Find Us On Social Media :

Dikenal Brutal dan Kerap Menindas Orang Palestina, Artikel Ini Ungkapkan di Mana Ada Penindasan Umat Muslim, Ternyata Ada Campur Tangan Israel di Dalamnya

By Maymunah Nasution, Selasa, 16 Februari 2021 | 18:27 WIB

Pasukan militer Israel dengan brutal menangkap anak kecil Palestina

Intisari-online.com - Israel sudah menjadi musuh bagi Palestina, karena penindasan yang terus-terusan mereka lakukan.

Meski begitu, rupanya kejahatan Israel terhadap umat Muslim tidak berhenti di Palestina saja.

Mengutip Inside Arabia, sudah rahasia umum jika Israel mengekspor pelaku taktik kependudukan negaranya ke negara-negara dengan pelanggaran HAM terburuk di dunia.

Termasuk tempat para pelaku pelanggaran HAM dari Israel dikirim adalah ke China, Myanmar, India dan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Gunakan Berbagai Cara untuk Jebak Targetnya, Inilah Skandal-skandal Agen Israel Mossad

Tahun ini, kependudukan ilegal Israel di wilayah Palestina memasuki tahun ke-55, menjadikan kependudukan ini kepenududkan militer terlama di era modern.

Hal ini juga menjadi 'lahan ilmu' dalam hal menekan dan mendominasi populasi tertekan yang menginginkan kesetaraan, keadilan dan emansipasi.

Penanganan kependudukan, konterterorisme, perlindungan perbatasan dan strategi anti-narkoba telah membuat polisi Israel dan pasukan keamanannya menjadi salah satu yang tertangguh di dunia.

Hal tersebut rupanya dijual oleh Israel dan dijadikan ladang mencari uang, yaitu dengan mengekspor para dalang algojo dan kekejaman itu ke negara-negara lain.

Baca Juga: Biden Sempat Dianggap Remehkan PM Israel, Netanyahu Akui Perbedaan dengan Joe Biden Soal Iran dan Palestina

Tidak disangka, negara yang menerima mereka adalah negara tempat terjadinya pelanggaran HAM paling keji di dunia, termasuk China, Myanmar, India dan AS.

Rupanya, tuduhan Amnesti Internasional dan Departemen Luar Negeri AS bahwa polisi Israel laksanakan pembunuhan ekstra yudisial, pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, pengawasan gelap, aksi rasis dan penggunaan berlebihan pasukan melawan pengunjuk rasa yang damai.

Yang penting bagi pasukan keamanan di seluruh dunia adalah Israel tahu bagaimana menghancurkan perlawanan politik dan perbedaan pendapat.

Kebrutalan polisi Israel itu yang dijual Israel dan diekspor ke pasukan polisi di kota-kota dan negara bagian seluruh AS, termasuk masuk ke Departemen Polisi Minneapolis.

Baca Juga: Polisi Myanmar Makin Brutal saat Hadapi Demonstran Pro-Demokrasi, Satu Wanita Ditembak Tepat di Rahimnya

Departemen Polisi Minneapolis adalah unit polisi yang bertanggung jawab dalam pembunuhan George Floyd, pengunjuk rasa kulit hitam yang tidak bersenjata, pembunuhannya menyebabkan kericuhan di seluruh AS.

"Ketika aku melihat gambar polisi pembunuh Derek Chauvin membunuh George Floyd dengan menekan lehernya menggunakan lutut saat ia meminta bantuan dan polisi lain melihatnya, aku ingat melihat itu ketika banyak pasukan Israel menggunakan teknik ini, menekan dada dan leher kami saat kami berunjuk rasa di Tepi Barat 2006 lalu," ujar Neta Golan, aktivis HAM Palestina dan pendiri International Solidarity Movement.

Sejak serangan 11 September 2001, ribuan polisi AS telah pergi ke Israel untuk pelatihan, yang mana tidak hanya memerankan peranan penting dalam tren militerisasi departemen polisi AS, tapi juga tidak diragukan lagi berkontribusi meningkatkan kebrutalan polisi, mengingat pasukan keamanan Israel dilatih untuk perang urban dan diberi izin membunuh.

Permasalahan kebrutalan polisi itu menyebabkan masalah serius di AS, sampai-sampai pada Juni 2020 lalu departemen polisi di Carolina Utara melarang pelatihan polisinya oleh militer Israel.

Baca Juga: Tak Sebut Soal Rasisme dan Disebut Hanya Semakin Lindungi Polisi, Ini Isi Perintah Eksekutif Reformasi Polisi yang Ditandatangani Trump

Dewan Durham memungut suara tanpa nama untuk mengadopsi larangan tersebut setelah 1600 warga mengajukan petisi.

"Pasukan Pertahanan Israel dan Polisi Israel memiliki sejarah panjang kekerasan terhadap warga Palestina dan warga Yahudi kulit berwarna," ujar petisi 'Demiliterize! From Durham2Palestine'.

"Taktik-taktik ini lebih jauh memiliterisasi pasukan polisi AS yang dilatih di Israel, dan pelatihan ini membantu polisi meneror komunitas kulit hitam dan kulit berwarna di AS."

Memang, saat menghukum minoritas Muslim dalam embel-embel melawan terorisme, Israel, "pelanggar HAM kronis" adalah pelanggar paling baik dari yang terburuk.

Baca Juga: Dari Sudan Sampai Indonesia, Jebakan Utang China Jadi Pembungkam Mulut Dunia Muslim yang Memprotes Pembantaian Massal Uighur, Ini Penjelasannya

Inilah sebabnya China, Myanmar, dan India telah berpaling kepada militer Israel untuk memandu upaya mereka menekan populasi Muslim Uighur, Rohingya, dan Kashmir.

"Israel dan India adalah mitra dalam perang melawan momok ini dan tidak ada kompromi dalam cara melawan terorisme," demikian pernyataan bersama tahun 2003 antara Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan Perdana Menteri India saat itu Atal Bihari.

Sejak itu Israel tidak hanya memberi India persenjataan dan teknologi yang dibuat khusus untuk menekan aspirasi pembebasan Kashmir, termasuk Kendaraan Udara Tak Berawak (UAV), peralatan pencari jarak jauh dan penargetan, dan senjata udara-ke-darat yang canggih, tetapi juga badan intelijen Israel secara rutin melakukan perjalanan ke India untuk melatih rekan-rekan mereka dalam strategi kontra-pemberontakan.

"Dalam gaya dan karakternya, struktur kekuatan dan tren konsolidasinya mirip dengan yang terjadi antara Israel melawan Palestina," ujar pengamat Shaid Lone, jurnalis di Kashmir yang masih merupakan wilayah India.

Baca Juga: Dosa Besar Benjamin Netanyahu, Sesumbar Negaranya Aman dari Covid-19 dan Gelar Vaksinasi Dini, Nyatanya Israel Masih Menderita Karena Pandemi dan Polah Biadabnya Ini

Demikian juga kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar tahun 2016, saat militer Myanmar melaksanakan terorisme terhadap 1.3 juta warga Rohingya, pasukan Myanmar dilatih pasukan Israel, menyediakan 100 tank senjata ringan dan perahu patroli untuk Yangon.

Perahu patroli itu adalah peralatan untuk menyerang para nelayan Rohingya.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini