Find Us On Social Media :

Kebijakannya Penuh Kontroversi, Tapi Aksi Trump Atas China Banyak Disetujui Negaranya, Termasuk Boikot Perusahaan-perusahaan China, Terbukti Lewat Aksi Boikot yang Terus Dilakukan Sampai Sekarang

By Maymunah Nasution, Sabtu, 27 Februari 2021 | 17:14 WIB

Trump bisa jumawa, kebijakannya memboikot perusahaan-perusahaan China ini kemungkinan besar akan diteruskan oleh Biden

Intisari-online.com - Meskipun Donald Trump menghasilkan banyak kebijakan yang kontroversial, nyatanya Amerika Serikat tidak sepenuhnya menolak aksi-aksinya.

Beberapa kebijakannya dianggap benar-benar membantu Amerika Serikat.

Salah satu yang paling nyata adalah kebijakan memboikot perusahaan China.

Hal ini terbukti dengan daftar hitam perusahaan China masih saja menjadi panduan AS.

Baca Juga: Di Hari-hari Terakhir Kekuasaannya, Trump Masih Sempat Boikot Perusahaan Iran, China dan Uni Emirat Arab, Ini Sebabnya

Termasuk panduan adalah panduan dalam acuan menjadi mitra dagang perusahaan AS atau tidak.

Boikot perusahaan China ini awalnya berasal dari perang dagang yang dimulai sudah sejak 2019 lalu.

Kini, ada satu lagi perusahaan China masuk ke dalam daftar hitam ini.

Bursa Efek New York, The New York Stock Exchange (NYSE) Jumat kemarin memutuskan memulai penghapusan pencatatan (delisting) secara resmi terhadap saham raksasa minyak China, CNOOC Ltd.

Baca Juga: Warisan Terakhir Donald Trump Bukanlah Serangan Militer ke China Melainkan 'Bom Waktu' untuk Perusahaan Ini, Sampai-sampai Gugat Menteri-menteri AS, Ini Sebabnya

Larangan berinvestasi pada CNOOC akan mulai berlaku pada 9 Maret, 60 hari setelah perusahaan itu ditambahkan ke daftar larangan investasi AS, yang berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan pada 27 Januari lalu.

Namun, bursa tidak mengungkapkan tanggal target penyelesaian delisting dari saham CNOOC tersebut.

Tahun lalu, pemerintahan Trump telah bergerak melawan perusahaan China tertentu, yang menurut Washington dimiliki atau dikendalikan oleh militer China.

Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap Beijing.

Baca Juga: Xiaomi Dimasukkan AS ke Daftar Hitam Perusahaan China, Nyatanya China Sudah Menangkan Perang Dagang China-AS, Ini Buktinya

NYSE mengatakan, CNOOC memiliki hak untuk mengajukan banding atas keputusan penghapusan tersebut.

Otoritas bursa akan menerima banding apa pun yang dilakukan sesuai dengan penerapannya ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, yang akan diajukan setelah menyelesaikan semua prosedur.

Mengutip Reuters, hingga berita ini diturunkan, CNOOC tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar.

Kebijakan Trump dipakai Biden

Baca Juga: WeChat Dilarang AS, Pengguna iPhone di China Bisa Boikot dan Anggap Apple Hanya Telepon Yang Bisa Diganti

Rupanya ada alasan mengapa kebijakan yang lahir dari ide Trump ini masih tumbuh saat ini.

Mengutip Financial Times, dulunya Trump menetapkan tenggat waktu sampai 28 Januari agar larangan itu mulai berdampak, tapi Biden mendorong tenggat waktunya sampai 27 Mei.

NYSE mulai melarang CNOOC setelah administrasi Biden mengevaluasi sejumlah aksi asertif yang dilakukan Trump terhadap China terutama di tahun terakhirnya.

Departemen perdagangan tahun lalu menaruh CNOOC dalam daftar hitam terpisah, disebut "daftar entitas" yang membuat perusahaan AS kesulitan menjual produk dan teknologinya ke kelompok minyak China.

Baca Juga: Pantas China Berulang Kali Mengecam Trump, Diklaim Sebagai Ancaman, AS Tambahkan 4 Perusahaan China ke Daftar Hitam Departemen Pertahanan

Masih belum jelas apakah administrasi Biden akan menggunakan perintah Trump tersebut.

Namun presiden dan pejabat-pejabat barunya sejauh ini telah mengadopsi sikap tegas ke China mulai dari koersi ekonomi sampai kekhawatiran aksi mereka di Hong Kong sampai terhadap muslim Uighur di Xinjiang.

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki, mengatakan administrasi baru sedang memeriksa sejumlah "perintah rumit terhadap China" yang diambil Trump.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini