Find Us On Social Media :

Bangunannya Dihancurkan, Gurunya Ditembak KKB Papua, Sekolah yang Jadi 'Senjata' Pak Harto Entaskan Kebodohan Ini Ternyata Pernah Antarkan Ekonom AS Raih Nobel Ekonomi

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 15 April 2021 | 07:10 WIB

SD Inpress program Soeharto

Intisari-Online.com - Kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker diduga menembak seorang guru bernama Oktovianus Rayo di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Kamis (8/4/2021).

Selain penembakan yang menewaskan Oktovianus, KKB juga merusak tiga sekolah di Distrik Beoga.

Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua Christian Sohilait mengatakan, tiga sekolah itu adalah SD Inpres Beoga, SMPN 1 Beoga, dan SMAN 1 Beoga.

Menurutnya, guru yang tewas ditembak itu tinggal di kompleks SD Inpres Beoga, SMPN 1 Beoga, dan SMAN 1 Beoga.

Baca Juga: Padahal Tak Ada Masalah dan Sangkut Paut dengan China, 5-10 Tahun ke Depan Australia Malah Diramalkan Akan Berperang dengan China, Apa Penyebabnya?

SD Inpres sendiri merupakan salah satu program kebijakan pendidikan di rezim Orde Baru.

Saat itu, Soeharto mengunstruksikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk membangun sekolah-sekolah dasar di seluruh Indonesia menggunakan dana APBN.

Proyek SD Inpres sering disebut sebagai 'sekolah kecil' yang disediakan bagi anak-anak golongan kedua.

Yakni untuk anak-anak di daerah terpencil dan kawasan perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah.

Baca Juga: Sejarah Perang Khandaq, Libatkan 2 Kekuatan Besar Pasukan Muslim Sebayak 3.000 Kepala yang Dipimpin Nabi Muhammad SAW Melawan Abu Sufyan dan 10.000 Pasukannya

Meski didasarkan dari niat mulia, awal proyek SD Inpres tak luput dari masalah.

Masalah tersebut yakni terkendala ketersediaan guru-guru yang mau ditempatkan di daerah terpencil.

Selain itu, masalah kualitas guru yang hanya lulusan SPG juga memiliki kualitas rendah jika dibanding dengan lulusan IKIP.

Kebijakan SD Inpres ini bertahan selama beberapa dekade.

Baca Juga: Di Indonesia Malah Tak Banyak yang Tahu, Rupanya Orang Banjarmasin Ini Bikin Media Vietnam Keheranan, Karena Bisa Tidur Selama 13 Hari Berturut-turut, Sampai Dijuluki 'The Real Sleeping Beauty'

Berkat keberhasilan program ini meskipun keberhasilan itu berarti adanya pemberian kesempatan belajar dengan kualitas seadanya, Presiden Soeharto memperoleh penghargaan Avicenna Award dari UNESCO pada tahun 1993.

Bahkan program SD Inpers untuk mengentaskan kebodohan ini mampu membawa ekonom AS meraih nobel ekonomi.

Dia adalah Esther Duflo, dia adalah seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology, begitu juga suaminya yang terlahir di Mumbai, Banerjee.

Duflo waktu itu meneliti kebijakan SD inpres yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia di era 1973 hingga 1978.

Baca Juga: Benua Eropa Makin Dipepet Peperangan, Rusia Ancang-ancang Siapkan Drone Mematikan Ini dan Tanam Radar Pengintai Ini di Benua Eropa Tak Hanya Ukraina

Periode tersebut merupakan era Soeharto menjadi Presiden di Indonesia.

Penelitian tersebut diterbitkan pada tahun 2000 dengan judul Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Unusual Policy Experiment.

Dalam publikasinya itu, Duflo menganalisa dampak dari program pemerintah tersebut terhadap pendidikan dan tingkat upah penduduk Indonesia kala itu.

Caranya, dengan menggabungkan perbedaan jumlah sekolah di berbagai daerah dengan perbedaan antar-kelompok yang disebabkan oleh waktu program.

Baca Juga: 'Kita Sampai Kehilangan Banyak Aset Negara', Kala Sri Mulyani Ungkap Bobroknya Pemerintahan Soeharto Selama 30 Tahun, Bahkan Berani Sebut Alasannya Ini

Adapun dalam abstraksi penelitian dijelaskan penelitian tersebut berbasis pada realita yang terjadi di Indonesia tahun 1973 dan 1978.

Di mana RI membangun lebih dari 61.000 SD.

 

Meski SD Inpres ini memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan anak di berbagai daerah, namun belakangan ini SD tersebut kurang begitu mendapatkan perhatian.

Mulai dari kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan hingga kekurangan guru.

Baca Juga: Seragam Satpam Baru Mirip Sekali dengan Seragam Polisi, Tapi Sebenarnya Ada 2 Perbedaan Mencolok, Apa Itu?

(*)