lebaran, namun mereka berada di balik bayang-bayang kue-kue kering modern saat ini.

“Dulu masyarakat Indonesia menyajikan kudapan-kudapan daerah seperti yang kita kenal sekarang saat Lebaran. Seperti opak, seperti apem, rengginang yang sekarang itu sebetulnya masih ada.

"Namun mereka berada di belakang bayang-bayang kue-kue Eropa ya seperti kastengel nastar yang sering kita jumpai sekarang yang dianggap lebih modern, lebih trendy,” ujar Fadly.

Baca Juga: Resep Kue Kering Emping Wijen, Resep Kue Kering Klasik Untuk Lebaran yang Rasanya Bikin Nagih, Yuk Coba?

Dengan kedatangan Bangsa Belanda, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh budaya kuliner Belanda dan mengalami perubahan selera.

Bahkan, ternyata menyajikan kue-kue kering di hari Lebaran juga dapat menunjukkan derajat sosial seseorang.

Orang-orang dari kalangan menengah ke atas, saat itu tak mau lagi menyajikan makanan-makanan tradisional yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan lain sebagainya.

Mereka lebih memilih kue kering yang lebih awet dan bisa disajikan berhari-hari.

Baca Juga: Terkenal dengan Kekejamannya, Ini Sisi Lain Israel yang Punya Banyak Makanan Khas, Salah Satunya Mirip Makanan Indonesia

“Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket, kemudian tidak awet, tapi kalau kue-kue kering disajikan berhari-hari pun, berminggu-minggu pun akan tetap awet untuk disajikan termasuk dalam momen lebaran,” lanjut Fadly.

Itu tentu berbeda dengan yang saat ini terjadi, di mana semua kalangan, biasa memilih kue kering untuk menjadi sajian lebaran, tak hanya kalangan menengah ke atas.

Harga kue kering yang bervariatif juga semakin memudahkan orang-orang untuk membelinya.

Kue kering khas lebaran yang kita kenal sekarang, seperti nastar, kastangel, hingga kue putri salju pun bisa dinikmati siapa saja.

Baca Juga: Konflik Indonesia-Belanda selama 4 Tahun Dimulai Ketika Belanda Ingin Kembali Berkuasa di Indonesia, Tak Tinggal Diam, Ini Sederet Perlawanan di Berbagai Daerah!

Namun, bagi Anda yang biasanya membuat kue kering seperti nastar dan kastangel, mungkin sesekali bisa dicoba untuk membuat kuliner khas lebaran seperti sebelum era Pemerintah Kolonial Belanda, rengginang misalnya?

Rengginang juga awet dan bisa disimpan dalam waktu lama, karena ini merupakan camilan kering.

Rengginang adalah kudapan tradisional yang terbuat dari ketan lalu dimatangkan dengan cara digoreng sehingga rasanya renyah.

Melansir Sajiansedap.grid.id, berikut ini resep membuat rengginang:

Baca Juga: ‘Berjuang Sampai Akhir’ Kisah Luar Biasa Kapten Charles Upham, Satu Lengannya Terluka Parah Tapi Berhasil Kalahkan Musuh Saat Perang Dunia II dan Terima Penghargaan Victoria Cross Dua Kali

Bahan-bahan/bumbu-bumbu:

Bumbu halus:

Cara membuat:

Baca Juga: Ternyata Kereta Api Supercepat Pertama di Dunia Dibangun Pakai Dana Utang, Tapi Jadi Awal Kebangkitan Jepang setelah Kalah Perang Dunia II

Selain itu, berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui sebelum membuatnya:

1. Pilih ketan yang berkualitas.

Ciri beras ketan yang berkualitas adalah tidak bau dan utuh butirannya. Supaya lebih bagus lagi, pilih beras ketan yang panjang.

Ketan yang digunakan bisa ketan putih, hitam atau campuran putih dan hitam.

2. Membentuk rengginang

Membentuknya bisa di atas tampah bersih, dan gunakan garpu yang sudah dioles minyak supaya ketan tidak menempel di garpu.

Tips lainnya yaitu jangan mencetaknya terlalu rapat supaya waktu digoreng merekah.

Baca Juga: Mati Suri Selama Puluhan Tahun, Inilah Kapal Penjelajah Nuklir Terkuat di Bumi Milik Rusia, Rupanya Kapal Ini Berencana Akan Dibangkitkan Kembali, Seperti Inilah Kehebatannya

3. Menyimpang Rengginang

Rengginang yang sudah kering tak harus langsung digoreng. Kita bisa menyimpannya setelah dijemur.

Tapi pastikan menyimpannya di dalam stoples kering tertutup rapat atau kaleng bersih yang penutupnya rapat agar tekstur rengginang tetap renyah saat digoreng nanti.

4. Menggoreng Rengginang dan menyimpannya setelah matang.

Saat menggoreng, gunakan minyak yang banyak dan panas. Siram-siram rengginang selama digoreng supaya ketan menjadi mekar.

Setelah ditiriskan, simpan rengginang di dalam stoples kering dan berpenutup. Jangan menyimpannya dulu kalau rangginang masih panas.

Bagaimana? ingin coba membuat rengginang dan bernostalgia dengan suasana lebaran di masa lalu?

Baca Juga: Sejarah Perang Uhud, Saat Nabi Muhammad Beserta 1.000 Prajuritnya Ditinggalkan 300 Pasukan di Antaranya yang Pilih Kabur dari Medan Perang Melawan Kaum Quraisy

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait