Find Us On Social Media :

Kini Seluruh Seri 777 Buatannya Dikandangkan di Seluruh Dunia, Bulan Lalu Boeing Didenda Puluhan Triliun Rupiah untuk Kecelakaan yang Dipicu Seri Pesawat Berbeda

By Maymunah Nasution, Senin, 22 Februari 2021 | 20:18 WIB

Akibat kegagalan mesin di udara, seluruh pesawat jenis Boeing 777 tidak boleh terbang, bulan lalu Boeing sudah ganti rugi untuk larangan terbang jenis pesawat mereka yang lain

Intisari-online.com - Baru-baru ini kecelakaan pesawat kembali terjadi.

Berlokasi di Denver, Colorado, Amerika Serikat, kecelakaan itu terjadi ketika pesawat United Airlines mengalami kegagalan mesin yang mengerikan.

Akibat kegagalan mesin itu, puing-puing mesin pesawat jatuh dari udara ke seluruh Denver, sebelum akhirnya pesawat jenis Boeing 777 tersebut mendarat darurat.

Akibatnya, Boeing segera mengeluarkan rekomendasi larangan terbang untuk lebih dari 120 unit Boeing 777 di seluruh dunia.

Baca Juga: Bak Dihantam Bom, Rumah Ini Kejatuhan Serpihan Mesin Pesawat, Ternyata Pesawat dengan Kondisi Mesin Mengerikan Inilah Asalnya

Melansir Guardian pada Minggu malam (21/2/2021), Boeing meminta kepada maskapai penerbangan dengan jenis mesin yang sama, harus menangguhkan operasi sampai inspeksi dapat dilakukan.

Penerbangan dengan nomor 328 United Airlines, terbang dari Bandara Internasional Denver ke Honolulu dengan 231 penumpang dan 10 awak pesawat pada Sabtu (20/2/2021).

Tak lama setelah tinggal landas, satu mesin mati kemudian menimbulkan percikan api di udara.

Polisi di Broomfield, Colorado mengunggah foto potongan puing pesawat di dekat rumah dan bangunan lain.

Baca Juga: Kota Denver Tiba-tiba Dihujani Puing-puing Pesawat, Rupanya Pesawat United Flight 328 Alami Kerusakan Mesin, Ada Bagian yang Terbakar

Tidak ada laporan korban luka di darat atau di antara penumpang.

United Airlines mengatakan pihaknya menghentikan sementara semua 24 armada jenis Boeing 777-nya dari tugas aktif.

Sementara regulator penerbangan Jepang segera memberlakukan kebijakan yang sama.

Japan Airlines (JAL) dan All Nippon Airways (ANA) diperintahkan untuk menghentikan penerbangan 777, yang menggunakan mesin Pratt & Whitney PW4000.

Baca Juga: Tanpa Tedeng Aling-aling Langsung Ditangguhkan oleh Jepang, Bagaimana dengan Boeing 777 yang Ada di Indonesia Setelah Ada Mesin Terbakar saat Mengudara?

Sementara itu, regulator Jepang juga masih mempertimbangkan apakah akan mengambil tindakan tambahan.

Menurut regulator “Negeri Sakura” setidaknya ANA mengoperasikan 19 jenis itu dan JAL mengoperasikan 13 pesawat.

Pesawat tersebut juga digunakan oleh operator di Korea Selatan. Seorang juru bicara kementerian transportasi Korea Selatan, berbicara sebelum pernyataan Boeing.

Dia mengatakan pihaknya sedang memantau situasi, tetapi belum mengambil tindakan apa pun.

Korean Air Lines menyatakan memiliki 12 pesawat jenis tersebut, setengahnya disimpan.

Konsultasi dengan pabrikan dan regulator terus dilakukan, tapi untuk saat ini jenis pesawat tersebut berhenti menerbangkannya ke Jepang.

Baca Juga: Bajak Pesawat Lalu Menghilang dengan Cara Terjun dari Pesawat, 50 Tahun Kemudian Keberadaan Pria Ini Terungkap Secara Mengejutkan

Boeing mengatakan total 69 pesawat dalam pelayanan dan 59 berada dalam penyimpanan.

Banyak maskapai penerbangan telah memarkirkan sebagian besar armadanya saat ini, karena penurunan permintaan terkait dengan pandemi virus corona.

Dengan ini, kerugian kembali dicatat oleh perusahaan Boeing Co., yang sebelumnya harus membayar ganti rugi atas kecelakaan dari jenis pesawat yang berbeda.

Selain itu Boeing Max tidak segera mendapatkan izin terbang.

Boeing harus menelan kenyataan pahit jika Boeing Max harus alami grounding sampai mereka dapat izin terbang lagi.

Baca Juga: Saat Dicek Mesinnya Tidak Ada Kerusakan Hingga Disebut Siap Terbang, Pakar Ungkap Ternyata Hal Ini yang Jadi Penyebab Sriwijaya Air SJ182 Alami Kecelakaan

Ganti rugi yang harus dibayar Boeing adalah sebesar Rp 35 Triliun untuk dua kecelakaan maut tersebut.

Uang tersebut untuk menyelesaikan penyelidikan Departemen Kehakiman AS (DOJ) atas dua kecelakaan mematikan 737 Max yang total menewaskan 346 orang.

Namun, Boeing tidak akan dipaksa untuk mengaku bersalah atas tuntutan kriminal.

DOJ mengatakan penyelesaian itu termasuk denda pidana sebesar Rp 3,5 Triliun, kompensasi kepada pelanggan maskapai Boeing 737 Max sebesar Rp 25 Triliun, dan pembentukan dana penerima korban kecelakaan senilai Rp 7 Triliun sebagai kompensasi kepada ahli waris, kerabat dan penerima manfaat hukum dari para penumpang yang telah tewas.

Dua kecelakaan maut itu terjadi di Ethiopia dan Indonesia, yaitu pada 2018 di Indonesia dan 2019 di Ethiopia.

Baca Juga: Masih Gunakan Pesawat Jenis Lama Boeing 737, Maskapai Penerbangan Indonesia Ini Akan Diperiksa oleh Kemenhub, Maskapai Apa Saja yang Kena?

Pada kedua kecelakaan itu sistem 737 Max mendorong hidung ke bawah berulang kali berdasarkan pembacaan sensor yang salah, dan pilot tidak dapat memperoleh kendali kembali.

Max dilarang terbang di seluruh dunia mulai Maret 2019, beberapa hari setelah kecelakaan kedua.

Laporan oleh komite dari DPR dan Senat AS menyalahkan Boeing dan Adminstrasi Aviasi Federal AS (FAA) atas kegagalan dalam proses memberi izin kelaikan pesawat.

Boeing dituntut dengan satu dakwaan konspirasi untuk menipu AS.

Pabrik pesawat terbesar AS tersebut menghadapi perjanjian penuntutan tiga tahun yang ditangguhkan, dan tuduhan akan dicabut jika perusahaan mematuhi perjanjian tersebut.

Baca Juga: Kemenhub Mulai Investigasi Semua Pesawat Boeing 737 Classic di Indonesia, Dan Ini Pernyataan Bos Sriwijaya Air Mengenai Audit Keamanan dan Keselamatan, Apakah Laik Terbang?

"Kecelakaan tragis Lion Air Penerbangan 610 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302 mengungkap perilaku curang dan menipu oleh karyawan salah satu produsen pesawat komersial terkemuka dunia," kata Penjabat Asisten Jaksa Agung David P. Burns.

"Karyawan Boeing memilih jalur keuntungan daripada keterusterangan dengan menyembunyikan informasi material dari FAA mengenai pengoperasian pesawat 737 Max dan terlibat dalam upaya untuk menutupi penipuan mereka."

Boeing mengakui dalam dokumen pengadilan jika 2 dari 737 Max Flight Technical Pilot menipu FAA mengenai sistem keamanan utama terkait dua kecelakaan fatal tersebut.

Baca Juga: Tahun Terburuk dalam Dunia Penerbangan Disabet Tahun 1972, Lihat Saja Daftar Rentetan Kecelakaan Mengerikan yang Terjadi Tahun Itu dan Berbagai Penyebabnya

Sistem tersebut dinamakan MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) atau sistem karakteristik manuver augmentasi yang menjadi pusat investigasi kecelakaan Boeing Max.

Mengutip Aviation Week, DOJ pada 7 Januari lalu mengatakan "karena penipuan mereka, dokumen penting yang dipublikasikan oleh FAA AEG (Aircraft Evaluation Group) tidak mengandung informasi mengenai MCAS dan akhirnya, pesawat manual dan bahan pelatihan pilot untuk pesawat di AS tidak memiliki informasi mengenai MCAS."

Segera setelah kecelakaan awal, FAA AEG "baru tahu pertama kalinya mengenai perubahan MCAS, termasuk informasi mengenai MCAS yang disembunyikan Boeing dari FAA AEG" ujar DOJ.

Sementara itu saat investigasi jatuhnya pesawat Boeing Max Lion Air dilanjutkan, dua pilot teknis 737 Max terus-terusan menutupi beberapa fakta mengenai perubahan MCAS terhadap Boeing dan FAA.

Baca Juga: Setelah Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ182, Media Asing Malah Sebut Indonesia Jadi Tempat Terburuk untuk Lakukan Penerbangan, Apa Sebabnya?

Kepala Eksekutif Boeing David Calhoun mengatakan dalam pernyataan jika kesepakatan itu "dengan tepat menjelaskan kegagalan kami mengimplementasikan nilai-nilai luhur dan harapan kami."

Dana yang dibayarkan Boeing juga termasuk pembayaran awal yang sudah dibuat oleh Boeing kepada maskapai.

November lalu, FAA menyetujui perubahan yang dibuat Boeing kepada sistem kontrol otomatis, yang dilakukan karena adanya kecelakaan tersebut.

Setelah penggantian uang untuk kecelakaan tersebut, Boeing 737 Max kini sudah mendapatkan izin terbangnya lagi.

Baca Juga: Kecelakaan Sriwijaya Air Jadi Kecelakaan Ketiga Selama 4 Tahun, Pesawat Boeing 737 Sempat Berganti Julukan The Best Selling Plane Menjadi Pesawat Maut, Tapi Mengapa Bisa Segera Dapat Izin Terbang?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini